2. Hari Pertama

578 167 220
                                    

"Kau adalah daun yang bermandikan sinar matahari, aku adalah akar yang tumbuh dan membusuk di kegelapan." -Danzo

***

"Kita gak sekelas Bin, gimana nih?" tanyaku dengan raut wajah kecewa.

"Gimana apanya?"

"Emangnya lo gak mau sekelas sama gue?"

"Ya maulah, tapi ini udah saatnya lu berubah Rah. Lu harus lebih terbuka sama orang, idup itu harus dibawa enjoy biar gak stres."

Aku hanya diam. Tiba-tiba saja bayangan masa laluku terlintas sejenak. Aku berharap bisa sekelas dengan Abin. Sangat berharap. Aku sempat ragu, ketakutan selalu datang menghampiri. Setelah lama, aku mulai merajut asa dan mulai semangat memulai hari ini. Tapi tiba-tiba ada saja yang menghancurkan asaku.

"Kamu kenapa sayang?"

"Aku gapapa,"

"Jangan boong!"

"Gapapa Ganjar,"

"Ya udah selamat beraktivitas, kangenin aku ya sayangku,"

"Idih alay banget sih, yaudah selamat beraktivitas juga sayangku,"

Aku melirik letih. Aku iri padanya. Tak perlu berjuang, ia dapatkan perhatian penuh dari Ganjar. Tanpa dihiraukan lagi, aku segera pergi mencari kelas 10 IPA 2.

Ketika aku menemukan kelasku. Aku melihat teliti seisi kelas. Semua bangku belakang penuh dan tersisa bangku depan. Teman sebangkuku untung perempuan. Dia melirikku dan menyapaku sambil tersenyum, "Hai gue Rahma."

"Abirah," kataku melirik teman sebangkuku. Tiba-tiba seseorang menghampiriku. "Hai kita ketemu lagi, jodoh kali ya hehe."

Aku hanya tersenyum tak ada gairah untuk membalas ucapannya. Mataku hanya bertumpu pada fokus yang kosong. Entah apa yang terjadi nanti, aku akan mencoba bertahan meski itu melelahkan.

Hari ini proses belajar masih belum dilaksanakan. Mungkin besok baru saja dimulai. Ketika bel pulang terdengar, aku buru-buru ke kantin. Aku memang sudah janjian dengan Abin.

"Gimana kelas lo tadi?" tanya Abin dengan gaya penasaran miliknya yang khas.

"Ga gimana-gimana," ketus aku.

"Lo ketemu si gaje?" tanyanya lagi.

"Iya,"

"Terus gimana aja?"

"Dia cuma ngomong, 'hey ketemu lagi jodoh kali ya' cuma gitu cuman gak gue ladenin."

"Ih lo mah, nih ya waktu di cafe dia tuh keliatan suka sama lo keliatan dari sorot matanya," ucap Abin sotoy.

"Serah lu deh, Bin. Gue balik duluan, bye." ucapku sembari pergi meninggalkan Abin. Aku bergegas pergi ke halte sekolah.

***

Mulutku bersekutu dengan lelahku
Berbeda pendapat dengan hatiku

Gontai terengah kisah
Yang tak juga menjadi indah

-Abirah

***

Hari ini mungkin masih indah. Nyatanya, aku tak tau kapan semua kejadian masa laluku akan terulang kembali. Aku hanya dapat berharap itu tak terulang. Tapi perasaanku berkata lain. Aku terlanjur trauma dengan wajah-wajah baru. Yang awalnya manis namun menusuk dari belakang.

"Malam ini ingin kuteriakkan kepada seisi dunia. Ingin kubuat mereka semua mendengar. Akan kubuktikan bahwa aku bisa menang melawan kalian. Aku tak akan lagi kalah. Fighting Rah, semangatt." Batinku.

"Abirah cintaku cepet keluar temenin abang tercintamu ini." teriak Bang Dio dari luar kamar.

"Apasih bang alay banget."

"Yaelah, gue mau cerita nih."

"Apa?!"

"Abang lo yang super ganteng ini kan mau nembak cewek nih ya, menurut lo, gue harus ngasih apaan biar si cewek nerima gie?"

"Kalo menurut aku sih ya, abang gak usah ngasih apa-apa, soalnya kalo dia cinta sama abang gak perlu disogok sama benda kan? Yaudah ya aku mau tidur, bye." Kataku sambil menutup pintu.

"Dasar bocah, padahal masih jam 7 udah mau tidur aja, gua berasa idup sendirian di rumah ini." ucap Dio mendengus sebal. "Tapi, kalo dipikir-pikir kata-katanya tadi bener juga sih," lanjut Dio.

***

Ranum sudah pengharapan
Yang kekal jadi harap yang menampar
Beruntung orang yang kau dambakan
Menjadi bintang yang tak perlu meronta

Kelabu menari buatku membisu
Dewi malam menawan buatku terenyuh
Gemerlapan bintang buatku tersedu
Betapa beruntungnya mereka terkutuk

Di sini
I don't believe the beauty of love
I don't believe the beauty of life
I can't believe everything
Idk why

-Abirah

***

Rasanya tiap bait puisi yang aku tulis terdiri atas berjuta-juta pilu. Entahlah aku bahkan bingung kenapa sedih selalu menemaniku. Sedih selalu setia bersamaku. Kapan sedih akan hengkang dari kehidupanku? Aku sungguh sudah lelah.

Aku rebahkan tubuhku, aku istirahatkan seluruh beban sejenak. Tiba-tiba bayang-bayang wajah itu meraba pikiranku yang begitu kacau. Tiba-tiba aku sungguh penasaran dengan sosok Ganjar. Aku membuka handphone ku. Dan aku mulai mencari nama Ganjar di kolom search ig. Sebenarnya tak ada niat untuk memfollow, tapi aku melihat dia telah memfollowku lebih dulu.

Hampir semua photonya sedang bersama Adinda Fidzra. Orang yang membuat aku iri sejak dari tadi.

"Terus buat apa dia follow gue coba, huh dasar," batinku.

Hingga akhirnya aku memutuskan untuk tidur lebih awal malam ini. Aku terlanjur kesal dengan seluruh postingan Ganjar yang selalu bersama pacarnya itu. Apa aku terlalu berlebihan? Terserah, aku hanya merasa Adinda sangat beruntung memiliki Ganjar.

***

Tbc
Sorry ya guys baru sempet sekarang ngelanjutin cerita ini, jangan lupa vomment, semoga suka yaa❤❤

ABIRAH [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang