Siang telah berotasi menjadi malam, cahaya bulan menggantikan posisi matahari menerangi langit malam dengan berbagai bintang yang bertaburan di angkasa sana.
Sakura melepaskan jas putih selama bekerja di rumah sakit, dia melepaskan ikat rambutnya, membiarkan rambut pendeknya tergerai dengan bebas.
Matanya menatap jam dinding yang tengah menunjukan pukul sebelas malam, jam pulangnya sudah lewat sejak satu jam yang lalu. Inilah rutinitasnya semenjak dia kembali dari misi penyelamatan Gaara dari Akatsuki bersama dengan Itachi tiga hari yang lalu.
Menyibukan diri di rumah sakit selama hokage belum memanggilnya untuk memberikan misi yang sesuai untuknya.
"Kau belum pulang, Sakura?" Shizune menyimpan laporan rekam medis dari pasien yang akan ditangani oleh Sakura esok pagi.
Sakura menguap, dia kembali menatap jam dinding,
"tentu saja aku akan pulang, Shizune-nee. Kalau begitu, aku pamit pulang, jaa ne!" Shizune berkacak pinggang seraya menggelengkan kepalanya.
"Selalu keras kepala!" Dengusnya.
.
."Sakura," tinggal beberapa langkah lagi menuju pintu utama gedung rumah sakit sehingga dia bisa menghirup udara luar namun suara familiar itu menghentikannya. Sakura tersenyum lebar,
"Itachi-nii!" Sapanya,
"kenapa kau baru pulang?" tanya Itachi tiba-tiba. Sakura mengerjapkan matanya,
"e-etto.. Aku banyak pasien ha-hari ini.." Dua hari tidak berjumpa dengan ketua Anbu ini berhasil membuat Sakura gugup bukan main.
"Hn, pulang bersamaku." Sekali lagi, Sakura mengerjapkan matanya,
apa ini tandanya Itachi mau mengantarnya pulang?
Memikirkannya membuat pipinya panas. Sakura memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan semburat merah yang menjalar di pipinya.
Sial, kenapa aku malu dan gugup sekali.. innernya,
Itachi mendahului Sakura keluar dari bangunan besar rumah sakit Konoha. Sakura mengikutinya, mereka berjalan beiringan.
"Pakailah." Perintahnya, Itachi menyerahkan jubah berlambang Uchiwa itu pada Sakura ketika matanya menatap pakaian yang dikenakannya.
Lengan pendek, rok pendek di atas lutut, apa yang dipikirkan gadis ini? Pakaian seperti itu saat pulang tengah malam bukankah sangat tidak nyaman? Batin Itachi,
Sakura menerimanya, dia tahu Itachi tidak pernah mau menerima penolakan. Lagi pula, malam ini hembusan anginnya begitu kuat menembus pori-pori kulitnya, Sakura tersenyum. Pipinya kembali menghangat,
"terima kasih.. Itachi-nii." Ucap Sakura tulus, Itachi hanya bergumam pelan sebagai jawaban.
Mencium aroma yang menguar dari mantel Itachi kembali memunculkan rona merah di pipinya, ini entah sudah keberapa kalinya dia memakai mantel dengan bau khas Itachi.
"Ba-bagaimana keadaanmu saat ini, Itachi-nii?" Jengah dengan perjalanan yang hanya dilewati oleh keheningan, Sakura mencoba membuka topik pembicaraan.
Ekor mata Itachi sekilas menatap gadis yang berjalan di sebelahnya.
"Lebih baik, kurasa." Jawabnya.
"Ah itu bagus! Lalu, apa kau mendapatkan misi baru?" Sakura menggigit bibir bawahnya, ah aku gugup sekali.
"Hn," gumaman dengan berbagai arti dengan kata lain, abstrak khas Uchiha bersaudara ini tidak menjawab sama sekali pertanyaan Sakura, tapi sungguh, gadis ini tidak benar-benar ingin tahu karena kantuk sudah mengalahkan pikiran normalnya. Sakura hanya mengangguk,
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Fine
FanfictionBagaimana jika pembantaian klan Uchiha itu tidak pernah terjadi? Uchiha Sasuke selalu ingin mendapatkan apa yang Aniki-nya miliki, perhatian kedua orangtuanya-terutama ayahnya-serta gadis yang menyukai kakaknya itu. Pengumuman pesta tunangan bungsu...