Catatan penulis: Iya, iya, aku tahu yang bener tuh komidi putar. Cuma mau nulis komedi putar aja, gapapa kan? 🙄
.
.
.
Randu menjinjing kedua tas Chrystell dan memimpin jalan menuju mobilnya. Sebuah truk kecil bak terbuka keluaran tahun lama yang catnya sudah usang. Ia meletakkan tas di dalam mobil dan membukakan pintu untuk Chrystell.
"Maaf, ya, mobil tua," ringis pemuda tersebut.
"Ah, kamu mau jemput aku aja, aku udah terima kasih banget," sahut Chrystell sambil mengangkat kakinya dan masuk ke dalam mobil.
"Muter-muter dulu gapapa, kan? Aku harus nganter telur asin ini ke warung-warung," ujar Randu.
"Gapapa, aku nggak buru-buru," jawab Chrystell.
Chrystell memosisikan dirinya di kursi sebelah Randu. Mobil pick up model kuno ini memiliki bangku panjang di dalam interiornya, bukan kursi terpisah. Ia menengok ke belakang. Di bak truk, ratusan -- bahkan mungkin ribuan -- telur asin dikelompokkan dalam berbagai kemasan, mulai dari eceran hingga grosiran. Chrystell melebarkan matanya dan memajukan bibirnya. Randu tak main-main. Ia benar-benar beralih menjadi pedagang telur asin.
Gadis ajaib itu terkikik sendiri.
"Ada apa, Chrys?" tanya Randu sambil memasang sabuk pengamannya.
"Lucu aja, Ndu. Kamu beneran jadi pedagang telur asin."
"Ya, masa aku main-main?" ujar Randu.
"Gimana? Senang?" tanya Chrystell lagi.
Randu mengangguk. "Aku merasa berguna, Chrys. Berguna untuk orangtuaku. Berguna untuk para pemilik warung. Aku senang."
Chrystell tersenyum. "Semoga aja aku merasakan hal yang sama kalau aku udah buka warung nasi goreng nanti. Eh, Randu, kamu mau nggak jadi pemasok telur asin? Jualan di warungku juga, ya?"
"Oh, pasti," senyum Randu. "Khusus buat kamu, aku kasih harga diskon, deh. Harga temen."
"Eh, jangan!" tolak Chrystell. "Disamain aja. Nggak enak aku. Kamu kan berdagang, bukan nyumbang."
Randu mengangkat bahunya. "Nanti, deh, kita omongin lagi. Sekarang aku masih harus nganter-nganter telur."
Setelah melewati beberapa warung dan restoran, Chrystell menawarkan diri untuk membantu Randu. Ia bersikeras meskipun Randu menolaknya. Para pemilik warung menyapa Randu, yang telah menjalankan bisnis ini selama sebulan. Mereka berkenalan dengan Chrystell.
"Pacarnya, Le?" tanya seorang perempuan separuh baya pemilik salah satu restoran yang mereka kunjungi.
Chrystell dan Randu saling berpandangan, lalu menggeleng bersamaan.
"Ah, bukan, tho, Mbok. Temen iki," sahut Randu, meringis.
Perempuan itu mengangguk-angguk paham sambil tersenyum penuh arti.
"Kiki, Mbok," ujar Chrystell sambil mengulurkan tangannya ke perempuan tua tersebut.
"Mbok Sri," sahut sang pemilik restoran.
Setelah sejam, akhirnya Randu selesai mengantarkan telur asin ke pelanggan-pelanggannya. Mereka akan menempuh perjalanan ke kabupaten Tegal, tempat tinggal orangtua Chrystell, melalui jalan yang sedikit rusak. Mobil berguncang-guncang menyebabkan Chrystell merasa mual.
"Ndu, ada kantong plastik, nggak?" tanya Chrystell. "Aku mual."
"Ada, di belakang. Bentar."
"Udah, deh, aku turun aja," kata Chrystell.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hot, Cold, Jerk, Billionaire, Badboy CEO ♧
HumorWARNING 180++++++++ (maksudnya tinggi badan tokohnya) [TAMAT] Highest rank: 9 in Humor Chrystell adalah seorang office girl biasa di kantor sebuah perusahaan multinasional yang sangat megah. Kehidupannya berubah 3 dimensi ketika ia berjoget di hadap...