Bab 3

1.2K 158 3
                                        

Hans

Begitu Mark dan Jane pergi, aku menelusuri beberapa barang milik Owen di dalam kamar sembari menyalakan lampu. Hari sedang hujan sedang. Kuharap mereka berdua membawa payung supaya tidak kehujanan.

Baik. Di dalam kardus, aku melihat laptop merek lama yang pernah populer; beberapa buku catatan lama; satu berkas berisi koran-koran lama; pulpen rusak; serta jam tangan rusak.

Aku menyalakan laptop itu yang beruntungnya menyala. Kuperiksa isi-isi laptop yang masih menyimpan beberapa berkas lama. Mataku menelusuri data-data lama di dalam dan menemukan hasil karya kinerja miliknya. Sebuah berkas bertuliskan Naskah Terakhir, Jejak Keheningan tertampang di layar dan aku meng-klik berkas itu tanpa banyak berpikir.

Layar menampilkan Microsoft Word yang sekitar berpuluh-puluh halaman naskah yang terdiri dari beberapa bagian. Aku pun membaca naskah di bagian awal.

***

Jejak Keheningan, bagian 1

Petir besar menggelar di dalam sebuah kamar gelap. Penerangan yang berupa satu-dua batang lilin itu tidak membantu suasana mencekam di dalam diri Noel. Noel merasakan adanya aura mencekam yang perlahan-lahan memakan setiap lapisan tubuh tuanya.

Tangannya bergetar hebat. Matanya berkunang-kunang. Rasanya ia seperti dikontrol seseorang--atau sesuatu--dengan keras dan mengerikan. Ya, ia mengakui bila ia memang ketakutan sekali. Sangat ketakutan.

"Ku-Kumohon... Ja-Jangan bu-bunuh a-a-a-aku."

Dia tidak gila atau tidak waras. Di dalam kegelapan, Noel bisa merasakan kehadiran individu yang ia kenali. Ia tidak menyangka bila orang itu malah akan menjadi orang mengerikan yang akan menghancurkan segala yang sudah dia miliki.

"'Jangan bunuh aku'? Apa kau bercanda?" Individu itu berjalan mendekati Noel. "Lucu. Bukankah kau sendiri yang mengancamku untuk membunuhku kalau kubilang masalah ini kepada yang lainnya? Dan kau malah memintaku untuk tidak membunuhmu? Jangan banyak mimpi!"

Beberapa detik kemudian, individu itu mengatur napasnya yang terengah-engah. Tubuhnya sedikit bergetar dan kelelahan. Tubuh Noel tidak bergerak di tempatnya. Seutas tali terpasang pas di bawah kepalanya. Ia menaruh kursi dengan posisi seolah-olah ditendang ke lantai dengan kasar.

"Selesai," bisik sang individu. Senyuman keji tergambar oleh mulutnya. "Tinggal masalah kecil itu dan segalanya akan selesai."

***

Hm. Ada banyak beberapa kekurangan di dalamnya tapi tidak buruk juga bagi penulis misteri muda.

Tok! Tok! Tok! Tok!

Siapa itu?

Tok! Tok! Tok! Tok!

"Iya, iya. Sebentar."

Aku beranjak dari kasur dan berjalan mendekati pintu kamar. Kulihat lubang kecil yang biasanya ada di setiap hotel dan melihat wajah Mark yang cukup panik.

Ada apa dengannya?

"Hans!" teriaknya tepat setelah aku membukakan pintu. "Cepat! Cepat! Lo harus ke rumah nomor 226A!"

"Hah? Memangnya kenapa?"

"Udah, nggak usah banyak bacot! Ikuti aja!"

Heran bercampur jengkel, Mark membawaku keluar hotel, menelusuri jalanan desa, dan akhirnya berhenti berjalan beberapa meter dari kerumunan orang-orang di depan rumah.

Jejak Keheningan [3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang