14. Arogan

170 20 12
                                        

"Seseorang tidak akan menyadari nilai sebenarnya dari sesuatu, kecuali mereka merasakan kehilangan." -Orochimaru

"Cewek itu kadang akan sangat sulit melupakan cinta pertamanya, apalagi jika itu mengesankan, namun bukan berarti wanita akan meminta untuk mengulang, ia juga memiliki sisi arogan yang tinggi."

***

Suaraku parau. Mataku sembab. Dan lebih parahnya lagi, badanku lemah tak berdaya. Aku melirik ke arah jendela, menikmati setiap alunan takdir. Yang hadir menyapa tiap hari. Aku tak boleh lemah, jangan lagi sedih. Aku mulai bangkit dan segera membasuh wajah. Malam ini akan ada pertemuan keluargaku dan keluarga Kak Ganjar. Aku tak boleh terlihat lusuh.

Hari ini aku meliburkan sekolah sendiri. Mama yang melarangku sekolah, karena dari tadi aku hanya berdiam di kasur. Ia menyangkaku sakit. Kak Ganjar seperti biasanya juga datang tadi, ia juga terkejut sepertinya melihatku yang hanya terdiam di kamar. Ia juga berjanji akan ke rumahku lagi pulang sekolah.

Rahma menelponku, aku langsung mengangkatnya. Rahma menghawatirkanku. Di tengah perbincanganku dengan Rahma, aku mendengar suara khas yang menusuk. Tiba-tiba ia muncul dan mengambil alih posisi Rahma. Aku tak lagi dapat berbicara. Mendengar suara itu hanya membuatku jatuh kembali. Sedikit demi sedikit air bening itu muncul. Suaranya yang khas seperti biasanya, nadanya sangat bersemangat. Aku langsung menutup teleponnya.

Sebenarnya siapa yang salah di sini? Mungkin aku yang salah, itulah sebabnya aku tersakiti. Lalu apakah dia juga merasakannya? Sepertinya tidak, sepertinya aku hanya persinggahan saja. Tak ada yang menguntungkan memilikiku. Mau di apa pun juga, aku tak bisa memutar balikan fakta, dia sudah ada yang punya.

GanjarA : masih di rumah?

Abirah : iya kak

GanjarA : gw otw

Abirah : loh bukannya kakak lagi sekolah?

Baru hitungan detik sudah ada yang membunyikan bel rumah. Aku segera membukakan pintu dan benar saja dugaanku. Kak Ganjar sudah berdiri di sana. Aku tersenyum lembut ke arahnya, "Kakak bolos?" tanyaku polos.

Dia berjalan mendekat ke arahku, "Ya enggak lah, dasar bocah." ucapnya seraya mengacak rambutku. "Terus Kak Ganjar kok gak sekolah?" tanyaku lagi.

"Tamu gak ditawarin masuk dulu? Gue aus,"

"Bomat, pokoknya kalo Kak Ganjar bolos Kak Ganjar gak boleh masuk!" titahku sembari menghalangi pintu masuk. "Lo tuh yang bolos, pake pura-pura sakit segala, bikin repot."

"Loh kok malah jadi aku?! Lagian aku gak pura-pura sakit kok tadi," kataku menbantah. "Alah paling masalah cowok, udah awas gue aus."

"Ih, Kakak kan belum jawab kenapa gak sekolah?!"

"Tadi dibubarin pe'a," ucapnya sembari mengacak rambutku. Aku sedikit sebal karena dia terus merusak tatanan rambutku. "Lo kenapa?" tanya Kak Ganjar. Wajahnya serius sekarang, tandanya ia sudah tak haus lagi.

Aku duduk di sebelahnya, "Gak papa Kak," jawabku. Suasana menjadi hening dan aku hanya menunduk menyembunyikan senduku. Kak Ganjar memperhatikanku lekat.

"Cewek itu kadang akan sangat sulit melupakan cinta pertamanya, apalagi jika itu mengesankan" ucap Kak Ganjar tiba-tiba. Aku kembali mengangkat wajahku, "Namun bukan berarti wanita akan meminta untuk mengulang, ia juga memiliki sisi arogan yang tinggi. Wajar kok lo sedih, yang gak wajar itu lo nyembunyiin rasa sakit itu dan memilih membungkam." lanjutnya.

ABIRAH [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang