Chapter 14

371 28 0
                                    

"Woi,Safa."

Gio berseru keras dilantai 3 dengan badan yang dibungkukkan agar dapat melihat jelas tubuh Safa yang agak mungil. Sedangkan Safa yang notabennya berada di lantai 2, Ia mendongak melihat Gio yang melambaikan tangannya. Disana terlihat para 'Most Wanted' sedang nangkring manja dipembatas lantai 3 dengan duduk ditepi pembatas.

"Apa." Safa membalas lambaian Gio dan menggerakkan mulutnya tanpa mengeluarkan suara.

"Sini." Gio mengayunkan tangan kanannya kedepan dan kebelakang.

"Nggak ah. Mau kekantin!" Teriak Safa tetapi tidak keras, cukup dapat didengar sama murid yang ada disekitarnya.

"Ikut ya?" Gio berteriak sambil menampilkan puppy eyesnya.

"Nggak." Safa menunjukkan wajah datarnya lalu berlalu meninggalkan Gio yang melongo.
Sedangkan teman - teman sekumpulannya yang tidak sengaja mendengar percakapan Gio hanya cekikikan tidak jelas.

"Apa lo liat-liat." Ucap Gio galak sambil memelototkan kedua bola matanya. Lalu pergi dengan meminum susu kotak miliknya yang sempat Ia abaikan.

"Anjir galak."

****

Suasana kantin sekarang sangat ramai dari biasanya. Murid - murid berdesakan memesan makanan dan balapan menduduku meja kantin. Sama halnya dengan dua Cewek cantik yang membawa makanan bakso sama minum, dari tadi tak ada tempat duduk yang kosong.

Gio, orang yang pertama kali melihat kedua cewek itu terlihat kebingungan mencari tempat duduk , lalu Ia memustuskan untuk mengajak mereka bergabung dimeja sini yang kebetulan hanya tersisa dua.
"Safa,Manda!!"Panggil Gio.

Safa dan Manda menengok ke suara cempreng khas Cowok, mereka berdua melihat Gio yang menepuk kursi disebelahnya. Mengisyaratkan untuk duduk disampingnya. Safa dan Manda yang sempat berdebat,lalu setelah 2 menit mereka berjalan kearah sini dan menduduki kursi yang berada disamping Gio.
Aden menatap Gio tajam, bagaimana bisa dia seenaknya menyuruh orang join disini. sedangkan yang ditatapnya hanya menunjukkan cengiran khasnya.

"Makasih." Mereka berdua menduduki kursi disamping Gio, dengan santainya mereka memakan bakso.

Meja ini dikelilingi dengan tawa Rio yang menggelegar. Sedangkan Gio ikut - ikutan tertawa tidak jelas sambil melanjutkan ngobrol asiknya dengan Rio. Vano? Pemuda itu sibuk memakan sesekali menatap sekeliling kantin. Aden hanya memainkan ponsel, Ia melirik Kembarannya yang memakan mie ayam dengan lahap. Bahkan mie nya tercecer dimeja. Tidak lama kemudian wajahnya berubah agak merah.

"Uhuk.. Mi - num uhuk.." Alden tiba - tiba tersedak terlihat dari wajahnya yang memerah.
Teman - teman mereka hanya tetap memakan makanannya tanpa memperdulikan Alden yang sekarat.

"Bisa mati gue." Batin Alden.

"Woy uhuk.. Minum uhuk
ma-na ." Tetap tak ada balasan. Bahkan Safa dan Manda asik mengobrol sendiri.

Oke, biarkan mereka bersenang - senang, sekarang tak ada yang memperdulikannya. Alden akhirnya mengambil minum yang berada didekatnya. Ia bernapas lega setelah meminum jus jambu yang nikmat ini,Safa  yang masih berbicara dengan Manda tanpa mengalihkan tatapan, hendak mengambil minumnya setelah merabah sesaat Ia heran kenapa tidak menemukannya padahal seingatnya Ia taruh didekatnya. Safa mendongak melihat satu persatu teman - temannya. Matanya melebar ketika Alden meminum jus miliknya dengan muka polosnya.

"I-itu punya gue." Pekik Safa sambil menunjuk Alden.

"Apa." Safa ingin sekali menggeplak kepala Alden ketika wajah polosnya itu menoleh.

"What, Itu kan bekas Safa." Rio berucap dengan nada yang dilebih - lebihkan berusaha memanasi Safa yang sudah kelihatan marah.

"Berati mereka berdua nyu - nyuan dong." Ucap Vano tak jelas.

"Ciuman nggak langsung!!" Ucap mereka bersama.

Lagi - lagi Alden dengan muka polosnya meletakkan minuman itu dimeja, lalu merentangkan kedua tangannya dan menguap. Aden menatap tajam Alden, Alden kembali menatap dengan tatapan bodoh. Sungguh semua orang yang ada disini ingin menghajar Alden habis - habisan.

"Astaga. Dosa apa gue punya kembaran kaya dia." Aden berucap sambil menarik rambutnya frustasi.

"Loh ada apa ini." Ujar Alden dengan muka bingung.

"Tau ah." Manda yang sedang enak - enakkan makan pun kaget ditarik Safa dengan bakso yang masih berada dimulutnya.

"Eh? Kenapa sih." Alden bertanya dan menatap mereka bingung.

"Pikir sendiri."

"Otak lemot lu."

"Astaga. Bukan temen gue lu."

"Lah pada kenapa nih anak?" Ucapnya sendiri.

"Udah ah, gue pergi dulu. Oh iya Bang bayarin dulu ya, tadi uang gue. Gue masukin ke sempak Pak Joko." Lanjutnya dengan gaya tengil. Teman - temannya pun melongo melihat Sohibnya sudah gila.

****

"Eh ada Safa." Gio mencolek lengan Safa. Safa menjauhkan dirinya dengan menatap Gio marah. Gio melanjutkan untuk terus berjalan bersama Vano dan membiarkan Alden yang tertinggal.

"Pulang bareng gue yuk." Ucap Alden. Keberuntungan sedang memihaknya, Aden dan Rio sedang mengikuti ekskul taekwondo. Jadi tidak ada yang bisa melarangnya mendekati bidadarinya.

Safa terlihat memkirkan sesuatu lalu beberapa detik mengambil ponsel dan mengetik sesuatu. Setelahnya Ia mendongak ke Alden yang menataonya memohon.

"Boleh."

Alden mengambil motor ninjanya lalu memberikan hoodie abu - abunya kepada Safa. Safa melilitkan kepinggangnya, setelah itu Safa menaiki motor Alden dan meneluk perut Alden dengan dagu yang disandarkan kebahu Alden. Safa berpikir kenapa rasanya sangat nyaman.

Dari kejauhan sepasang mata melirik mereka tajam. Dengan kepalan tangan yang kuat.

***

Nih Aku next hehe😅😅😅 , maaf kalo dikit yee. Aku buatnya cepet jadi males ngerevisi wkwk..

Maaf nih kalo typo bertebaran maklumin yaa..

Jangan kupa baca ceritaku yang baru juge TWILIGHT AND SKY

Bad TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang