Melihat ciuman tersebut, wanita yang mengaku sebagai ibu dari anak Alex pun pura-pura pingsan. Dengan perlahan ia merebahkan tubuhnya di atas karpet bulu di depan sofa yang diduduki Chrystell.
Chrystell spontan mendorong Alex dari hadapannya. Biarpun Alex adalah mas-mas hot CEO, tetap saja ia tak senang ciuman pertamanya dicuri begitu saja. Apalagi sama lelaki tukang atur dan seenaknya seperti ini. Hih!
"Pak Lex! Tuh, cewek Bapak pingsan," katanya sambil menunjuk wanita yang tergeletak lemah gemulai di bawah sana.
"Gue panggil sekuriti buat gotong dia keluar," sahut Alex tak berperasaan.
"Ih, nggak boleh gitu, dong, Pak! Misalnya dia nggak hamil anak Bapak pun, nggak boleh jahat gitu sama dia! Ayo bantuin angkat dia ke sofa," kata Chrystell sambil berusaha menopang punggung wanita itu.
"Lu aja sendiri. Lu kan kuat, toh?" kata Alex sambil kembali ke tempat duduknya di belakang meja kerjanya.
Chrystell menyandarkan punggung wanita itu ke lengannya yang kekar. Lalu berusaha menggendongnya ke atas sofa. Wanita itu sebenarnya merasa tidak nyaman, namun ia tetap memejamkan mata agar pingsan palsunya tidak ketahuan.
Chrystell meraba sesuatu di punggung wanita itu. Seperti velcro yang lepas. Ketika ia berhasil membaringkan wanita itu di atas sofa, tiba-tiba bantal berbentuk perut hamil jatuh ke atas karpet.
Ternyata wanita itu berbohong. Ia tidak hamil. Ia menyumpal busa ke bagian perutnya agar terlihat seperti wanita hamil.
"A-apa ini?" ujar Chrystell dengan mata terbelalak.
Spontan wanita itu bangkit berdiri dan mendorong Chrystell dengan kasar. "Dasar wanita murahan! Berani-beraninya kamu menyentuhku!"
"Sa-saya kan cuma mau nolong Mbak," sahut Chrystell lirih. "Pak Lex! Lihat ini!"
PLAK! Tamparan sang wanita mendarat di pipi sang office girl. Alex baru mengangkat kepala dari layar laptopnya.
"Heh! Juli! Apa yang kamu lakukan?" ujar Alex dengan suara seraknya. Kemudian matanya ikut-ikutan melotot seperti bola pingpong ketika ia melihat perut busa yang berada di atas karpetnya. "Kamu berbohong padaku? KELUAR KAMU DARI SINI! WANITA KURANG AJAR!"
Wanita itu -- yang bernama Juli -- buru-buru mengambil perut busanya dan berlari keluar dari kantor Alex.
"Lu nggak apa-apa, Es Teler?" tanya Alex kepada Chrystell yang masih duduk di atas karpet sambil memegangi pipinya. Perlahan CEO itu menurunkan tangan Chrystell. Pipinya terlihat seperti tomat karena bulat dan berwarna merah. "Astaga. Dasar bitch. Kompres pipimu biar nggak makin parah."
Alex membuka kulkas kecil di dekat meja kerjanya dan mengambil es, lalu membungkusnya dengan saputangannya. Ia menyerahkan bungkusan tersebut kepada Chrystell. Namun si office girl hanya menepis tangannya dengan kasar.
"Lu kenapa, sih, Es Teler? Kaya nggak pernah ditampar aja," kata Alex.
"Gue syok, Pak! Gue nggak mau terlibat di kehidupan penuh drama seperti ini! Gue udah simpati sama cewek itu... nggak tahunya dia penipu. Pokoknya gue nggak mau berurusan sama Bapak lagi! Kasih seratus juta gue, dan gue akan pergi," kata Chrystell.
"Tetap aja itu harus diobatin!" kata Alex, mengambil tangan Chrystell dan memaksa bungkusan es itu di tangannya.
Chrystell mengambilnya dan menempelkannya ke pipi tomatnya. "Udah, ya, Pak. Gue mau keluar dulu. Jangan lupa kirim seratus juta ke rekening gue. Oh, ya, semua barang-barang yang Bapak beliin bakal gue balikin."
Dengan kata-kata tersebut ia keluar dari ruangan Alex dan menutup pintunya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hot, Cold, Jerk, Billionaire, Badboy CEO ♧
HumorWARNING 180++++++++ (maksudnya tinggi badan tokohnya) [TAMAT] Highest rank: 9 in Humor Chrystell adalah seorang office girl biasa di kantor sebuah perusahaan multinasional yang sangat megah. Kehidupannya berubah 3 dimensi ketika ia berjoget di hadap...