DAY 4

1.9K 180 27
                                    


Ia berada di sebuah taman bunga. Indah. Bunga lily putih dan dendilion yang bertebaran. Suasana langit yang cerah, bahkan udara musim panas yang menyegarkan dapat dihirup penuh. Ah, nyaman sekali.

Dimana aku?

Di perhatikannya sekeliling lagi. Rumput hijau mendominasi. Namun ada seseorang, anak kecil, tengah duduk memainkan rangkaian bunga di ujung sana. Dihampirinya anak itu secara perlahan. Mungkin anak itu tau ia ada dimana sekarang. Dia berjalan semakin dekat. Sampai jarak 3 langkah, anak itu menoleh padanya.

"Sehunnie?"

Deg

Anak itu tersenyum, mata rusa dan senyuman menawan itu membuatnya ingat pada seseorang. Tapi siapa? .

"Sehuuunnie, ayo main... aku sudah menunggu lama"

Anak itu awalnya tetap tersenyum lebar, tapi lama-lama senyum itu memudar...

Background langit biru menggelap menjadi langit mendung

"Sehuuuunie, lulu sudah menunggu sehunnie lama..."

Anak itu bersuara semakin lirih, seperti akan menangis. Taman bunga disektarnya kini berubah menjadi beton, aspal, dan bangunan. Di depannya berganti menjadi sebuah bangunan café dengan berbagai berbagai orang yang mengumpul menjadi satu. Anak kecil tadi masih disana. Berdiri disebelah tiang lampu jalan.

"lulu sudah menunggu lama tapi sehunnie tidak juga datang. Apa sehunnie sekarang membenci lulu?"

Sehun ingin mendekat ke anak itu. Melihatnya menangis membuat hatinya menjadi sakit. Sehun ingin mengatakan jika ia sudah ada disini. Ia ingin berteriak. Tapi suaranya tak kunjung keluar meskipun ia mencoba bahkan kakinya juga tidak bisa bergerak. Seakan ada rantai yang membuatnya melekat dengan aspal jalan disana. Kenapa?

Anak itu berjalan menuju gerombolan tadi. Sehun tetap mengawasi anak kecil itu. Anak itu semakin mendekati seseorang disana dan kini Sehun tau bahwa orang – orang disana sedang mengerubungi seorang anak kecil lain yang tengah berbaring disana. Dengan cairan merah – Ia yakinin darah – yang menutupi wajahnya. Kini wajah anak kecil yang tadi ia amati menjadi datar, anak itu sekarang sedang meliriknya. Awalnya sehun merasa senang karena anak itu kembali menyadari eksistensinya. Namun tatapan datar yang menyakitkan itu membuat sehun merasakan pisau tajam menancap di hatinya. Uljima...

"Sehunnie tidak mau bermain bersama lulu"

"Sehunnie sudah berjanji tidak akan meninggalkan lulu"

"Sehunni berjanji tidak akan membuat lulu kesepian"

"Sehunnie bohong!!!"

AAARRGH –Sehun mulai merasakan pusing yang amat sangat di kepalanya.

"Sehuunnie Pembohoong!!"

Tidak...Tidak

"Sehunnie..."

"sehunnie... "

"SEHUNNIE AWAS!!!!"

ZRET

"AAAAARRRGH!!"

Nafasnya memburu. Dibukanya mata lebar-lebar. Keringat yang bercucuran mulai menetes dari dahinya. Tubuhnya mendingin, tapi peluh juga memburu untuk keluar. Diusapnya wajah tampannya dengan kasar.

Itu mimpi. Itu hanya mimpi. Mimpi yang buruk

Ditutupnya wajah itu sambil kembali mengatur nafasnya. Mimpi itu hamper terasa nyata. Bayangan anak itu masi ada meskipun kini wajahnya memburam. Ia tidak ingat wajahnya, tapi ia ingat perasaan sakit itu yang kini entah menjadi rasa rindu. Rindu yang amat sangat. Lulu... lulu....

"aku mencintaimu sehunnie"

SRET

Ditariknya tangan itu dari wajahnya. Ia mendengarnya lagi. Ia mendengarkan suara anak itu lagi.

Aaaah, siapa dirimu yang membuatku menjadi rindu?

Duh. Jika seperti ini terus kau bisa menjadi gila Sehun.

*****

Hari sudah menjadi pagi. Aktivitas sekolah harus kembali seperti semula lagi. Datang – duduk – dan menghempaskan kepala ke atas meja. Kali ini ia benar-benar butuh tidur. Salahkan mimpi buruknya yang menjadikannya enggan untuk menutup mata barang semenitpun malam tadi. Duh, kenapa harus mimpi buruk yang ia alami? Kenapa bukan mimpi sisi erotis Luhan seperti malam-malam sebelumnya – eh? Kenapa harus sisi erotis Luhan??? AAARRH aku sudah menjadi gila???

" kau bisa menjadi botak jika menjambaki rambutmu seperti itu sehunnah"

Eh? Oh, ternyata tanpa sadar Sehun telah menjambaki saat ia frustasi tadi. Diliriknya sosok yang tiba-tiba muncul itu. Shit! Xi Luhan dengan senyum malaikatnya.

"oh, tapi kalau kau memang ingin merubah style rambutmu menjadi botak aku sarankan untuk pergi ke salon dari pada kau melukai diri sendiri. Kecuali kau memang seorang masochist aku tidak bisa berkomentar lebih"

Sial si mul-

"ah, tapi aku lebih suka kau tidak botak. Lebih tampan seperti ini"

Sial sial sial.

"urus saja urusanmu sendiri"

"ahahaha... kau tersipu sehunnah"

Sial!

Kriiiiiing Kriiiiiing

*****

Kyaaaa Dia tersipu~

Batin Luhan berteriak senang, ia masih memandangi wajah datar itu, jika kalian mengamati lebih seksama lagi kalian akan menemukan semburat merah diwajahnya. Ia tengah tersipu karena ucapan Luhan, dan Luhan tau itu. Sungguh menyenangkan menggoda 'bayi' besarnya dipagi hari,

Kriiiiiiing Kriiiiiiing

Bunyi bel masuk sudah berdering, Luhan masih memandangi Sehun sampai ia menyadari guru akan masuk kedalam kelasnya.

" Siang anak – anak ..."

Eh, bukannya sekarang mata pelajaran Matematika? Seharusnya yang mengajar adalah Yunho Saem bukan? Kenapa malah istrinya –Jaejoong Saem- yang masuk??

"tenang, bukan saya yang mengajar kalian. Yunho saem sedang perjalanan ke sini. Saya sebagai wali kelas hanya akan mengumumkan jika ada murid pindahan lagi yang akan masuk kekelas kita"

Dalam hitungan detik, yang tadinnya kelas ramai menjadi sepi sunyi. Para murid ini seperti menanti sebuah mangsa. Menunggu siapa yang akan bergabung di kelas mereka.

"Kamu. Silahkan masuk" panggil jaejong

Dari arah pintu masuk, sesosok wanita mungil cantik berjalan anggun menuju ke depan kelas. Gadis itu menampakkan senyum manis dibibir merah akibat polesan lip blamnya. Pandangannya menjuru kesemua murid disana, ia tengah mencari seseorang.

Cih...

Di bangku paling belakang, si manly –cantik- pemilik mata rusa sedang mendecih. Akhirnya datang juga,si nenek lampir.

SREET BRAK

Hanya melirik tanpa menoleh. Luhan sudah tau siapa orang yang tiba-tiba berdiri disebelahnya. Cih tak perlu heboh seperti itu, Sehunnie pabbo

" Yoona? "

- TBC -

how?

love game!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang