Ranting-ranting dari pepohonan lebat di hutan perbatasan Konoha menjadi pemandangan yang dapat ditangkap oleh retina emerald-nya-selain punggung dengan rompi jounin- yang terus menjejaki dahan per dahan dari pepohonan yang tinggi.
Rambut panjangnya yang diikat rendah di bawahnya ikut bergerak bebas seirama dengan angin malam lembut yang memainkannya. Menusuk setiap inci permukaan kulit yang terbuka tanpa pelindung selain kain tipis berupa kaos dari baju yang dikenakannya. Sakura menggigit bibir bawahnya, dia melihat jubah besar yang dikenakannya saat ini,
"Haahh" helaan napas pelan keluar begitu saja,
pikiran gadis awal delapan belas tahun itu berkecamuk, antara perasaan bersalah dan tidak enak hati. Seharusnya kalau tadi dia tidak terburu-buru pergi ke gerbang desa, mungkin mantelnya tidak akan tertinggal dan dia tidak perlu menggunakan mantel yang seharusnya pemuda di depannya yang memakainya.
Dia menyesali kebiasaan dirinya yang selalu bertingkah tergesa-gesa, "aishh bodohnya kau Sakura!" Ucapnya pelan,
"Kenapa?"
"Eh?!" Sakura tersadar ketika tubuhnya hampir menabrak punggung lebar di depannya, mendadak wajahnya terasa panas. "Jalanmu semakin pelan, apa kau lelah?" Suara khas dari seorang Uchiha Itachi menggema di tengah hutan yang semakin gelap tanpa disinari cahaya rembulan. Sakura hanya menggelengkan kepalanya,
"tidak usah, Itachi-nii. Lanjutkan saja perjalanannya, kurasa sebentar lagi akan hu-"
Clak clak..
"Hn, kita berteduh saja."
"-jan." Sakura mengerjapkan matanya, kenapa hujan bisa datang secepat ini? Oh, sungguh, Sakura tidak menginginkan untuk menghabiskan malam di tengah hutan berdua saja dengan sang kakak dari pujaan hatinya. Bukan berarti dia mau berduaan saja dengan Sasuke di tengah hutan seperti ini, tidak seperti itu juga. Terutama ketika dia mengingat kejadian tadi siang di dekat kedai dango,
Hatinya kembali mencelos mengingatnya. Tetesan hujan semakin lebat dan gadis ini hanya menatap langit malam yang gelap, menyebabkan tetesan demi tetesan membasahi kulit wajahnya. "Apa yang kau lakukan?!"Sakura mengerjapkan matanya, dia tidak tahu kenapa Itachi menatapnya tajam seperti itu? Apa, Itachi marah karena dia tidak membantunya mendirikan tenda? Oh ayolah, masa memasang tenda saja perlu bantuan? Seorang Uchiha perlu bantuan?
Sakura bergegas menghampiri pemuda dua puluh empat tahun yang kini tengah menatapnya tajam, rambut hitamnya mulai lepek karena air hujan.
"Aku tidak tahu apa masalahmu, Itachi-nii. Tapi apa kau marah karena memasang tenda sendirian?" Itachi diam, dari tatapannya saja Sakura sudah tahu bahwa pemuda itu tengah mengisaratkan Sakura untuk masuk ke dalam tenda. Tidak ingin menambah masalah, Sakura menuruti keinginan Itachi.
"Masalahnya kau akan merepotkan misi ini apabila sakit." Deg! Merepotkan ya? Sakura tersenyum tipis, dengan berani gadis ini menatap rekan satu timnya di misinya kali ini,
"Aku tidak akan jatuh sakit, kau tahu apa keahlianku, Uchiha Itachi." Tatapan tajam dengan disertai wajah datarnya tidak berhasil membuat gadis itu gentar, dia balas menatap tajam onix di depannya, "hn, baguslah, kunoichi."
Sakura melongo, hei! Ada apa dengan pemuda ini?! Tatapan heran yang Sakura layangkan pada sosok di depannya sama sekali tidak diacuhkan. Dan kini, Itachi sok sibuk dengan perlengkapan ninjanya, mengabaikan Sakura yang hanya bisa berkacak pinggang.
Dua Jam Berlalu..
"Ne, Itachi-nii, sebenarnya apa kita benar-benar akan bermalam di sini? Bukankah sebaiknya kita lanjutkan saja perjalanannya?" Tenda yang digelar oleh Itachi ternyata di dalamnya lumayan besar, meskipun hanya bisa untuk berteduh saja, tidak dengan tidur karena tanah yang tetap basah. Itachi sengaja menyalakan api unggun untuk menjaga mereka agar tetap dalam suhu yang hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Fine
FanfictionBagaimana jika pembantaian klan Uchiha itu tidak pernah terjadi? Uchiha Sasuke selalu ingin mendapatkan apa yang Aniki-nya miliki, perhatian kedua orangtuanya-terutama ayahnya-serta gadis yang menyukai kakaknya itu. Pengumuman pesta tunangan bungsu...