Chapter 13

370 25 0
                                    

****

Marah, kesal, kecewa semua kata itu sekarang telah mendominasi apa yang dirasakan Aden saat ini. Sungguh Ia terlihat kesal dan kecewa.
Yang pertama, Adiknya suka Safa tapi nggak mau ngaku.
Kedua, kencan sama Safa tanpa sepengetahuannya. Tidak sengaja Aden bertemu mereka berdua saat Ia hendak membeli makanan. Ingin rasanya menukul Alden habis - habisan tapi Ia tahu disitu keadaannya tidak memungkinkan.

Tok tok tok

"Assalamualaikum." Salam Alden yang baru pulang dari kencan dengan sumringah.

Bukannya menjawab,Aden malah bertanya dengan nada ketus dan datar. Sungguh sekarang Alden tidak dapat mengartikan tatapan Abangnya itu.
"Dari mana lo?"Aden bertanya lalu menghampiri Alden dan melipat kedua tangannya didada.

"Ah-dari itu-- ehh rumah Gio iya rumah Gio." Jawab Alden gugup.
Karena Ia takut, jika Abangnya tau bahwa Ia habis kencan sama Safa.

"Oh Rumah Gio ya." Aden manggut-manggut."kok pakek pakaian rapi bener. dandan segala lagi"

"Y-ya ga-gapapa dong ehehe."

Keheningan pun terjadi mereka berdua sama - sama terdiam dan asik memikirkan sesuatu.

"Al."

"Y-ya."

"Lo kok tega sih."

"Ha?"

"Iyaa lo tega bego!!"

"Ke-kenapa?" tanya Alden. Kini detak jantungnya tidak beraturan tidak sesuai ritme.

"Lo kencan kan sama Safa." Ucap Aden lemah sambil menurunkan kedua bahu yang tadi tegap menjadi agak bungkuk.

"E-eng-gak. E-mmang lo tau darimana?" Sungguh saat ini Ia berharap Dewi Fortuna memihak kepadanya.

Jawaban Alden yang tidak mengaku iti membuat Rahang Aden mengeras dan menggertakan gigi - giginya.

"Gausah bohong bego!! Gue liat lo sama dia gandengan dijalan. Itu namanya enggak ya!! Lo tau kan gue suka Safa ha!! Lo tau kan?" bentak Aden berapi - api sambil menunjuk - nunjuk kepala Alden yang menunduk itu. Sungguh Ia sangat takut melihat kakak nya marah.

Sayang sekali sekarang Dewi Fortuna tidak memihak kepadanya.

Tarik nafas buang. Itu yang Alden lakukan berkali - kali saat ini meski dirinya masih dibentak Aden habis - habis. Ia mrlakukan kegiatan ini untuk mengumpulkan keberanian membalas perkataan Aden.

"Bang, gue tahu udah bikin lo kecewa, gue tahu. Dulu lo iri sama benda yang Mama kasih ke gue, dan masih gue bisa ngalah sama lo. Tapi maaf untuk kali ini gue gak akan kasih Safa ke elo Bang. Sebaiknya kita berdua saingan dengan cara sehat."Ucap Alden dengan mata berkaca - kaca. Yah,anggap saja dia cengeng dan mirip perempuan. Gimana lagi, toh memang sifatnya dari Orok udah cengeng.

Alden berlalu meninggalkan Aden yang mematung di Ruang keluarga.

Brukk

Alden membanting keras pintu kamarnya membuat Aden sadar dari lamunannya. Segera dia berlari kearah kamar Adiknya.

Cklek...

"Heh Bocah gue gak akan biarin lo dapetin Safa dengan mudah." Ucap Aden mengangkat kerah Alden.

"Gue nggak takut bang. Selama hati gue buat Safa, gue akan berusaha dapatin dia" Ucap Alden merentangkan kedua tangan seolah - olah Ia menantang Abangnya.

Bugh

Aden menonjok keras Rahang Alden yang kokoh. Sehingga Alden terhuyung kebelakang untung saja ada meja belajar yang mampu menopang dirinya.

"Lo pukul gue Bang?" tanya Alden tak percaya. Lalu beberapa detik kemudian Ia terkekeh pelan.

"Pukul lagi gue Bang, PUKUL."

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

Wajah Alden yang semulanya putih dan mulus kini terlihat berantakan. Banyak luka - luka dan bercak darah yang mengalir deras di dahinya.

"Lo puas kan, PUAS BELOM HA?"
Tanya Alden dengan emosi yang memuncak. Disisi lain Aden merasa bersalah telah membuat Adiknya babak belur dengan tangannya sendiri.

"Maaf."

"Gue yang seharusnya minta maaf Bang. Dari awal gue pan udah nyuruh lo buat deket sama Safa. Tapi tanpa gue sadari disitu gue udah cinta sama Safa. Dan Maaf sekali lagi gue gak bisa ngalah sama lo."

"Gue juga minta maaf."

******

"Astaghfirullah haladzim." Guru gembul itu kini terduduk pasrah.
"Sudah beberapa kali kalian membuat sekolah kayak konser gini."

"Lah mana gue tau." batin Gio

"Ya mangap Bu." Ucap Vano.

"Maaf!!" Bu Eti meralat perkataan Vano.

"Iya Bu sudah saya maafin kok mweheheh." Ucap Alden tengil diiringi cengiran khasnya.

"Ya Allah, untung kalian semua ganteng kal--"

"Wah makasih lo Bu."

"Lah dari sononya udah ganteng kali Bu."

"Secara kan papa mama kita ganteng sama cantik."

"Hahahaha."

Celetuk mereka diiringi tawa keras yang membuat Bu Eti naik pintam. Lihat saja sekarang wajahnya berwarna merah.

"DIAM KALIAN!!"

"Eh -- Eti kayak sempaknye patrick." kaget Rio

Bu Eti menatap Rio seolah Ia ingin memakannya,membuat Rio kicep setengah mati.

"Apa kamu bilang." Ucap Bu Eti lembut namun menyeramkan.

"Anu - itu -- Apaan sih tadi gue lupa?" Rio bertanya keVano seoalh - olah Ia lupa.

"Kan tadi kamu bilang Bu Eti kayak sempak patrick." Ucapan polos dari Vano membuat Rio ingin menggeplaknya sekarang.

"Bangke." umpat Rio dalam hati.

"Tamatlah riwayat gue." Ucap batin mereka semua.

"BERSIHKAN KAMAR MANDI LANTAI 2 SEKARANG JUGAA!!!"

******

Bad TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang