Hans
Kemarin siang
"Lo yakin mereka semua bakalan datang?"
Pertanyaan yang diucapkan oleh Jane membuat lamunanku langsung menghilang. Sejenak, kutatap wajah anak itu sementara dia sendiri hanya mengangkat bahu.
Hari ini, OSIS mengadakan rapat--lebih tepatnya, rapat dadakan--gara-gara kemarin malam sebagian besar anggota OSIS tidak bisa dihubungi. Terpaksa, aku harus memindahkan jadwal rapat yang tadinya jam 9 pagi diundur menjadi jam 12 siang. Kontan, mereka semua menyerukan protes. Tapi aku sudah menegaskan agar semua orang harus hadir.
"Kalo mereka nggak datang, kita batal aja. Toh, nanti elo yang kena masalah sama guru-guru," ucapnya dengan nada meremehkan.
"Lo berani berbuat gitu sama gue?"
"Who knows?"
Brak!
"Hellooo everybody! Apa gue ketinggalan sesuatu?!"
Aku nyaris saja melompat dari tempat dudukku karena terkejut. Mataku menangkap sosok seorang cowok dengan pakaian tidak rapi. Rambutnya tidak dipotong rapi, sehingga diikat ekor kuda dalam model shaggy. Ekspresinya terlihat senang, seperti hendak melakukan kenakalan-kenakalan lainnya.
"Lho, mana yang lainnya? Kok cuma lo sama si cewek borjuis ini?"
"Hei!"
"Pada malas," jawabku apa adanya, tak menghiraukan nada kekesalan Jane. "Sungguh, sekolah ini perlu perombakkan sistem ketertiban total."
"Ah, masa sih? Menurut gue kagak perlu deh."
"Itu karena elo anak nakal yang kerjaannya cari masalah."
"Apa gue telat?"
Pintu terbuka pelan dan kali ini muncul sosok cewek berambut ponytail dan berwajah muda. Ia memegang beberapa buku laporan kelas. Mungkin dia tengah mencerna apa yang sedang terjadi di sini.
"Taylor! Kok datangnya tiba-tiba?!" Mark berteriak sambil melompat dan terjatuh mengenai salah satu kursi.
"Ah, sori kalo kehadiran gue bikin kalian semua kaget." Taylor terlihat malu-malu lalu datang menghampiriku. "Itu laporan absen tiap kelas. Nanti ada beberapa tambahan."
"Oke... dan Tay..."
"Ya?"
"Nanti beritahu anggota OSIS lainnya untuk batalkan pertemuan. Gue rasa kagak ada yang mau datang."
"Baik."
Setelah Taylor pergi, Jane menatapku. "Lha, kenapa lo batalin?"
"Kan sudah kubilang ke Taylor, kayaknya nggak ada yang mau datang. Dan lagian, kita bertiga perlu pergi."
"Pergi?" tanya Mark heran.
"Kita bertiga?" tanya Jane bungung.
Kuperlihatkan layar ponselku yang masih menampilkan satu pesan baru di BBM.
Sera: beritahu yang lainnya untuk berkumpul di Ruang Komputer sekarang juga.
***
"Apa lo mau jelasin kenapa kita kumpul di sini?"
Sera bersandari di pinggir meja guru, tengah menutup matanya. Bukannya menjawab, dia hanya menyerahkan sebuah flashdisk berwarna hitam.
"Memangnya apa--"
"Buka saja di komputer dan kalian akan tahu."
Kami bertiga melirik satu sama lain, jelas-jelas ingin mencari tahu apa maksud Sera. Tapi kami tahu kalau Sera takkan menjawab jadi lebih baik kami mengikuti apa katanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Keheningan [3]
Mystère / ThrillerThe Grudge Series #3 Dalam rangka mencari tahu si dalang berinisial "Mind", Jane dan kawan-kawan mulai melakukan pencarian tentangnya. Yang tak diduga, ternyata orang itu melakukan sebuah pertaruhan apabila mereka mau mencari tahu tentang dirinya le...