Sejak malam kemarin Aden selalu menghindar dari Alden bahkan tak mengajaknya berbicara sekalipun. Alden yang tak tahu apa - apa,hanya berpikiran mungkin Abangnya badmood. Jadi Ia biarkan saja Abangnya berbuat apapun.
Koridor saat ini sangat sepi,hanya beberapa murid yang berkeliaran. Memang sekarang masih sangat pagi.
"Woi, Bang tungguin gue!!" Alden berlari menghampiri Aden yang sudah lumayan jauh. Aden tetap melanjutkan langkahnya tanpa menoleh ke sumber suara.
"Lah,ditinggal. Bodo amad-_- terserah lu dah Bang, capek gua." Masa bodoh,Akhirnya Alden menyerah dan berbelok arah menuju tempat tongkrongannya bersama anak - anak badung sepertinya. Alden berjalan sambil berpikir keras,kenapa Abangnya mencuekkinya dari kemarin. Padahal seingatnya dia tidak berbuat salah apapun. Alden mengendikkan bahunya lalu ber high five dengan temannya.
Alden mengambil sebatang rokok milik temannya yang berada dimeja tanpa seizin yang membuat sang pemilik menggeplak lengannya, tapi ditatap masa bodoh sama Alden, menyulut, dihisapnya dan dihembuskan asap nikotin itu dengan nikmat. Pikirannya akhir - akhir ini memang lah sangat banyak. Yang membuat kepalanya pening. Alden melirik teman - temannya yang sedang mengobrol sesekali tertawa. Tidak tertarik untuk ikut bergabung dengan temannya.
Setelah batang rokok itu hampir habis Alden membuang dan menginjak."Eh, gue duluan ya." Ucap Alden sambil melambaikan tangan.
"Lah cepat amat lo,Bro." Celetuk salah satu anggota anak badung.
"Mau ke kelas lah Oneng"
"Wih, elu tobat Tong."
Plakk
Alden menggeplak kencang kepala Edi, sehingga membutanya meringis kesakitan.
"Makan tuh Tobat!"
****
"Man lo udah ngerasain jatuh cinta belom?" Pertanyaan Safa itu membuat Manda langsung mengalihkan perhatiannya yang semula keponsel jadi menatap Safa.
"Tumben, lo tanya begituan. Lo jatuh cinta ya?" Sepertinya tebakkan Manda benar. Lihat saja kini mukannya memerah.
"Ap-apansih." Ucap Safa gugup.
"Ciee, jatuh cinta. Emang sama siapa." Kepo Manda.
"Janji kan nggak akan bilang siapa - siapa." Ucap Safa tersenyum malu.
"Iya, janji." Ucap Manda semangat.
"Nggak ah, gue malu."
"Ayolah Saf. Kasih tau."
"Enggak Manda."
"Janji deh, gak akan gue bilang siapapun pun pun."
"Iya ya?"
"Iya Saf."
"Beneran?"
"Astaughfirullah... Bener Safa."
"Gue---su--ka Ad---en." Safa mengucapkan putus - putus dengan nada pelan diiringi rona merah yang terlihat dipipi gempalnya.
"WHATTT?? LO SUKA SAMA A---hmmm hmm." Safa membekap mulut Manda yang toa.
"Diem Bego."
"Ehehe, maap maap." Kata Manda dengan cengiran.
"Gue bantuin lo PDKT sama kak Aden mwhahahaha." Lanjut Manda diakhiri dengan tawa membahana.
"Apaansih lebay lu."
"Gue serius tau."
Kringgg
🔔🔔🔔"Yah masuk deh."
****
"Udah siap Saf."
"Udah Kak."
"Mau kemana dulu."
"Terserah."
"Makan dulu yah."
"Ngikut aja deh."
Aden sedang mengajak jalan Safa sepulang sekolah. Ia memaksa Safa untuk ikut dengannya, dengan waktu bersama Ia melihat Alden sedang menatapnya sambil menduduki motor ninjanya. Aden tersenyum penuh kemenangan. Tapi tanggapan Alden hanyalah mengendikkan bahu dan menjalankan Ninjanya yang disengaja dikeraskan, sehingga Safa terlonjak kaget.
"Siapa sih, berisik banget deh."
"Biarin Saf, Paling cuman anak balapan."
"Iya deh."
***
Alden meliuk - liuk melewati kendaraan yang melintas dikota jakarta. Pikirannya sedang kalut, saat melihat Kembarannya mesra dengan wanita yang Ia suka. Memang Alden menunjukkan muka tak peduli,tapi jauh dilubuk hatinya.
Entah kenapa dadanya seperti ditusuk - tusuk ribuan jarum yang membuatnya meringis kesakitan, bukan - bukan ini bukan sakit hati karena sikap Safa dan Aden. Alden pun tak tahu kenapa Ia sering sekali merasakan sakit didada sebelah kiri. Alden pikir itu hanya lah karena kecapean. Tapi sakit didadanya semakin sakit. Alden menghentikan laju motornya, Ia berhenti ditaman yang lumayan sepi. Alden menggigit bibir bawahnya dan meremas dada sebelah kirinya. Sambil menduduki bangku taman. Sibuk mengatur napas agar tetap sadar. Ia pastikan mungkim wajahnya kini pucat.
"Sshh..." Ringis Alden. Sungguh saat ini Ia butuh bantuan. Alden mengambil ponselnya disaku. Dan mencari kontak teman - temannya.
Tutt
"Halo, ada apaan Al. Tumben telfon kangen ya lo."
"Gi." gumam Alden, sekarang ia benar - benar tidak kuat. Dadanya semakin sesak dan sakit. Ia sulit bernapas. Pandangannya berkunang - kunang, tetapi Ia harus menjaga kesadarannya.
"Kenapa lo Al kok suaranya lemes gitu. Habis naena yah , ngaku deh."
"Sa-kit Gi. Jem-put gue di ta-man biasa."
Alden tak tahu apa yang terjadi setelahnya. Kini pandangannya benar benar menghitam. Ponsel yang Ia pegang pun jatuh entah kemana.
"Halo Al, lo kenapa ,hey Al jawab." Ucap Gio khawatir dari sebrang sana.
Gio buru - buru mengambil jaket dan kunci mobil.
"Mau kemana Yo."
"Ada urusan bentar Mom." Gio mencium kening Mamanya dan berlari menuju garasi.
Gio menjalankan mobilnya diatas rata - rata. Sepertinya Alden sangat membutuhkan pertolongannya suara lemasnya yang membuat khawatir. Gio adalah orang yang terdekat setelah Aden. Tak jarang Gio menginap dirumah mereka. Bahkan Orang tuanya sudah menanggap Gio seperi anak sendiri.
Setelah sampai di taman, keadaan ditaman benar - benar sangatlah sepi. Ia menengok kanan kiri dan memanggil nama Alden dengan keras. Tak sengaja mata teduhnya menatap bangku panjang, disana terdapat laki - laki kira - kira seumurannya dengan kepala yang terjatuh dibahunya sendiril, posisi duduknya pun hampir merosot dan hal yang membuatnya terkejut adalah rambut coklat gelap siapa lagi kalau bukan Alden. Cepat - cepat Gio berlari ke Alden yang tidak sadarkan diri, wajahnya pun pucat. Gio sempat menepuk pipi Alden berkali kali dan menggumamkan nama Alden. Tetapi tetap tak ada respon. Tanpa basa - basi Gio mengangkat Alden dan membawanya kerumah sakit terdekat.
***
Wkwk:v makin Gaje kan. Nggak aku terusin yah😢. Nggak pede aja😕. Bantuin dong supaya Aku PEDE KAKAK😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Twins
Ficção AdolescenteSebuah penyesalan yang datang terlambat. Salah satu Sepasang saudara kembar mengilang ditelan tanah yang artinya sudah tiada. Mereka bertengkar Karena Gadis yang sama - sama disukainya. Ah Ralat maksudnya sama - sama dicintai. Akankah salah satu dar...