16. Cemburu Buta

9.7K 521 105
                                    

Alex menarik tangan Chrystell dan menyeretnya keluar dari ruang janitor. Chrystell terpincang-pincang karena kakinya belum sembuh, namun Alex mengira gadis itu sedang memperoloknya.

"Mas! Tunggu! Sakit!" mohon Chrystell tergopoh-gopoh. "Lagian aku bisa jelasin, kami nggak ngapa-ngapain di dalam."

Alex mengabaikan omongan istrinya dan terus membawanya.

"Pak Alex!" panggil Randu. "Jangan salahkan Chrystell. Ini salah saya. Saya yang mengajaknya ke dalam ruang janitor."

Alex menatap Randu dingin. "Baiklah. Kamu dipecat. Pak Ginting, urus dia."

Pegawai yang bernama Ginting itu mendatangi Randu.

"Pak! Bapak boleh pecat saya, tapi jangan sakiti Chrystell!" seru Randu saat Ginting menahannya agar tak mengejar Alex.

Alex menghempaskan Chrystell ke sofa di ruangannya. Lalu melepas kancing kemejanya yang paling atas. Tenggorokannya terasa tercekat.

"Es Teler ... aku tahu kamu bodoh, tapi aku nggak nyangka kamu sebodoh ini. Berduaan dengan lelaki di ruang tertutup! Kamu udah menikah, Tel!" omel Alex.

Chrystell membuang muka dan berucap dengan nada dingin, "Bapak nggak mau dengerin penjelasan saya."

Alex terkejut mendengar bahasa formal yang digunakan istrinya. Chrystell memandangnya sebagai atasan, bukan suami. Alex menelan liurnya dan berusaha menenangkan diri. Ia berjongkok di hadapan Chrystell.

"Tel, aku kurang apa sebagai suami? Aku ganteng, mapan, nafkahin kamu, nganterin kamu ke mana-mana, bahkan ngurusin keluargamu juga. Kurang apa aku? Kurang apa?"

"Kurang ajar? Atau kurang asem?" balas Chrystell.

"Kurang belaian," celetuk Valdo sambil mengunyah keripik kentang.

"Valdo! Lu masih di sini?" Alex terperanjat.

"Ya, iya. Dari tadi gue nggak ke mana-mana," sahut rekannya.

Alex mendorong Valdo keluar dari ruangannya. Lalu menutup pintu dan menguncinya. Ia membalikkan tubuhnya dan menatap istrinya nanar.

"Jawab aku yang serius, Chrystell!"

"Sudah saya bilang. Bapak ini butuh cuka."

"Jangan bercanda!"

Chrystell mengangkat kepalanya. "Bapak bahkan nggak tahu apa yang Bapak lakukan terhadap saya. Untung saya tahan banting. Orang lain, sih, udah KO kali ..."

Alex membungkuk dan menempelkan kedua tangannya di dinding, mengunci Chrystell yang masih duduk di sofa. Ingin rasanya melampiaskan emosinya kepada Chrystell. Untung ia masih berhasil menguasai dirinya.

"Bapak emang ngasih saya makan dan semua itu. Tapi Bapak juga ngehina saya terus. Emang saya apa? Barang? Robot? Bukan manusia berperasaan?" Chrystell menghela napas. "Saya ngomong jujur nggak dipercaya. Randu juga mengurut kaki saya yang terkilir."

"Kenapa harus di ruang tertutup? Tempat lain kan bisa? Klinik ada!"

"Lah, saya kan bukan Randu. Tanya aja ke orangnya."

"Serius, Tel!"

"Mungkin dia ngerasa bersalah. Saya keseleo gara-gara dia. Saya baru tahu ternyata dia suka pada saya."

"Apa?!"

Darah naik ke kepala Alex. Ia sudah sampai ke titik puncak. Semua kendalinya hilang. Tangannya meraih kemeja Chrystell dan membukanya secara paksa. Kancing baju perempuan itu lepas menggelinding ke kolong sofa. Alex mendorong Chrystell sampai berbaring di atas sofa lalu menciumnya dengan paksa.

My Hot, Cold, Jerk, Billionaire, Badboy CEO ♧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang