Mataku sayu
Bertemu tatap dengan matamu
Tak terasa badanku meremuk
Menatap matanya kian membisuBerdiri diam mati rasa
Itulah yang kini kurasa
Tatkala ku mengingat senyumannya
Sungguh menggetarkan hati dan jiwa-Abirah
***
"Rah buruan ke lapang!"
"Ah, iya oke."
Hari ini adalah hari terakhir MOS. Ada banyak demo dari berbagai ekskul ditampilkan di tengah lapangan yang luas. Sebenarnya aku malas, apalagi harus bergelut panas di tengah keramaian. Aku lebih nyaman bergelut dengan buku di kamar tercintanya. Intinya aku enggan berbaikan dengan keramaian.
Aku menatap jauh keluar lapangan. Beberapa anggota OSIS tengah sibuk menyiapkan sound system dan pandanganku bertumpu pada sesosok pria berkacamata. Ia nampak tampan. Tiba-tiba aku tertegun.
"Apa ini? Apa aku jatuh cinta? Tidak itu tidak boleh terjadi," batinku.
"Rah, lo kenapa?"
"Ah enggak Bin," ucapku kepada Abin.
Aku kembali menatap nanar keluar lapang. Aku kembali melihat sosok itu, namun sedang bersama wanita. Aku gusar dan penasaran, namun kucoba untuk menahan rasa penasaranku itu.
"Lo nyari siapa sih, Rah?"
"Enggak, Bin."
Ngomong-ngomong soal Abin, dia adalah teman baruku. Entah kenapa Abin bisa merasa cocok denganku. Padahal kebanyakan orang lebih mencari teman yang terkenal daripada sosok tertutup sepertiku. Abin dengan senantiasa merubahku menjadi sosok yang lebih terbuka. Aku juga berdo'a, semoga dirinya bisa sekelas dengan Abin. Karena dia menjadi harapan keluh kesahku nanti.
Oke, kembali lagi ke laptop.
Tiba saatnya istirahat, aku dan Abin pergi ke kantin. Ini yang paling menyebalkan dari kantin bagiku, selalu saja penuh dengan lautan manusia.Kami begitu susah payah mencari tempat untuk duduk. And finally, kami menemukan tempat duduk meskipun di pojok sekali.
"Rah, belakangan ini lo bengong terus kenapa? Cerita dong," pinta Abin.
"Oke gue cerita, tapi lo janji dulu gak bakal ngetawain gue."
"Oke, janji apaan?"
"Tadi pagi gue tabrakan.."
"Hah, beneran? Mana yang luka? Siapa yang nabrak? Kok lo keliatan gak papa sih?" potong Abin panjang lebar.
"Abinaya Lestari, dengerin dulu! Gue bukan tabrakan motor ataupun mobil, tadi pagi gue tabrakan sama Kak Ganjar dan dia nolongin gue."
"Ganjar Adiputro?"
"Iya,"
"Yang berkacamata itu?"
"Iya,"
"Terus alasan lo bengong sambil ketawa-ketiwi sendiri itu, lo baper sama dia?"
Aku tak menjawab.
"Heh, dia nolongin lo karena dia merasa bersalah, dia kan yang nabrak? Lagian nih Rah, sebelum lo banyak berharap gue mau kasih tau lo, dia itu udah punya pacar." jelas Abin.
"Gue emang gak pantes buat bahagia," jawab aku dingin.
Aku merasa telah dibuang ke dasar jurang paling menakutkan. Aku merasa terusir ketika Abin bilang bahwa Ganjar sudah memiliki tambatan hati. Dan perkataan itu terus terngiang di telingaku, hingga selalu terasa sesak di dada.
"Rah maksud gue bukan gitu, lo pantes buat bahagia, semua orang pantes buat bahagia. Lo boleh suka sama siapa pun, gue janji Rah gue bakal bantuin lo semampu gue," kata Abin sambil mendekapku.
***
Baru sedetik aku terbang
Dan sedetik itu pula aku jatuhAku mulai mengenang
Selama ini, bahagiaku selalu semuKini semangatku bertumpu pada satu titik
Titik yang kini jatuh dipangkuan mimpi
Tak banyak terukir oleh perih
Namun tak dapat kugapai tinggi-Abirah
***
"Dek, lu kenapa?" tanya Bang Dio -Kakakku.
"Gak papa,"
"Boong lu, kok kaya yang lagi kecewa gitu, diputusin pacar ya mbak?"
"Apaan sih bang, ngapain juga abang masuk ke kamar aku, maen nyelonong aja lagi," bentakku.
"Iya maaf, maaf. Tuh ada temennya di bawah cepetan samperin."
"Siapa Kak?" tanyaku penasaran.
"Mana gue tau,"
Aku langsung turun ke bawah. Dan ternyata Abin yang datang ke rumahku. Abin memang sudah tau rumahku. Dia sudah dua kali datang ke rumahku. Dan sepertinya Abin datang kesini untuk merayakan hari terakhir MOS. Besok adalah hari pertama kami resmi menjadi murid SMA Garuda dan besok pula hari yang paling mendebarkan. Kenapa? Besok akan langsung diumumkan pembagian kelas yang akan 3 tahun ditempati.
"Ada apa?" tanyaku basa-basi.
"Ya main ajah, keluar yu!" jawab Abin.
"Kemana?"
"Kita makan di cafe all of star aja,"
"Oke wait lima menit ya, gue ganti baju dulu."
***
"Rah gue baru tau lo punya Kakak," kata Abin sambil menyantap makanannya.
"Iya, gue emang belum pernah cerita. Dia Kakak gue yang super jail. Namanya Dio."
"Lo kan tertutup sama orang, kalo sama Kakak sendiri, lo suka cerita gak?"
"Males banget, dia emang pendengar yang baik tapi entar ujung-ujungnya bakal ngeledekin."
Abin membalasku dengan tertawa. Tiba-tiba seseorang datang menghampiri kami. Ia mengagetkan kami dan tersenyum manis sambil berucap,"Hai."
***
Tbc.
Haii author, ditunggu banget sarannya yah. Jangan jadi silent rider, semoga sukaa 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIRAH [Completed]
Teen FictionAda gadis dungu yang kebingungan. Ia bersedih akan sesuatu yang ingin sekali ia miliki. Terenta membisu, tertatih meronta, pada kenyataan yang tak mau mendengar. Gadis ini terus bermimpi, hal-hal yang tak pernah ia miliki. Gadis ini terus berkhayal...