Catatan penulis: Bodo amat lah pembaca ngerti parodi, satir atau enggak. Yang penting lanjutin cerita. Jujur aku sempet rada kesel kalau pesan yang kusampain ga ditangkep, but why bother? Lagi good mood gara2 cerita sebelah udah tamat.
Oya, aku lama update gara2 plot lama cerita ini kerasa kaya sinetron (emang sinetron kan). Yah pokoknya enggak banget gitu lah. Chrystell disakitin Alex, trus pergi, trus Alex nyesel, trus balikan. Bosenin bener kan. Yang sekarang dijamin beda.
Anyway cukup cotinya. Enjoy.
.
.
.
Bulan madu Chrystell dan Alex terasa terlalu singkat. Tanpa mereka sadari, mereka sudah harus kembali ke Jakarta. Kembali menjalankan pekerjaan. Kembali menjalani hidup masing-masing. Eh, salah. Chrystell baru sadar, sekarang tak ada lagi namanya 'hidup masing-masing.' Yang ada hidup berdua.
Syukurlah, Alex ternyata bukan tukang ingkar janji. Ia mengangkat Chrystell menjadi asisten personalnya alias babu pribadi. Setibanya di Jakarta, Alex langsung membelikan pakaian kerja baru bagi Chrystell. Setelan blazer abu-abu dan rok sepan, lengkap dengan sepatu hak tingginya.
"Flat shoes aja, lah, ya! Kamu, kan, nggak bisa jalan pake heels," ujar Alex sambil menunjukkan sepatu ceper berwarna hitam.
Namun Chrystell menggeleng. "Nggak mau, Mas. Aku maunya kelihatan proporsional gitu, loh. Harus pake sepatu hak biar keren kalau jalan klak-klik klak-klik."
"Maksudmu profesional?" tanya Alex.
"Emang apa bedanya proporsional sama profesional?" Chrystell malah bertanya balik.
Alex menepuk dahinya. Ia mulai ragu, benarkah Chrystell mampu menjadi asistennya.
"Ya udah, terserah. Heels, ya, heels," ujar Alex sambil tersenyum iseng. Ia mengambil sepatu hitam berhak lima sentimeter dan menyodorkannya kepada Chrystell. "Nih, cobain."
Setelah dua jam berputar-putar di dalam mal, akhirnya Chrystell menemukan sepatu yang disukainya. Alex membayar, dan mereka pun pulang ke apartemen Alex. Chrystell memicingkan mata ketika ia menjejakkan kakinya kembali ke tempat itu. Tempat yang sama di mana Alex pertama kali menyuruh Chrystell melakukan one night stand dengannya. One night stand yang berakhir dengan tidurnya Chrystell di tempat tidurnya.
"Aku tidur di mana, Mas?" tanya Chrystell.
Alex melihat ke sekitarnya. Kamar tidur di unit tersebut memang hanya ada satu. Untuk apa kamar berlebih? Ia tak pernah mengajak teman-temannya menginap, dan jika ia mengajak perempuan ke sana, pasti dibawa ke kamarnya.
"Yah, ada sofa ruang tamu. Tapi kenapa nggak mau tidur di kamarku aja?" ujar Alex sambil mengangkat alisnya dan tersenyum nakal.
Chrystell berpikir sejenak. Sepintas terlintas di otaknya peristiwa-peristiwa yang terjadi di Eropa. Mereka bahkan sudah tidur bersama. Namun ia teringat bahwa ia tak boleh jatuh cinta pada Alex, atau ia akan disakiti oleh playboy kelas kakap ini.
"Boleh, asal Mas Lex yang tidur di sofa," sahut Chrystell.
"Loh, kenapa? Tidur bareng aja," rayu Alex sambil mendekatkan bibirnya ke telinga Chrystell.
Chrystell mengangkat kepalanya. "Nanti Mas suka sama aku, loh. Kan, kita cuma pura-pura sukanya di Eropa aja. Sekarang udah pulang, balik lagi ke semula."
Alex menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia terkena omongannya sendiri. "Siapa yang bakal suka sama orang aneh kaya kamu?" bantahnya.
"Oke, berani taruhan?" tantang Chrystell.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hot, Cold, Jerk, Billionaire, Badboy CEO ♧
HumorWARNING 180++++++++ (maksudnya tinggi badan tokohnya) [TAMAT] Highest rank: 9 in Humor Chrystell adalah seorang office girl biasa di kantor sebuah perusahaan multinasional yang sangat megah. Kehidupannya berubah 3 dimensi ketika ia berjoget di hadap...