Pagi berikutnya, Chrystell terbangun di atas tempat tidur yang sangat nyaman. Tubuhnya ditutupi selimut hangat. Ia meraih ponselnya di nakas di sebelah tempat tidur dan melihat jam. Masih pukul enam lebih dua puluh menit. Artinya ia dapat bermalas-malasan selama sepuluh menit sebelum bersiap-siap untuk berangkat kerja.
Tunggu! Di mana aku?
Ia membalikkan tubuhnya dan melihat punggung seorang pria yang sedang meringkuk.
Loh, kok, ada cowok di sebelahku? Kamar ini juga bagus banget, nggak mirip kosanku. Apakah ini kamar hotel? Aku pasti bermimpi.
Chrystell merangkak di atas kasur dan mengulurkan tangannya ke leher Alex untuk memastikan bahwa itu bukan mimpi. Ketika jarinya meraba leher pria tersebut, sebuah sensasi mengalir ke seluruh tubuhnya bagaikan aliran listrik.
"Aaaaaaa!!!" teriaknya.
Ternyata leher Alex sangat dingin!
"Sayang... ada apa, kok, pagi-pagi sudah berteriak?" Alex menggumam, masih setengah tidur. Ia meraba-raba tubuhnya yang tak ditutupi selimut. "ES TELER!!!"
"Pak Lex... Pak Lex... kita nggak ngelakuin one night stand yang sebenarnya, kan, semalam?"
"Mana sudi gue! Lagian kenapa lu bisa ada di ranjang gue?"
Alex mengambil rekaman CCTV yang masih berjalan dan memasangnya ke televisi raksasa berukuran 100 inci yang dipasang di dinding di hadapan tempat tidurnya. Kemudian ia memutar waktunya mundur untuk melihat apa yang terjadi sebenarnya malam itu.
Ucapan Chrystell benar, layar TV menunjukkan gambar rekaman yang terbalik karena CCTV yang seharusnya dipasang di langit-langit ruangan malah ditaruh di atas meja. Dengan susah payah Alex dan Chrystell memiringkan kepala mereka 90 derajat seperti zombie untuk memahami kejadian yang terekam di CCTV. Meskipun gelap, namun siluet tubuh mereka masih terlihat jelas.
Mereka menonton mulai dari adegan Alex naik ke atas tempat tidur. Selanjutnya adegan Chrystell berjoget dan bernyanyi Sambalado dan Oke Oce. Hanya dua lagu, lalu Alex memaksa Chrystell diam. Selanjutnya Alex tertidur dan mendengkur dengan keras.
"GROOOOKKK!!! GROOOKKKK!!!"
"BAHAHAHAHA!" Giliran Chrystell tertawa terpingkal-pingkal sampai berguling-guling di atas tempat tidur.
"Huh, kaya sendirinya kalau tidur nggak ngorok aja," omel Alex.
Tengah malam, Chrystell kedinginan. Tubuhnya tak terbiasa terkena AC. Ia mengusap-usap kedua lengannya untuk menghilangkan rasa dingin itu. Ia mengerjapkan matanya karena sudah sangat mengantuk. Akhirnya, ia naik ke atas tempat tidur Alex dan berbaring di sisi yang kosong. Ia menarik ujung selimut Alex untuk menghangatkan tubuhnya.
Ketika ia sudah tertidur lelap, ia menarik seluruh selimut Alex untuknya sendiri sehingga Alex tak kebagian. Dengkurnya memang tak sekeras Alex, namun posisi tidurnya sangat berantakan. Berkali-kali ia menendang Alex sehingga pria malang itu akhirnya berpindah ke tepi kasur dan meringkuk tanpa sadar.
Alex melotot ke arah Chrystell dengan mata bola pingpongnya. Chrystell menunduk sambil meringis malu.
"Ma-maaf, Pak," bisiknya.
"Lu ini cewek bukan, sih?"
"Emangnya cewek itu harus ada aturannya, ya, Pak? Nggak boleh ada cewek macam gue? Tapi gue juga nggak kaya cowok, kan? Trus gue kalau bukan cewek, bukan cowok, apa dong?"
"Makhluk jadi-jadian!"
"Terserah Pak Lex, deh," gerutu Chrystell. "Kalau gue makhluk jadi-jadian, gue bisa menghantui Pak Lex sesuka gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hot, Cold, Jerk, Billionaire, Badboy CEO ♧
HumorWARNING 180++++++++ (maksudnya tinggi badan tokohnya) [TAMAT] Highest rank: 9 in Humor Chrystell adalah seorang office girl biasa di kantor sebuah perusahaan multinasional yang sangat megah. Kehidupannya berubah 3 dimensi ketika ia berjoget di hadap...