Chapter 17

396 26 0
                                    

"Darimana kamu?" Suara bariton nan tegas mengagetkan seorang remaja laki - laki yang mengendap - endap dengan menenteng sebuah kresek putih. Alden terlonjak dan langsung menyembunyikan kresek putih dibalik punggungnya. Di ujung tangga terlihat Pria paruh baya sedang melipatkan kedua tangannya didada dan menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

"Alden dari rumah Gio. Maaf pulang malam ada kerja kelompok juga." Jawabnya berobohong. Alden saat perjalanan tadi sudah memikirkan alasan yang tepat agar Papahnya tak curiga.

Vando mengangguk seolah paham. Lalu bertanya lagi.
"Apa itu yang kamu bawa?"

"I-ni b-buat eh -- Anu buat ker-ja kelompok, iya buat kerja kelompok tadi hehe😂😂." Jawab gugup Aldem dan diakhiri dengan cengiran konyolnya.

Vando ber Oh ria. Ia lalu berjalan mendekati Alden yang berada lima langkah darinya. Vando mengkerutkan keningnya melihat Anaknya agak pucat.
"Kamu sakit?" Lagi - lagi Papahnya tanya, sebaiknya akan Alden akhiri aja,jika tidak Papahnya akan semakin menjadi.

"Ah,itu cuma pusing Pah. Mikirin pelajaran tadi. Yaudah Alden kekamar dulu Pah. Selamat malam hehe😂" Alden berlari menaiki tangga dan membalikkan kresek putih tadi kedepan perutnya dengan cepat.

Vando yang disana hanya mengendikan bahu lalu melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda.

***

Hening, Ya itu keadaan diruang makan saat ini. Hanya terdengar suara dentingan sendok yang bersentuhan dengan piring.
Keadaan Alden dan Aden pun canggung karena aksi Aden kemarin. Vando berdehem berniat untuk mencairkan suasana. "Gimana sekolah kalian." Tanya Vando sambil menyeruput kopi hangat.

Aden hendak membuka mulut, tetapi suara dari kembarannya sudah mendahuluinya.
"Ya gitu - gitu aja."

"Nggak bandel kan?" Sahut Ani.

"Enggak lah." Jawab mereka kompak tanpa keraguan sedikitpun.

"Yaudah sana berangkat."

"Iya-iya."

Mereka berdua berpamitan dan menyalami kedua telapak orang tua. Setelah itu, Alden berlari tanpa menghiraukan Abangnya yang memakinya karena sempat menginjak kakinya. Siapa sendiri kaki ditaruh bawah,pikir Alden

Alden mengegas motor
ninjanya keras - keras lalu menjalankannya dan meliuk - liuk dengan lihai. Diikuti Aden dibelakangnya yang berusaha mendahuluinya. Tak pantang menyerah Alden mengegas lebih dalam motornya, lagi -lagi Abangnya mengkuti. Disaat Alden lengah,Aden menggunakan kesempatannya. Aden mendahului Adiknya dan berkata. "Pengecut." lalu menjalankan motornya dengan cepat.

Sempat emosi, tetapi sebisa mungkin mengontrol emosinya
"Anjir, songong." Batin Alden

***

Alden turun dari motor kesayangannya dan melepaskan helem. Mengaca di spion dan menyisir rambut yang sempat berantakan. Beberapa detik kemudian Ia menoleh Melihat motor ninja berwarna hitam yang sudah berada disamping motornya, berati Abangnya sudah sampai disekolah.
Ia menghembuskan nafas berat sebelum melangkahkan kakinya. Sebenarnya keadaannya agak masih lemas, tetapi Ia memaksa. Jika tidak sekolah,pasti Vando Papahnya akan mencurigai yang tidak - tidak.

Baru saja Alden hendak melangkahkan kakinya yang ke 15?? Entah,keberapa Alden tak sempat menghitung,
tiba - tiba Ia disuguhkan dengan pemandangan yang menyakitkan, kedua remaja berbeda gender layaknya seapasang kekasih sedang tertawa bahagia didekat lapangan indoor. Ya, mereka Abangnya dan Wanita yang sukai selama ini. Terlihat Aden yang mencubit pipi Safa yang berwarna merah lucu sehingga sang empunya berteriak kesakitan selang beberapa detik mereka berdua tertawa bersama.

Tepukan bahu dari belakang membuatnya terlonjak kaget. Spontan Ia berbalik kebelakang dan menepuk kepala sipemilik yang membuatnya meringis kesakitan. "Aduh, bangke!" Pekik Rio-------- orang yang menepuk bahunya.

"Lu sih ngagetin aja." Ucap Alden kesal dengan orang dihadapannya.

"Lah lo gue panggil dari tadi nggak nyaut - nyaut." Bela Rio diri sendiri.

"Ya elu manggilnya kurang keras." Jawab Alden tak mau kalah juga.

"Gue udah keras tadi, bahkan Pak Joko matanya melotot gara - gara teriakan gue." Asal Rio

"Kapan, gue kagak denger."

"Udah - udah. Gue ngalah😢😢. Btw ngapain lo ngeliatin mereka berdua." Rio berucap sambil mengadahkan dagunya kearah mereka berdua.

"Anu--

"Lo cemburu ya." Tebak Rio sambil tersenyum jahil.

"Eng-enggak mana ada." Telak Alden memasang wajah meyakinkan.

"Udah ngaku aja deh. Nggak bakal gue bilangin sama mereka berdua. Lo suka Safa kan?" Ucap Rio dengan nada rendah.

Alden menurunkan kedua bahunya. "Iya." Alden memberi jeda. "Tapi gue bingung Yo. Abang gue juga suka dia. Waktu gue ketahuan jalan sama dia, Abang gue langsung lepas kendali, bahkan mukul gue."

"Jadi muka bonyok lo waktu itu karena Aden?" Kejut Rio.

Alden menunduk."iya."

Rio merangkul bahu Alden dan menyeretnya berjalan agar hatinya tidak semakin sakit melihat Kedua orang berbeda gender itu.
"Gini deh dengerin gue. Cewek nggak cuma satu,bro. Masih banyak cewek yang mau sama lo, Masih banyak!!Menurut gue jangan ngedeketin Safa lagi.
Lo tau kan kalau Aden itu agak licik. Mungkin lo sekarang harus mengalah untuk yang kesekian kalinya. Tapi baguskan mengalah demi kebaikan. Gue udah peringatin lo. Jangan sampai persaudaraan kalian putus hanya karena cewek kek dia." Nasihat Rio mampu membuat Alden bungkam.

"Dia beda Yo." Lirih Alden menatap mereka dari kejahuan yang masih asik tertawa.
"Lo nggak tahu perasaan gue sekarang kayak gimana!!" Ujar Alden dengan nada rendah tapi penuh penekanan.

"Iya gue tahu. Gue juga pernah ngalamin. Yaudah deh sekarang masuk yuk, jangan sedih dong, kan lo laki,men. Lo kalo gini, kok gue jadi inget kucing gue yang mau lahiran ya." Nah kan, Ini nih yang nggak Alden suka.

Memang Rio sahabat yang pengertian tapi tai. Ngertikan maksudnya??

"Ye, tai." Alden kesal karena telah menghancurkan suasana Ia langsung ngacir menghiraukan Rio yang memanggilnya dengan keras.

****

Safa dan Aden, Kedua remaja itu saling canda tawa. Tadi pagi Aden sempat membantu Safa membawa banyak buku. Setelahnya Aden berniat mengajak ngobrol agar lebih dekat bermaksud Pedekate.

"Ish, apaan sih Kak." Safa menepis tangan Aden yang mengacak poninya.

"Haha.. Muka lo lucu Saf kalo lagi kesel." Aden semakin gencar mengacak poni Safa.

"Ih, diem."

"Iya-iya."

Kringg.....
Bel masuk berbunyi menandakan jam pelajaran pertama dimulai.

"Kak, gue duluan yah." Safa hendak berbalik tetapi lengannya ditahan sama Aden.

Deg

Detak jantungnya semakin gencar. Rona dipipinya yang sedari tadi Ia berusaha sembunyikan tiba - tiba keluar.
Safa berbalik, terlonjak kaget karena wajahnya dengan Aden hanya dua jengkal saja.

Aden semakin mendekatkan wajahnya, sontak Safa memejamkan matanya erat - erat. "Belajar yang rajin." Aden berbisik ke telinga Safa lalu berlalu meninggalkan Safa yang masih mematung dengan wajah yang semakin memerah, hal itu membuat Aden terkekeh kecil membayangkannya.

Seperti terkena sengatan listrik. Safa mematung dengan pipi merona. Detak jantungnya semakin gencar untuk keluar. Safa memegang dada kirinya dan tersenyum sambil meninggalkan lapangan indoor.

***

Anjir, gue kagak bisa buat Cover😭😭😭😭, sumpah gue kagak jago masalah begituan. Jadi maaf nih gambarnya Jelek.
Gue uring - uringan sendiri kadang tiap malem mikirin gimana caranya ngedit biar lebih bagus. Akhirnya gue kebut malam. Eh hasilnya masih jelek
-_-

MAAP GUE CURHAT:V

Bad TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang