"Suatu hari aku ingin menjadi sesuatu yang berharga bagi orang lain." -Sabakuno Gaara
***
Matahari merajuk mesra, menarikku ke dalam dunia nyata. Ada sebuah jeritan tak terdengar, namun keras memaki jiwa. Aku merasa tak tenang. Orang itu datang lagi. Setelah membuat luka yang dalam. Orang itu hanya menguji. Aku tak boleh termakan.
Hari ini aku akan sedikit terlambat. Karena kebetulan tadi malam Bang Dio mengajakku berangkat bersama, jadi aku lebih tenang. Dengan motor sportnya, aku bisa sampai ke sekolah hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Entah apa motif ajakan dadakan itu, aku sama sekali tak peduli.
Sunyi.
Kata itu selalu tepat menggambarkan suasana rumahku ini. Papa, Mamaku, mereka selalu sibuk dengan pekerjaannya. Ada yang belum kalian ketahui. Aku bukan anak kandung Papa dan Mama. Aku tumbuh besar hingga usia 5 tahun di panti asuhan. Aku terlahir sebagai yatim piatu. Ayah kandungku meninggal waktu usiaku 4 bulan di kandungan ibu, sedangkan ibuku meninggal selepas melahirkanku.
Aku selalu bilang bahwa diriku memang pembawa sial. Dan hari ini juga sangat sial bagi diriku. Tiba-tiba saja motor Bang Dio mogok dan alhasil aku harus mencari mobil umum ataupun ojek.
"Keliatannya aja bagus, tapi mogok-mogokan, huh."
"Udah jangan ngomel lagi tuh ada tukang ojek cepet gih entar telat." ucap Kak Dio sembari mencolek pipi aku.
Untung saja aku sampai di sekolah tepat waktu dan tidak telat. Aku segera bergegas ke kelas.
"Abirah?"
"Iya kenapa?"
"Lo dapet nilai 100 di ulangan mtk, 95 di Fisika. Hm, otomatis lo bakal jadi saingan gue. Gue cuma mau lo tau aja ya, nilai fisika gue 100, tapi mtk gue cuma 90."
"So?"
"Dengan gini, lo udah ngibarin bendera pertempuran ke gue!!" ucapnya membentakku.
"Gaje banget ya ni orang," batinku.
Aku hanya melihatnya bingung. Meskipun Kevin bad boy tapi dia juga memperhatikan pelajaran. Aku mempunyai firasat, Kevin akan menjadi sainganku atau rivalku yang terberat. Cowok bad boy yang terpelajar. Hm, leh ugha tuh.
Ketika aku terlelap dalam lamunanku, Arghi datang mengejutkanku. "Rah, bengong aja lu."
"Ghi, gue kan udah bilang jangan ngagetin. Ini udah ketiga kalinya lo ngagetin gue."
"Maaf deh, perasaan baru kedua deh."
"Ga ngaku lagi, yang pertama waktu di cafe all of star yang tiba-tiba lo bilang hai sambil gebuk meja, yang kedua waktu di koridor dan sekarang yang ketiga. Lo tuh ya pengen buat gue jantungan hah?!"
"Iya, iya gue ngaku. Gue minta id line lo dong, gue mau nambah kontak aja."
"Gak,"
Tanpa ragu, Arghi mengambil handphone ku lalu membawanya ke luar. Seketika aku merasakan ada bayangan yang menyelinap ke dalam pikiranku.

KAMU SEDANG MEMBACA
ABIRAH [Completed]
Fiksi RemajaAda gadis dungu yang kebingungan. Ia bersedih akan sesuatu yang ingin sekali ia miliki. Terenta membisu, tertatih meronta, pada kenyataan yang tak mau mendengar. Gadis ini terus bermimpi, hal-hal yang tak pernah ia miliki. Gadis ini terus berkhayal...