Chap 9. Machine

26.6K 3.9K 902
                                    

I wouldn't shed blood eventhough I get hurt...

A perfect beauty, a dream-like golden ratio...

His vibrant and fresh hair...

Marble-like skin seems surreal...

***

Baekhyun sudah pernah belajar tentang hidup keras sebelumnya sehingga dia mulai bisa belajar memahami orang lain. Baekhyun tahu hidup tak semanis itu, namun semua tingkah baiknya sekarang terbalas sempurna. Karena itulah Baekhyun masih belum bosan untuk menebar kebaikan, meski pada kenyataannya dunia tak seramah itu. Sekarang, Baekhyun kembali terdampar pada tempat yang sama. Seseorang telah mengetuk pintu apartemennya dan meminta bantuan. Baekhyun ingin membantunya tanpa sebab.

Entahlah. Ketika melihat Channie, Baekhyun ingat masa lalunya. Dia ingin membantu Channie, seperti orang lain yang telah membantunya. Dia ingin berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Dia bisa sampai di titik ini adalah karena orang yang baik hati, jadi dia tidak boleh menyombongkan diri. Prinsipnya harus terus dia jaga agar semuanya tak luruh begitu saja.

"Baekhyun-ah..." Chanyeol tiba-tiba muncul. Baekhyun menoleh seketika. Dia sedang duduk di balkon kamarnya. Dia sudah terbiasa begini.

"Ada apa?"

"Kau sedang apa?"

"Melamun."

"Aih, kau melamun tentang apa?"

"Kenapa aku harus memberitahumu apa yang kulamunkan?" Baekhyun tergelak. Chanyeol melangkah ke arahnya tanpa izin. Chanyeol ingin sekali berdekatan dengan Baekhyun. Apa pun tentang Baekhyun selalu membuatnya bahagia.

"Apa aku boleh duduk di dekatmu?"

Baekhyun menggeser pantatnya, memberikan ruang untuk duduk Chanyeol. Sekarang Chanyeol punya nama baru, dan otomatis panggilannya pun jadi baru. Dia tidak tahu kenapa harus memikirkan masalah ini bersama orang asing.

Orang yang bahkan belum sehari berkenalan dengannya.

Ini aneh sekali! Baekhyun bisa percaya pada Channie tanpa sebab. Namanya imut sekali, mirip dengan nama perempuan. Tetapi Channie yang ini sangat gagah dan juga tinggi.

"Ini aneh sekali..." Baekhyun berkomentar. Chanyeol menoleh ke arahnya, tersenyum. Meski hanya dengan mendengar suara Baekhyun, Chanyeol merasa sangat bahagia.

"Aneh kenapa?"

"Kenapa aku seperti mengenalmu? Kenapa aku tidak berpikiran buruk tentangmu?"

"Tentu. Aku bukan orang jahat, Baekhyun-ah..."

"Lalu bagaimana bisa kau sampai di apartemenku? Banyak pintu di sini, kenapa kau memilih pintuku?"

Chanyeol sudah menyiapkan jawabannya sejak dulu, jadi dia sudah hafal ingin bicara apa.

"Aku tidak tahu. Ketika melihatmu membuka pintu, hatiku menghangat seketika."

Dan itu memang fakta. Meski bahan dasar ceritanya adalah sebuah dusta, namun yang Chanyeol rasakan memang seperti itu.

"Bagimana bisa aku memercayaimu, Channie?"

"Aku tidak punya wajah jahat, Baekhyun. Aku miskin. Sekarang ini aku teman serumahmu."

"Aku yang aneh, Channie. Kenapa aku harus menampung seorang lelaki yang terlihat jauh lebih kuat dariku?"

"Aku akan membayarmu."

Baekhyun menggeleng pelan. Sekarang masalahnya bukan itu. Dia tidak punya masalah dengan hal seperti itu. Dia hanya ingin mengatakan apa yang dia rasakan.

My Poor HousemateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang