4. Terjerat

441 129 124
                                    

"Aku tersesat di jalan yang bernama kehidupan" -Hatake Kakashi

***

Pagi ini, aku hanya termenung di bangku teras rumahku. Tak ada agenda untuk hari ini. Karena kalender menunjukan bahwa hari ini tanggal merah. Sejenak aku memikirkan sosok masa lalunya. Entah itu merindukan atau aku yang memang masih mempunyai dendam.

Flashback on

Hari ini hari pertama aku menginjakkan kakiku di SMP sebagai murid tetap di sana. Setiap langkahku diiringi nyanyian-nyanyian pelan. Aku selalu memakai earphone. Aku juga menyukai K-pop waktu itu dan hampir semua lagu di handphoneku lagu Korea.

Tiba-tiba seseorang mencabut sebelah earphoneku. "Hey apaan sih," kata aku sebal.

"Ga asik banget dengerin lagu sendirian, bagi-bagi kan jadi asik,"

"Lo gak bakalan suka lagunya," ucapku sebal. "Gue suka lagu Korea ko," ucapnya dengan muka yang yakin.

Aku sangat sebal, aku benar-benar ingin segera sampai di kelas.

"Gue Zaki kelas 7B, lo?" tanyanya tiba-tiba. "Abirah, 7A. Ya udah gue udah sampe kelas dan lepasin earphone gue dari telinga lo, cepetan!" pintaku.

"Galak amat, kita tetanggaan loh jadi harus hidup rukun."

"Serah lu,"

***

Bel tanda pulang sekolah akhirnya terdengar. Kelas yang tadinya sepi menjadi ricuh bak pasar. Aku langsung bergegas untuk pulang.

Baru saja aku menginjakkan kaki di ambang pintu, Zaki datang mengejutkanku. "Abirah, pulang bareng yu." ajaknya.

"Lo tuh ya bisa ga kalo dateng gak usah ngagetin, gue dijemput abang gue."

"Maaf deh, gak asik banget dijemput abang, kalo gitu gue minta id line lo aja."

"Gue gak mau,"

Aku tak sadar bahwa sedari tadi aku memegang handphone. Tanpa ragu Zaki mengambil handphone ku lalu membawa kabur. Aku langsung mengejarnya tapi nihil. Zaki sudah lebih dulu mendapatkan id line ku.

Ini bisa dibilang hari yang sial. Andai tadi aku tak menolak ajakan Zaki. Aku tak mungkin harus jalan kaki ke rumah. Untung saja jarak rumah dan sekolah tidak terlalu jauh.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam, dijemput abang, dek?"

"Engga, abang tadi katanya ada tugas kelompok jadi gak bisa jemput, Pah."

"Ya udah, Papa sama Mama mau berangkat kamu hati-hati di rumah ya."

"Papa sama Mama kan baru pulang, kenapa pergi lagi?" tanyaku dengan raut wajah yang sedih.

"Iya nih, Papa sama Mama ada urusan kerja lagi."

Aku hanya mengangguk dan segera ke lantai dua ke ruang kamarku. Aku baringkan tubuh yang lemas ini ke kasur. Aku pandangi terus atap kamar. Rasanya aku punya orangtua tapi seperti tidak punya orangtua.

Baru saja aku ingin memejamkan mata. Handphone ku sudah lebih dahulu bergetar.

ZakiHilmi : Addback ya, lagi apa?

ABIRAH [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang