Chap 7. Miracle In Desember

26.5K 4.2K 700
                                    

I'm struggling to find you who I cannot see...

I'm struggling to find you who I cannot hear...

I see things that I couldn't see before...

I hear things that I couldn't hear before...

After you left me, I have grown a power...

That I didn't have before...

***

Desember yang dipenuhi salju tiba. Chanyeol sudah pulih dan telah kembali dari rumah sakit sejak beberapa bulan lalu. Namun meski dia sudah tiba di rumahnya, lelaki itu tidak segera menemui Byun Baekhyun. Chanyeol masih harus mengobati luka di wajahnya agar terlihat bersih. Dia tidak ingin Baekhyun menghindarinya dan menganggapnya macam-macam.

Chanyeol menahan diri selama itu untuk menemui Byun Baekhyun. Hatinya selalu menghangat ketika mengingat lelaki itu. Meski dia hanya melihat wajah Baekhyun dari foto, namun dia yakin kalau Baekhyun apa adanya. Wajahnya manis sekali. Tubuhnya mungil...

Chanyeol ingin segera menemui lelaki manis itu. Hanya saja dia tidak ingin semua rencananya buyar. Jadi, Chanyeol mencoba menahan diri sebisa mungkin. Wajah yang penuh lebam itu berangsur pulih. Wajah tampannya kembali lagi.

"Apa yang akan kaulakukan?" Yuri bertanya. Chanyeol tersenyum lembut. Dia sudah mempersiapkan rencana ini sejak beberapa bulan lalu, sejak tubuhnya pulih dan keluar dari rumah sakit.

"Aku akan segera menemuinya, Mama."

"Sekarang?" Yuri bingung begitu melihat Chanyeol sudah bersiap-siap sejak tadi. Lelaki itu memakai jaket dan syal kesayangannya.

"Belum. Aku masih ingin melihatnya."

"Kenapa tidak langsung mengajaknya tinggal bersama kita?"

"Apa Mama pikir dia akan setuju?"

Yuri menggeleng. Chanyeol benar. Baekhyun bukan tipe lelaki seperti itu. Dia tidak akan pernah mau merepotkan orang lain meski keadaannya tidak beruntung. Yuri bingung. Kalau dia terlalu terburu, dia malah takut Baekhyun curiga dan menjaga jarak dengan anaknya.

"Doa Mama menyertaimu, Sayang."

Chanyeol mengangguk pelan. Kakinya melangkah cepat. Supir keluarga sudah menunggu sejak tadi. Mereka berangkat ke sebuah tempat yang mungkin sekarang ini jadi markas lelaki Byun itu. Uang banyak hasil penjualan cincin yang Baekhyun dapatkan dirampok, dan Baekhyun tidak memiliki uang lagi. Miris sekaligus membuat sebuah penyesalan dalam diri Baekhyun. Dia terlalu ceroboh!

Hal pertama yang Chanyeol lihat ketika mereka baru saja sampai adalah Baekhyun yang meringkuk kedinginan di salah satu halaman sebuah pertokoan. Wajah lelaki manis itu terlihat sangat kusut. Bibirnya gemetar. Jaketnya terlalu tipis untuk cuaca sedingin ini. Chanyeol tidak ingin berdiam diri di sana. Dia ingin menghampiri Baekhyun. Namun dia juga tidak ingin gegabah.

Beberapa orang berlalu begitu saja. Meski begitu, Baekhyun tidak meminta apa pun dari mereka. Dia hanya menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya, berharap telapak itu bisa sedikit hangat dan tidak membeku.

Chanyeol menangis di bangku belakang. Supirnya berbisik pelan dengan suara lembut. "Tuan, kenapa tidak menghampirinya saja?"

Chanyeol menggeleng. "Aku ingin melakukannya. Tetapi kalau aku melakukan itu, dia akan makin jauh dari jangkauanku."

"Apa dia orang yang penting?"

"Sangat penting." Chanyeol mengusap air matanya. Hatinya sangat sakit ketika melihat Baekhyun menderita. Padahal dia belum pernah mengenal lelaki itu. Bahkan dia hanya mengetahui ceritanya saja, tidak mengenal dan melihat sendiri.

My Poor HousemateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang