Chapter 10

425 32 4
                                    


Dipagi hari yang cerah dengan cahaya matahari yang menyilaukan sehingga membuat siapa saja melihat tidak akan berlangsung lama. Seorang Cewek sedang tertidur nyenyak tanpa terganggu oleh pancaran sang surya.

Tiba - tiba Cowok  dan bertubuh atletis datang dan melihat bahwa adiknya masih asik ke alam bawa sadar.

"Saf, bangun woy."

"Ngantuk bang."

"Udah jam setengah 7 itu."

"WHATT KENAPA GAK DIBANGUNIN SIH."

Safa langsung ngacir kekamar mandi dengan membawa handuk dipundaknya,melihat itu Dayat hanya menggeleng - gelengkan kepalanya.

Safa menuruni tangga dengan buru - buru, lalu mengambil roti dengan menasukkan asal kedalam mulutnya dan membawa sepatu kedalam mobil.

"Aywo pwat bwng." ucapnya tidak jelas karena mulutnya tersumbat roti.

Dayat yang mengerti apa yang diucapkan Adiknya segera menjalankan mobilnya cepat.

Sesampainya pemandangan yang disuguhkan untuk Safa pertama kali ialah gerbang yang sudah tertutup dengan sempurna.

"Aduhh gimana nih, bolos aja ya Bang." ucap Safa panik.

"Enak aja, gak ada." ucap Dayat galak.

"Bang gimana nih." ucap Safa takut. Sambil menggigit kukunya, kebiasaan dari kecil bila Ia panik dan takut.

"Udahlah turun sana."

"Bang--"

"Turun Safa!"

"Ck.... iya iya!!"

Brakkk

Safa menutup kencang mobil, sehingga membuat Dayat hampir terlonjak dari tempat duduknya lalu Ia mengusap pelan dadanya dan mengucapkan Istighfar.

"Yah udah ditutup, Pak Joko juga udah gak ada."

Seorang dari belakang menepuk pundak Safa sehingga ia terlonjak kaget dan spontan membalikkan badannya. Ia melihat seorang pemuda ganteng yang singin nan judes.

"Eh Kak Aden hehe."

"Kenapa?" tanya Aden mencoba memasang muka sedatar mungkin. Padahal didalamnya udah gak karuan.

"Telat." jawabnya murung sambil menunduk melihat sepatu Vansnya.

"Ikut gue." Aden reflek menarik telapak tangan dan menggenggam tangan mungilnya. Selama mengikuti Aden,pandangan Safa hanya terpaku kepada tangan mungilnya yang sedang digenggam oleh tangan besar Aden.

Deg deg deg

"Nah ni kenapa jantung gue." batin Safa.

Seketika mereka telah sampai tak sengaja Aden melihat mata Safa yang dari tadi melihat tangannya yang sedang menggenggam tangan Safa. Dengan cepat ia melepaskan dan menggaruk hidungnya yang tak gatal.

Ini belakang sekolah ngapain kebelakang sekokah. Pikir Safa.
terlihat tembok yang berdiri tegap dan bewarna putih agak kehijauan. Tinggi tembok itu hanya sebatas pinggang Aden.
"Kenapa berhenti disini?" tanya Safa polos.

"Manjat."

"Ha?."

"Iya manjat."

"Gimana caranya."

"Yah tinggal manjat aja.''

"Gue gak bisa."

"Gini deh lo dulu yang manjat gue jaga dibawah."

Bad TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang