16. Taruhan

157 15 11
                                        

"Saat kau mengenal kasih sayang, kau juga harus menanggung resiko kebencian." -Uchiha Itachi

"Ada sesal yang membual namun tersirat tak terungkap."

***

Esoknya aku sedikit lebih baik dengan luka yang masih tergumpal di dada. Ini masih bisa disembunyikan dengan raut ekspresi yang dibuat-buat. Meski akan terlihat dari setiap senyum dan tawaku yang memang hambar. Tapi setidaknya aku tak terlihat selalu tersakiti.

"Hai,"

Aku menoleh ke arah suara itu. Dan itu Arghi. Senyuman itu mengiris jiwaku lagi. Aku membalasnya dengan fake smile. Kami berjalan berbarengan ke kelas. "Jadi kita temenankan?" tanyanya tiba-tiba.

Aku mengangguk setuju. Aku tak banyak berbicara karena keadaan di sini benar-benar canggung. Aku hanya bisa diam, mendengar setiap perkataannya yang membosankan. Berbeda dari Arghi saat pertama kali aku temui.

Hubunganku dengannya hanya berjalan satu hari satu malam. Sudah jelas Arghi pasti dengan cepat melupakanku. Seumur jagung pun tidak. Ada sesal yang membual namun tersirat tak terungkap.

"Lo duluan ke kelas aja gue ke toilet dulu," ucapku seraya pergi.

***

Dengarkan wahai masa
Setiap harap yang kudamba
Selalu nihil tak kudapat

Cerita tentang khayal yang besar
Jadikan kecewa terus bertahan
Dalam sepi yang terbentang

-Abirah

***

Aku kembali ke kelas dan mendapati Kevin yang duduk di bangkuku. "Minggir!"

"Galak amat si, hari ini ada ulangan dadakan Matematika. Gue mau lo taruhan sama gue."

"Gak mau,"

"Kalo lo menang gue bakal kasih tahu kenapa Arghi milih Abin dibanding lo,"

"Bukan urusan gue,"

"Lo takut taruhan sama gue ya? Takut gue yang menang?"

"Gue gak takut sama lo!"

"Ya udah kalo gue menang lo harus ungkapin perasaan lo ke Arghi di depan kelas, dan kalo gue kalah gue bakal kasih tau kenapa Arghi milih Abin ditambah gue bakal jadi babu lo selama seminggu." ucap Kevin panjang lebar.

Aku masih berpikir. Tapi tiba-tiba Kevin menjabat lenganku dan seenaknya menyetujui taruhan. "Deal!" katanya sambil pergi ke bangkunya.

Aku mencegah langkahnya, "Gue gak setuju, lo tau kan si Arghi kan pacarnya Abin?!"

"Ya itukan kalo lo kalah, jadi lo nyerah duluan? Takut kalah sama gue ya?" tanyanya dengan wajah yang menyebalkan.

"Gue gak bakal kalah," ucapku mendengus sebal. Aku harus menang jangan sampai Kevin mempermalukanku.

Pak Susanto sudah ada di kelas sekarang. Ia membagikan selebaran kertas yang tidak lain soal yang harus dikerjakan. Mataku terbelalak melihat soal. Aku tak ingat, akhir-akhir ini aku sedikit jarang membuka buku apalagi untuk menghapal.

ABIRAH [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang