"Pak! Pak Lex! Lexy! Lexus! Lex Luthor!" teriak Chrystell ketika Alex lagi-lagi menarik lengannya -- kali ini yang sebelah kiri -- dan membawanya ke mobil Mercedes-nya di tempat parkir. "Gue ini mau dibawa ke mana, sih? Dari tadi nanya nggak dianggep, kezel bat gue."
"Lu, tuh, ya, kreatif banget ngasih nama panggilan!" omel Alex.
"Makasih," ujar Chrystell tanpa mempedulikan sarkasme bosnya. "Tapi Bapak belum jawab, kita mau pergi ke mana?"
"Gue mau belanja."
"Belanja, ya, belanja aja sendiri! Ngapain bawa-bawa gue?"
"Karena... gue mau lu buat pura-pura jadi pacar gue."
Chrystell membelalakkan kedua matanya. Sesaat ia berhenti sejenak mencerna isi omongan Alex yang menurutnya tak masuk akal.
"Apa? Yang bener? Ntar bohong lagi macam one night stand itu sebenarnya gue disuruh berdiri semalaman. Jangan-jangan ini gue disuruh jadi kue pacar atau apalah."
"Enggak, ini pacar beneran. Eh, maksudnya pacar bohongan. Gue mau kita pura-pura berpacaran!" tegas Alex.
"Kenapa? Bapak, kan, udah punya cewek kesekian yang cuantik dan sekseh itu," protes Chrystell.
"Sebenarnya... gue nggak punya pacar."
"APA??? Bapak jomblo?" seru Chrystell terkejut. Tak dipercaya seorang CEO yang hot, tampan, dan kaya raya ini tak memiliki kekasih. "Jangan-jangan yang ditelepon kemarin itu... ibunya Pak Lex?"
"Ya ampun, Es Teler, gue nggak sepathetik itu ngaku-ngaku nyokap sendiri sebagai cewek," ujar Alex pasrah. "Itu temen gue, Renita. Boleh dibilang friends with benefits-nya gue."
"Friends with benefits? Maksudnya teman bayaran? Kasihan, deh, lu, masa teman aja nggak punya sampe harus bayar orang buat jadi teman."
Alex tak mau repot-repot menjelaskan definisi friends with benefits jika Chrystell benar-benar tidak tahu. Biar saja dia mengira teman bayaran.
"Yaaaaa.... pokoknya kemarin gue ngajak dia jadi pacar bohongan gue. Tapi dia lagi di New Zealand. Makanya gue terpaksa ngajak lu."
"Lah, cewek Bapak pasti banyak... yang punya daster sempit itu, misalnya?"
"Gue punya prinsip, Tel. Semua cewek one night stand gue, nggak akan gue temuin lagi biar nggak ada ikatan emosi di antara kita. Semalam, bubar."
Chrystell mengerutkan hidungnya. Ia sering mendengar berita-berita seperti itu, namun baru kali ini ada orang di hadapannya yang melakukan hal tersebut.
"Terus kenapa gue?"
"Karena... cuma lu satu-satunya cewek yang nggak bakalan minta jadi pacar beneran gue."
Otak iseng Chrystell segera berputar. "Kalau begitu... gue mau Bapak jadi pacar beneran gue, dong..." rayunya manja. Ia memeluk lengan berotot Alex dan menggoyang-goyangkannya. Sebenarnya ia ingin meletakkan dagunya di bahu Alex, namun apa daya, jidatnya pun tak sampai ke bahunya.
"Boleh. Tapi langsung gue putusin abis hari ini."
Chrystell memonyongkan bibirnya.
"Gini, deh, Tel. Gue bayar mau?"
"Mau. Satu milyar."
"Ngaco! Sepuluh juta gimana?"
"Seratus juta."
"Lima puluh juta?"
"Satu lagi. Gue nggak mau hidup gue diganggu Bapak lagi."
"Baiklah. Kalau lu pura-pura jadi pacar gue hari ini, gue ngasih lu lima puluh juta dan nggak akan nemuin lu lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hot, Cold, Jerk, Billionaire, Badboy CEO ♧
HumorWARNING 180++++++++ (maksudnya tinggi badan tokohnya) [TAMAT] Highest rank: 9 in Humor Chrystell adalah seorang office girl biasa di kantor sebuah perusahaan multinasional yang sangat megah. Kehidupannya berubah 3 dimensi ketika ia berjoget di hadap...