Lelaki tampan bernama Valdo itu melangkahkan kaki jenjangnya ke dalam kantor Alex dan menyalami tangan sang pemilik kantor yang memaksakan dirinya untuk bersikap profesional dan tersenyum.
"Kok lu udah datang, sih? Kata bokap gue baru jam setengah sebelas datang," ujar Alex.
"Kebetulan gue lagi di daerah Jakbar. Tadi juga nggak macet, jadinya bisa nyampe cepet," sahut Valdo sambil menyambut tangan Alex.
Chrystell masih memandangi kedua lelaki tinggi tersebut, merasa diri bagaikan kurcaci di antara raksasa. Meskipun Valdo tak setinggi Alex, ia juga mencapai 180 cm. Valdo menyadari perhatian Chrystell dan membalikkan tubuhnya.
"Oya, salam kenal, Bu ..."
"Chrystell," sahut Chrystell.
"Wah, namanya indah sekali," puji Valdo. "Nama saya Valdo, teman lama Alex, dan juga anak partner bisnis ayahnya. Senang bertemu Bu Chrystell."
"Saya juga," ringis Chrystell, masih merasa salah tingkah disapa pria berkelas ini.
"Bu Chrystell ini ... ?" Mata Valdo melirik ke Alex dengan penuh pertanyaan.
"Bini gue," sahut Alex ketus.
Chrystell menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Matanya terbelalak. Tanpa suara ia melotot ke arah Alex, protes mengapa harus langsung membuka hubungan mereka di hadapan orang baru dikenal ini. Namun Alex tak membalas tatapan Chrystell. Bahkan ia tersenyum puas seakan-akan menang -- dari apa, entahlah.
"Oh, jadi ini istri lu, Lex? Oya, bener, lu kan baru married. Selamat, ya!" komentar Valdo sambil menyalami Alex dan Chrystell bergantian.
"Makasih, Pak Valdo," ujar Chrystell tersipu.
"Ah, nggak usah formal-formal amat, Bu Chrystell. Panggil aja Valdo. Kan istri Alex, berarti temen saya juga," pinta Valdo.
"Kalau begitu panggil aku ..."
"Es Teler!" potong Alex.
Valdo menatap Alex heran. "Lu mau pesen es teler, Lex?"
Chrystell terbatuk-batuk. "Panggil aku Chrystell aja. Maaf, ya, Mas Alex emang rada sinting. Suka nyeletuk sendiri."
Valdo tertawa. Alex cemberut.
"Kalau gitu nanti siang kita pesen es teler, yuk. Udah lama gue nggak minum, di Jepang nggak ada soalnya," ujar Valdo.
"Boleh, boleh. Aku juga mau minum es teler lagi. Enak emang," sahut Chrystell, mengabaikan sang suami yang memelototinya.
"Ehem," Alex berdehem, "Sayang, tadi kamu mau keluar, kan? Biar Mas ngobrol sama Valdo dulu, ya."
Chrystell mengerutkan hidungnya geli mendengar nada Alex yang sok halus. Namun sang suami memelototinya sekali lagi, memaksanya keluar. Akhirnya Chrystell terpaksa menurut.
"Saya pamit dulu, ya, Mas Valdo. Ada urusan di luar," ucap Chrystell sambil cengengesan.
"Sampai ketemu nanti, Chrystell," balas Valdo sambil melambaikan tangannya lucu.
Chrysell keluar dari kantor Alex. Valdo masih memandangi punggung gadis itu sambil tersenyum sendiri.
"Istri lu lucu banget, Lex. Nemu di mana?"
"Heh, awas lu ngomong macam-macam. Dia bini gue," gerutu Alex.
"Selow, kali. Siapa yang pengen ngerebut dari elu? Gue lihatnya seneng aja, kelihatannya anaknya polos dan tulus, tuh. Jangan disakiti," pesan Valdo sambil mengedipkan sebelah matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hot, Cold, Jerk, Billionaire, Badboy CEO ♧
UmorismoWARNING 180++++++++ (maksudnya tinggi badan tokohnya) [TAMAT] Highest rank: 9 in Humor Chrystell adalah seorang office girl biasa di kantor sebuah perusahaan multinasional yang sangat megah. Kehidupannya berubah 3 dimensi ketika ia berjoget di hadap...