Udah gue lanjutkan😂😂. Nungguin yaa maaf. Dan kali ini aku nulisnya ngebutt, nggak pakek mikir. Udah lama nggak next, agak² lupa sih sama alurnya. Mau baca lagi tapi malas. Jadi kalo ada yang gak nyambung jangan salahin sayaa😂.
****
Aden melihat sekelilingnya, ketika bel pulang berbunyi nyaring. Semua teman-temannya sedang sibuk mengemas barang-barang termasuk dirinya. Setelah selesai, ia keluar kelas. Tidak lupa sebelumnya untuk berpamitan kepada teman-temannya. Melihat itu Alden langsung keluar menyusul Abangnya dari belakang. Ternyata, Aden menghampiri kelas Safa. Dua detik kemudian sang objek keluar. Mereka berdua pergi dengan bergandengan tangan.
Alden bersembunyi dibalik tiang yang kebetulan dekat dengan kelas Safa. Diam-diam Alden menghela napas berat. Pandangannya tak luput dari punggung keduanya.
Puk!
"Eh, ayam!" latah Alden ketika sebuah tangan menepuk bahunya.
"Kaget ya? Maaf ya haha." itu Steffi. Alden mendengus kesal, ia melirik sinis.
Steffi tertawa sampai matanya menyipit. Sebenarnya, Alden masih canggung dengan steffi yang notabenya masih murid baru. Alden merasa bahwa Steffi itu orangnya asik.
"Udah ah, pulang bareng yuk." Steffi mendahului Alden dengan menaiki sekateboardnya.
Alden mendengus. "Dasar babon, nagapain ngajak gue pulang kalo dia udah ngacir duluan."
*****
Aden mengantar Safa pulang sekolah dengan mobilnya. Selama diperjalanan mereka hanya diam, tidak ada yang berbicara. Sesungguhnya mulut Aden sudah gatal untuk menanyakan sesuatau.
"Saf."
Safa menoleh dengan polos. "Iya kak?"
"Gue mau tanya boleh?."
"Iya, tanya aja kali kak."
"Ehmm.. Lo nggak ada rasa sama Alden gitu?"
Safa mengernyitkan keningnya, kenapa tiba-tiba Aden menanyakan hal yang tidak masuk akal seperti ini.
"Maksudnya?"
"Nggak, lupain."
"Loh. Kenapa?"
"Ngak papa."
Mereka terdiam lagi. Sama-sama fokus dengan kegiatannya masing-masing. Diam-diam Aden melirik Safa yang sedang memperhatikan kendaraan lain.
"Saf."
Safa mengalihkan pandangannya ke Alden. "Gue mohon jangan buat gue patah hati ya, Saf."
******
Alden melepas sepatu dan membuka kancing seragamnya. Lalu menghempaskan badannya di sofa empuk.
"Alden. Udah pulang." itu suara Mamanya.
"Hm." Ia malas menjawab karena moodnya sedang memburuk.
Ani melihat wajah murung anaknya. "Kenapa? Ada masalah?"
Alden menghembuskan napas berat. Ia menghadap mamanya. "Ma, Alden sakit."
Ani membulatkan matanya, ia mengecek seluruh badan Alden. Tetapi sedetik kemudian keningnya mengerut. "Sakit apa?"
"Alden, sakit ma. Ini beda, sakitnya nggak hilang-hilang."
"Astaga! Alden pusing?"
Alden menggeleng polos. "Alden sakit hati."
Plak!
"Aduh!"
Ani menepuk pipi Alden dengan keras. Ia khawatir tadi. "Rasain, mama kira ada apa."
"Ya tapi kan Alden sakit."
Ani mengelus pucuk kepala Alden yang sedang tiduran di pahanya. "Kenapa? Cerita sama mama."
"Alden suka sama cewek. Tapi, temen Alden juga suka sama dia. Dia sering berduaan sama temen Alden. Sedangkan, Alden cuma bisa lihat mereka dari jauh."
Ani tersenyum. "Alden kalau udah berani jatuh cinta, berarti siap patah hati."
Alden mengangguk. "Emangnya Alden suka siapa?" Tanya Ani kepo.
"Hmmm,, adadeh."
"Dih, Al--"
"Assalamualaikum."
Ani meletakkan pelan-pelan kepala Alden di sofa. Ia pergi meninggalkan Alden untuk membuka pintu.
"Waalaikumsalam. Eh, Safa. Ayoo masuk."
Safa dan Aden masuk dengan senyum malu-malu. Tadi niatnya Aden mengantarkan pulang, tetapi ia malah mengantarkan Safa kerumahnya.
"Siapa ma--"
Ucapan Alden menggantung ketika melihat mereka berdua. Wajahnya menjadi sangat muram saat melihat keduanya saling genggam. Aden yang tahu maksud Alden ia segera mengeratkan genggamannya.
"Hai, kak Al."
Alden tersenyum kikuk. "H-hai."
"Yuk, Saf kekamar aku. Katanya tadi kamu mau belajar bareng sama aku." Aden menuntun Safa. Ia melewati Alden dengan senyuman miring
Alden memandang punggung mereka yang semakin menjauh dengan napas tertahan. "Lagi-lagi rasanya sakit, dasar jelek lo!"
****
"Bang, lo udah pacaran ya sama Safa?" Tanya Alden, kebetulan melihat Aden yang sedang duduk dikolam sendirian.
"Iya." Jawab Aden. Memang dirinya sudah berpacaran sejak dua hari yang lalu.
Untuk kesekian kalinya hatinya seperti di tusuk ribuan jarum.
Alden menarik napas dalam, sebekum menghembuskannya."Oh, longlast ya." Ucapnya dengan nada bergetar.
Aden tersenyum miring, ia menoleh kearah Alden yang sudah sedikit gemetar. "Kenapa? Kalah start?"
Alden hanya diam memandangi Aden. "Mangkannya, jadi cowok jangan lembek." Aden mendorong dada Alden.
"Apaan sih Bang, kasar amat." Alden menepis tangan Aden.
"Hahaha, dasar freak." Aden berdiri lalu meninggalkan Alden yang terpaku.
"Mau lo apa!!"
Ucapan Alden membuatnya berhenti. Dia berbalik sekilas menunjukkan senyum penuh kemenangannya lalu pergi meninggalkan Alden.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Twins
Teen FictionSebuah penyesalan yang datang terlambat. Salah satu Sepasang saudara kembar mengilang ditelan tanah yang artinya sudah tiada. Mereka bertengkar Karena Gadis yang sama - sama disukainya. Ah Ralat maksudnya sama - sama dicintai. Akankah salah satu dar...