Bab 10

954 124 6
                                    

Jane

Semuanya baik-baik saja.

Semuanya baik-baik saja.

Semuanya...

Aku berhenti berpikir sambil memegang pipi kiriku dengan halus.

...nggak baik-baik saja.

Semuanya hancur.

Aku hancur.

AKU HANCUR.

Aku tidak peduli lagi. Aku tidak peduli apabila sikapku di sini membuat para pelanggan risih. Kutumpahkan semua air mataku. Kutumpahkan semua kebencian, kekesalan, dan kesedihan dalam hatiku. Kutumpahkan semuanya.

Kenapa? Kenapa yang kulakukan selalu begini? Kenapa pada akhirnya, semua orang membenciku? Bahkan Mark, orang yang kukira berbeda... ternyata tidak ada bedanya dengan pria-pria berengsek itu.

Bodohnya aku. Kukira aku bisa mempercayainya. Kukira dengan melihat seorang bocah nakal yang membuatku darah tinggi sepanjang waktu bisa mengubah keadaanku saat itu.

Pathenic, isn't it?

Aku muak. Aku muak.

"Mau sampai kapan lo pasang muka begitu?"

Mendengar suara itu, aku diam.

"Nggak mau jawab? Oke deh. Gue duduk aja, gimana?"

Tanpa menatap wajah Hans, dia duduk di hadapanku lalu mengambil menu minuman.

"Kenapa lo di sini?" tanyaku langsung.

Hans menatapku. "Wow. Pertanyaan spontan. Aku tidak menduga."

"Jawab saja."

Hans mengangkat tangan. "Oke. Lo menang. Gue ke sini buat cari lo."

Aku mendengus kesal. "Yang benar saja."

"Terserah apabila lo nggak percaya. Gue ngomong jujur. No lies, no manipulation."

"Lalu gimana ceritanya gue bisa percaya sama lo yang serba rahasia kayak James Bond atau semacamnya itu?"

"Karena gue tahu hal yang sebaiknya lo nggak tahu."

What a suprise.

"Jane, jangan menilai Sera sebagai penipu. Ya, dia memang nggak pernah bercerita apa-apa soal dirinya lebih mendalam daripada lo, gue, maupun Mark. Tapi dia tahu itu yang terbaik buat kita semua."

"Kalo memang begitu, kenapa dia oke-oke aja ngomong sama lo?" tanyaku sinis.

"Karena gue tahu gimana rasanya menjadi dia."

Hah? "Maksud lo?"

Hans menggaruk kepala belakangnya padahal jelas-jelas dia melakukannya bukan karena kepalanya terasa ingin digaruk. "Jane, keluarga gue bukan sembarangan keluarga. Pihak keluarga gue sudah lama menjadi bagian kerja sama dengan pemerintah."

"Apa ini semacam lelucon? Karena ini nggak lucu sama sekali."

"Ini bukan lelucon. Ini bukan candaan. Semuanya benar. Keluarga Bristow sudah lama menjadi keluarga berpengaruh di kalangan tertentu. Gue nggak bisa cerita lebih mendalam tapi intinya keluarga gue punya banyak koneksi kuat dan rata-rata musuh memiliki hasrat kuat untuk melenyapkan seisi anggota Bristow."

Aku hanya bisa terdiam mendengar Hans bercerita soal keluarganya. Kalau dipikir-pikir, keluarga Hans memang selalu terlibat dalam hal-hal berbahaya. Seperti ayahnya yang merupakan Ajun Komisaris Polisi yang meski tidak berpangkat tinggi tapi berhasil menyelesaikan kasus-kasus berat atau ibunya yang merupakan hakim yang mampu menyeleksi dan memberikan hukuman yang pantas di pengadilan.

Jejak Keheningan [3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang