Untuk sepersekian detik setelah Suho meninggalkan butik, Johnny masih terpaku dengan wajah anehnya.
"Hahahahahaha," gue terkekeh ngeliat Johnny.
"Kenapa?"
"Muka kamu lucu tau gak hahaha."
"Itu beneran calon suami kamu?" Tanya Johnny dengan wajah kesal.
"Cie cemburu."
"Oh yaudah kalo mau nikah sama dia, nikah aja sana," jawab Johnny ketus.
Tiba-tiba salah seorang karyawan mendekat sambil membawa tuxedo.
"Nona ini tadi pesanan calon suaminya. Nona disuruh pilih sesuka nona mau yang mana dan seberapa banyak, nanti tuan Suho yang bayar."
Tokonya mbak tokonya.
"Eh gausah, punya dia biar saya yang bayarin. Kamu pilih aja biar aku yang bayarin."
"Yakin? Ini bajunya buat aku pake di acara tunangan aku loh." Imbuh gue dengan nada yang dibuat-buat.
"Hah? Acara tunangan?" Ujar Johnny kencang sampe karyawan itu terkejut.
"Mbak maaf ya tapi dia belum nemu baju yang pas. Kami pergi dulu."
Johnny genggam tangan gue buat ngajak keluar.
"Eh tuan nona tunggu. Ini tuxedo milik tuan Suho, nona yang disuruh ambil."
Gue ngambil tuxedo itu dan tampak raut wajah Johnny yang kembali tidak menyenangkan.
Johnny narik gue sampe parkiran, dia bukain pintu mobilnya buat gue.
"Eh ini bukan jalan ke rumah aku."
"Siapa yang bilang mau ke rumah kamu?"
"Terus kemana dong?"
"Cafe, kita perlu bicara."
Baru aja sampe di cafe terdekat dan gue sama Johnny baru masuk ke cafe tersebut, Johnny mendekatkan wajahnya ke arah gue.
"Kamu beneran nerima perjodohan itu dan nikah sama Suho?"
"John, lets have a seat first," ujar gue yang udah ambil posisi duduk di meja kosong terdekat.
Sekarang gue sama Johnny udah duduk dan sedang melihat-lihat menu.
"Saya pesan..." perkataan Johnny terputus.
"Salad 2 sama jus jeruk 2 mbak," Ujar gue.
"Loh kamu pesen 2 porsi?" Tanya Johnny heran.
"Engga itu emang untuk kita berdua. Kamu belum boleh makan yang aneh-aneh dulu, ga ingat apa seminggu yang lalu baru di operasi?"
"Terserahlah."
Pelayan udah nyatet pesanan dan kembali ke belakang. Gue celinga-celinguk liatin sekitar.
"Hyuna.."
"Iya?"
"Jelasin, kamu emang nerima perjodohan itu?" Tanya Johnny dengan nada lemas.
Ya siapasih yang nerima. Lagian Johnnynya aja gak nyatain ke gue secara official ya salah dia lah.
"Gini. Tadi waktu aku bilang haraboeji mau ketemu aku itu ternyata mau ngebahas tanggal pertunangan aku. Seminggu setelah Jungkook tunangan giliran aku yang tunangan."
"Tadi itu kak Suho datang juga ke rumah jadi haraboeji nyuruh buat pergi cari baju buat acara tunangan ntar."
"Terus kamu ga ada penolakan gitu?"
"Udah berulang kali aku nolak tapi haraboeji tau aku ga punya pasangan makanya dia merasa oke oke aja kalo aku dijodohin. Aku belum bisa ngebantah secara mentah-mentah gitu apalagi tadi di depan kak Suho. Nanti yang ada image haraboeji rusak gara-gara aku."
Johnny terdiam mendengar penjelasan gue. Berpikir keras tentang sesuatu yang menjanggal baginya.
Anggap aja perkataan gue itu salah satu cara buat nyampein kode ke dia. Semoga dia peka.
"Kalo gitu aku bakal nelfon mommy daddy aku. Aku bakal minta restu ke haraboeji kamu."
"Dan maaf kalo kita belum terikat status hyun. Cuma aja buat aku untuk berkomitmen itu bukan hal yang mudah, kamu tau kan masa lalu aku gimana?"
"Jadi kamu belum ngerasa siap buat berkomitmen sama aku?"
"Bukan itu maksud aku, aku serius buktinya aku bakal hubungin orang tua aku buat datang ke rumah kamu. Kalo maksud kamu, aku menyatakan perasaan aku ke kamu secara official aku cuma belum ketemu waktu yang tepat."
Setelah mendengar perkataan Johnny, gue tersenyum kecil penuh kebahagiaan.
Bahkan setelah pesanan datangpun gue ga berhenti senyum.
Setelah dari cafe, gue minta Johnny anterin ke kantor karena ada panggilan mendadak.
"Bilang aja nanti pulang jam berapa, biar aku jemput," tutur Johnny dari dalam mobilnya.
---
Gue baru kelar malam hari, untung Johnny udah gue kabarib segera. Jadi gue gaperlu nunggu kelamaan karena udah kemalaman.
Gue minta Johnny anterin ke rumah karena mau ambil mobil.
"Nona udah pulang? Tuan besar dan tuan muda menunggu nona untuk makan malam."
Tadinya gue mau langsung ambil mobil aja tanpa masuk ke dalam rumah.
Harus menunggu semua keluarga barulah bisa makan malam. Yah, itu yang gue pikirin. Mereka ternyata nungguin gue.
Dan perasaan gue? Serasa mendapatkan keluarga gue kembali.
Saat gue sampe di ruang makan, ternyata ada Farista juga. Tunangan Jungkook.
"Gimana Hyuna sudah dapat bajunya?" Tanya kakek sembari pelayan menghidangkan sajian makan malam.
"Kak Suho udah. Hyuna belum, belum nemu yang cocok."
"Oh gitu yaudah masih ada lain waktu."
"Hyuna, hari ini Farista akan menginap boleh dia tidur dikamar elo?" Tanya Jungkook.
Gue diam dan tidak memberikan respon. Rasanya gue masih kesel aja gitu sama Jungkook.
"Em gimana hyuna? Ataugak hari ini lo tidur disini yah temenin gue, gimana?" Lanjut Farista di tengah lahapannya.
"Oh boleh, gue juga lagi kangen sama kamar lama gue."
Benar, gue lagi kangen-kangennya sama suasana di rumah ini. Gue mulai bisa ngebuka hati gue untuk memaafkan kakek gue dan memakluminya.
Untuk Jungkook, sebenarnya gue bukan marah sih sama dia. Gue lagi ngerjain aja padahal dalam hati gue rindu banget sama dia. Maafin gue Jungkook.
***
Vote & commentVote & comment
Vote & comment
Vote & comment
KAMU SEDANG MEMBACA
Till We Meet Again ● Johnny NCT✔
Fanfiction[COMPLETED] Punya client yang super ngeselin tapi ternyata dia bukan hanya sekedar client, dia bagian dari masa laluku.