Bab 14

903 113 5
                                    

Mulmed: Hyouka BGM 29 (OST saat Houtaro melakukan deduksi ala detektif)

Hans

"Gue nggak ngerti. Kalau kita nggak punya bukti, gimana caranya kita tahu kalau dialah pelakunya?"

Aku tersenyum kepada Jane sambil menjawab. "Tenang. Gue udah minta bantuan buat periksa beberapa hal. Begitu datanya udah ada di tangan gue, maka semua kasus-kasus ini akan selesai."

"Lalu selama Hans menjelaskan semua kasus itu, kita berdua pergi menyelamatkan Mark," lanjut Sera.

"Gue ngerti soal itu. Tapi kenapa mesti lo yang menemani gue? Gue bisa sendiri. Lo bisa bantu Han."

Sera menggeleng. "Tidak mungkin. Kalau terjadi sesuatu denganmu atau Mark, aku tak bisa menolong kalian. Lebih baik kita berjaga-jaga untuk sementara."

Jane mendesah. "Lo keras kepala juga. Ya udah. Terserah apa mau lo. Gue angkat tangan aja."

Dia pergi tanpa mengucapkan apa-apa.

Sera menghela napas. "Dia masih marah denganku."

"Tenang, Rei. Sehabis ini selesai, lo bisa jelaskan semuanya sama Jen. Dia pasti paham."

"I hope so."

"Tapi apa lo yakin?" tanyaku memastikan. "Lo yakin kalo apa yang lo kasih tahu ke gue... bakalan terjadi?"

Sera terdiam sebelum akhirnya berkata, "Aku tak yakin secara 100 persen. Tapi aku yakin bila apa yang kukatakn padamu bisa terjadi dengan persentase tinggi dari 50 persen."

"Gue nggak suka rencana yang lo kasih tahu gue, Rei. Terlalu berbahaya. Terlalu beresiko."

"Aku tahu, Hans," ujar Sera pelan. "Tapi untuk memenangi perang ini, kita berdua harus mengambil resiko ini. Jika tidak, perang ini akan terus menerus berlanjut dan akan banyak korban tak bersangkutan yang terjerumus dalam bahaya ini. Aku tak bisa membiarkan hal itu terus terjadi."

"Tapi ini benar-benar berbahaya buat lo, Rei!" protesku. "Gue nggak bisa biarkan itu terjadi. Gue..."

Aku terdiam. Pikiranku masih berkecamuk pada kata-kata yang sebelumnya Sera--tidak, Rei katakan padaku. Bagaimana bisa aku membiarkan dia melakukan hal beresiko tanpa bantuanku?

Seperti paham dengan rasa takutku, Rei memegangi pundakku dengan halus dan menatapku lurus. "Sejujurnya Hans, aku tak mau menjelaskan rencanaku tadi padamu karena aku takut kamu akan bereaksi begini. Tapi kamu ingat janji yang kamu katakan padaku?"

Aku mengangguk. "Tentu gue tahu."

"Percaya. Kamu bilang kepadaku untuk percaya padamu. Karena itulah, kamu harus percaya padaku."

Rasanya susah sekali. Susah saat kamu harus merelakan orang yang kamu percayakan dan yang kamu sayangi. Sudah cukup aku kehilangan Ayah, Ibu, dan kakak-kakakku. Aku tak mau kehilangan banyak orang lagi.

Terutama Rei.

Tapi jika ini bisa mengakhiri semua konflik ini, maka...

"Oke," ucapku. "Tapi janji sama gue, Rei. Janji kalau lo bakal kembali sama gue."

Rei tersenyum pelan. "Kita lihat nanti."

Aku memandang kearah ponsel pintarku yang sedari tadi sudah berbunyi. "Mereka datang. Hati-hati Rei."

"Hati-hati juga, Hans."

Aku pergi keluar tanpa membalik badan lagi.

***

Seperti yang sudah aku dan Rei diskusikan, Rei dan Jane akan pergi menyelamatkan Mark. Entah bagaimana bisa, Mind memberikan lokasi keberadaan Mark di ruang tidur Rei. Jane memutuskan untuk menyelamatkan Mark sendirian. Rei, tentunya, menolak usulan itu. Setelah terjadi perdebatan sekitar beberapa jam, akhirnya Jane menerima bantuan Rei untuk menolongnya.

Jejak Keheningan [3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang