Chapter 16

444 30 4
                                    

Laki - laki itu mengerjapkan matanya beberapa kali berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina. Plafon putih telah mendominasi penglihatannya, dengan bau
obat - obatan yang menajam masuk kedalam lubang hidung. Ditambah dengan infus yang menancap ditangan kiri, lengkap dengan selang alat bantuan nafas. Setelah dirasa pandangannya benar - benar baik Ia menengok kanan kiri dengan mata sayu, Ia mengingat kejadian tadi sebelum pingsan. Ia harus berterimah kasih kepada Gio karena telah membawanya kesini. Gio, laki - laki itu sedang terbaring di sofa dengan mata terpejam tangan kirinya bertumpu untuk menutupi kedua matanya.

"Gi-o." Lirih Alden.

Tetapi Gio bisa mendengar karena Ia tidak benar - benar tidur hanya memejamkan mata karena lelah menjaga Alden hampir seharian. Gio buru - buru menghampiri Alden dan menanyakan keadaan. Gio menekan tombol merah didekat ranjang Alden. Beberapa menit kemudian Dokter lengkap dengan Suster datang untuk mengecek keadaan Alden yng baru sadarkan diri.

"Kenapa Dok?" Tanya Gio

"Dia hanya terlalu Stres, stres juga dapat menyebabkan sakit dada sebelah kiri. Stres yang tidak terkendali dapat menyebabkan rasa sesak, Kondisi ini dapat diperparah dengan gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, konsumsi, memunim alkohol, obesitas, atau diabetes. Jika kondisi ini tidak ditangani dengan tepat, dapat mengarah pada penyakit jantung. Jadi hindari hal - hal yang berbahaya. Dan jaga pola makan.Paham kamu?"Jelas Dokter Andrian panjang lebar.

"Iya Dokter ganteng." Balas Alden sambil memutar bola malas.

"Kondisimu masih belum stabil. Jangan melakukan hal yang berat. Beberapa hari kedepan mungkin kamu baru bisa pulang." Terang Dokter Andrian

"Yah, nggak bisa gitu dong Dok. Sekarang saya pulang ya?" Mohon Alden.

"Lo masih sakit Al , jangan dulu deh. Biar gue telpon orang tua lo."

"Jangan!!" Sahut Alden.

"Gak ada, nanti keadaanmu tambah parah." Tolak Dokter.

"Yah, Dokter. Ayo dong ya plis, saya mati nih, mati nih." Ancam Alden.

"Mati aja sono." Jawab Dokter santai sambil membenarkan Infus yang berada ditangan Alden. karena banyak goyang sampai mengeluarkan darah.

"Kok gitu sih Dokter." Cemberut Alden dengan bibir dicebikkan.

"Saya janji deh. Nggak merokok lagi, terus nggak minum alkohol, tdan jaga pola makan. Ayolah Dok pliss." Rajuk Alden.

Dr. Andrian menghela Napas berat. Dan menggeleng pelan. Kenapa pasiennya ini sudah kelihatan semangat padahal baru neberapa menit mukanya sangat melas. Pasiennya saat ini aktif dan keras kepala. Dengan berat hati Dr. Andrian menanggukkan kepala pelan. Alden yang mengerti itu pertanda boleh pulang Ia berbinar dan melompat bahagia. Beberapa detik kemudian meringis merasakan tangan punggungnya sakit.

"Awhs...."

"Astagfirullah.. Baru saya benarkan tadi. Makannya kamu jangan banyak gerak. Pasien saya kok bandel begini sih. Sudah cepat pulang sana." Omel Dokter.

Gio, jangan ditanya remaja itu sedang asik leyeh - leyeh disofa. Posisinya sungguh sangat berantakan.

"Huuu. Tai lu." Ejek Alden kepada Dokter muda itu.

Sungguh tidak ada
takut - takutnya.

Suster yang sedang berdiri setia disamping Dr. Andrian hanya menggelengkan kepala melihat perdebatan Dokter dengan pasiennya. Suster hendak melepas infus Alden tetapi dicegah Dokter. Dan berkata
'Saya aja sus.'

"Ingat janji kamu loh. Jangan merokok,jangan minum alkohol jaga pola makan. Dan jangan --- ASTAGA ALDEN!!!"

Dokter kesal seketika, waktu Alden menirukan gaya bicaranya tanpa suara dan dengan muka dijelek - jelekkan. Alden menyengir ketika kepergok Dokter muda itu.

Bad TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang