"Ikut ke mana?" tanya Chrystell, sementara Arum dan Mina menggenggam tangan mereka sambil mengerjap-ngerjapkan mata mereka.
"Karaokean," jawab Randu. "Daripada bikin ribut di kosan, yuk, kita karaokean aja. Biar gue yang traktir. Kebetulan ... baru dapet pesangon, nih!" Ia mengakhiri kata-katanya sambil menyengir.
"Yaahhh ..." Arum dan Mina kompak bersuara.
"Emang dikira gue mau bawa Chrystell ke mana?" tanya Randu, memandang kedua wanita itu heran.
Arum dan Mina meringis sambil bertukar pandangan. "Ke Brebes."
Randu terbahak. "Ya, kali, gue ngajak bini orang pergi. Serem sama lakinya. Gue bantuin aja langsung dipecat. Apalagi bawa kabur ke Brebes. Gini-gini, gue masih waras kali."
"Jangan sebut dia laki gue. Lagi kesel," protes Chrystell sambil memutar bola matanya. "Tapi, ayo, kita karaokean! Nggak usah pake pesangon lu, Randu. Pake kartu kredit gue aja. Kita porotin si Lex Luthor." Ia terkikik ala nenek sihir.
"Ayo!" seru Arum, Mina, dan Randu serempak.
Keempat sahabat itu keluar dari kosan beriringan layaknya induk bebek dan anak-anaknya. Namun sebuah mobil mewah yang berhenti di depan rumah mengejutkan mereka. Terlebih lagi ketika pemiliknya menjulurkan kaki jenjangnya dan bersandar ke bodi mobil sambil menyeringai.
"Ngapain kamu di sini?" semprot Chrystell. "Mau nawarin kartu kredit lagi?"
Valdo tertawa. "Dua juta rupiah!" serunya. "Enggak, saya mau memastikan kamu dan Pak Randu baik-baik aja akibat ulah Alex."
"Kami baik-baik aja, kok," kata Chrystell sambil mengangkat kepalanya dan tersenyum angkuh. "Permisi, Mas. Kami mau karaokean." Perempuan itu bergaya memegang mikrofon sambil mengangguk-anggukkan kepalanya ala penyanyi rock.
"Nggak mau saya anterin?" tawar Valdo.
"Sumpah, demi apa?" seru Arum sambil mengelus-elus bodi mobil Valdo dan mencium bau catnya. "Mobil baru, nih, Pak! Keren abis, sama kaya pemiliknya." Ia menyengir dan mengedipkan satu matanya pada Valdo.
"Ya udah, nunggu apa lagi? Ayo naik, kawan-kawan!" ajak Chrystell, membuka pintu mobil Valdo dan memberi gestur dengan tangannya.
Sepanjang perjalanan mereka bernyanyi dengan lantang. Bahkan Valdo ikut menyanyi sambil memukul-mukul setirnya. Hati mereka terasa ringan. Chrystell merasa gembira lagi. Ia memang tipe orang yang mudah lupa dan tak menyimpan dendam. Hidupnya hanya memiliki satu tujuan, yaitu bahagia dan membuat orang di sekitarnya bahagia. Perasaan girang telah menghilangkan awan muram yang sebelumnya singgah di wajahnya.
***
Di dalam ruang karaoke, mereka bernyanyi dan saling mengolok jika ada yang tak kuat mencapai nada tinggi. Valdo mampu berbaur di antara mereka. Ia tak bertingkah seperti bos yang kaku dan sombong, namun menganggap para office girl dan boy itu seperti teman-temannya. Mina, si tukang gosip, yang matanya amat jeli memerhatikan orang, dan mulutnya ceplas-ceplos tanpa filter, berucap demikian kepada Valdo.
"Kok, Pak Valdo mau-mau aja bergabung sama kami?"
"Emang kenapa?" Valdo bertanya balik. "Kalian, kan, juga manusia. Saya nggak pernah membeda-bedakan orang. Asal asyik diajak bergaul, saya ikut aja. Kalian aja nggak segan sama saya, kenapa saya harus segan sama kalian?"
"Coba Pak Alex," cibir Mina sambil memutar bola matanya.
Valdo tertawa lagi. "Yah, setiap orang, kan, beda-beda."
Chrystell mengepalkan tangan kanannya dan meninju telapak tangan kirinya perlahan. "Lex Luthor harus diberi pelajaran. Ada ide, teman-teman?"
Mina, Arum, dan Randu saling berpandangan. Lalu menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hot, Cold, Jerk, Billionaire, Badboy CEO ♧
HumorWARNING 180++++++++ (maksudnya tinggi badan tokohnya) [TAMAT] Highest rank: 9 in Humor Chrystell adalah seorang office girl biasa di kantor sebuah perusahaan multinasional yang sangat megah. Kehidupannya berubah 3 dimensi ketika ia berjoget di hadap...