20. Berjuang!

13.6K 523 100
                                    

Eh, ikutan si Valdo promosi dong. Follow Instagram-ku @_valloria ya. Haha. XD 

Bab terakhir (ngapain sih diingetin terus) :P Banyak dialog. Dari dulu cerita ini kan juga isinya dialog doang. 2900++ kata. Wow. Such words. #dogememe

.

.

.

Chrystell menatap Alex tak percaya. Dua tahun tak bertemu, Alex terlihat makin tampan meskipun penampilannya awut-awutan layaknya Tarzan -- untunglah Alex mengenakan pakaian lengkap. Secara fisik, ia benar-benar berbeda. Entahlah secara mental dan emosi, apakah masih sama?

Mata Chrystell melirik ke jam dinding. Limabelas menit menjelang tutup. Namun ia tak tega mengusir Alex. Maka ia bangkit berdiri dan mengambil buku menu.

"Silakan duduk, Pak," ujarnya sambil membawa Alex ke salah satu meja makan persegi dengan dua buah kursi yang saling berhadapan.

Mantan CEO itu mengikuti Chrystell tanpa berkata apa-apa. Ia masih bergeming ketika Chrystell meletakkan buku menu di hadapannya dan berdiri di sebelahnya, menunggu pesanan. 

Alex tak membuka buku menu sama sekali. "Nasi goreng pete dan es teler." 

Chrystell hanya mesem-mesem sedikit mengingat julukan lamanya yang tak pernah didengarnya lagi selama dua tahun. "Baik, tunggu sebentar, ya, Pak."

"Chrystell," panggil Alex sebelum gadis itu beranjak dari hadapannya, "abis ngasih tahu pesananku ke dapur, bisa, kan, temenin aku sebentar? Lagian, kan, udah sepi." 

"Oke." Chrystell mengangguk. Hm, udah nggak manggil aku Es Teler. Apa ini pertanda dia sudah berubah?

Seusai perkataannya, Chrystell kembali ke meja setelah menyampaikan pesanan Alex ke juru masak yang setengah mengomel karena harus mengolah makanan kembali, padahal ia sudah mau pulang. Chrystell duduk di hadapan Alex dan melipat tangannya di atas meja, menunggu mantan suaminya itu berbicara. 

"Apa kabar, Tel?" ucap Alex.

"Baik. Bapak sendiri gimana?" 

"Merasa seperti Bruce Wayne di film Batman Begins sehabis bertapa di Bhutan," ujar Alex, setengah sarkas. "Anyway, let's say aku masih hidup."

Chrystell tersenyum, sedikit canggung. "Berarti Bapak sekarang jago berkelahi, dong," ledeknya. 

Alex menggulung lengan bajunya dan menunjukkan lengannya yang berurat. Lalu mengangkat bahunya. "Mungkin. Siapa tahu. Anyway, selamat, ya, Tel. Kamu berhasil mencapai impianmu." 

Chrystell mengalihkan pandangannya. "Ah, makasih, Pak. Berkat bantuan banyak orang, bukan aku sendiri." 

Sunyi kembali. Chrystell dan Alex masih merasa canggung. Mereka tetap diam hingga koki mengantarkan nasi goreng pete dan es teler ke meja Alex. Alex mengucapkan terima kasih kepada koki dan mengambil sendok, mulai menyantap hidangannya. 

"Kenapa Bapak tiba-tiba kemari?" tanya Chrystell, memecahkan keheningan.

"Laper," ujar Alex singkat.

"Yang bener? Jauh-jauh amat nyari restoran sampe ke Tegal? Pasti nyari aku, kan?"

Alex masih terus mengunyah. Tigapuluh detik sampai ia menelan makanannya. "Aku nggak ke Jakarta dulu. Dari Balikpapan ke Semarang, terus kemari."

"Oya? Kenapa?"

"Abis Papa bilang aku nggak boleh pulang ke Jakarta sampai hukumanku selesai. Ya udah, sekalian aja aku nggak pulang," ujar Alex. 

My Hot, Cold, Jerk, Billionaire, Badboy CEO ♧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang