Bab 14

645 105 5
                                    

Bumi Sisi Buruk selalu gegar saat makhluk itu melompat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bumi Sisi Buruk selalu gegar saat makhluk itu melompat. 

Sesosok raksasa dengan kuku seperti bilah pedang mengacung ke langit. Dengus napas beratnya berlapis-lapis sebab ia memiliki tiga mulut. Tubuhnya satu dan kepalanya tiga: kepala kambing gunung bermata putih, kepala singa yang rahangnya selalu nganga, dan kepala naga yang lubang hidungnya mengembuskan asap panas. 

Monster itu bernama Chimera. Monster yang menjadi bahan lelucon tak lucu di kalangan pemburu: "Hei, kalau kau sebegitu inginnya bertemu naga, hadapi dulu sebuah kepala Chimera."

Berdecih, Liveo mengintai makhluk itu dari balik karang. Chimera sedang merangkak di sekitar perbukitan, mengorek gua di balik air terjun mungil, mencungkil bayi-bayi lintah gemuk Tlanusiyi.

Di balik bukit itu ada daerah yang menjadi tujuan Liveo. Di harus pergi ke sana. Hanya seekor Chimera yang menghalangi jalan. Chimera mestinya tak ada apa-apanya dibanding saudaranya, Cerberus, yang pernah Liveo jinakkan di usia tiga belas. 

Akan tetapi, bagaimanapun Liveo pasti kesulitan melawan Chimera sambil menggendong Mali.

Di punggungnya, Mali merintih. Efek bius yang membuat tubuh sang kakak mati rasa telah pudar. Napasnya pendek-pendek. Dahi berkerut. Bahkan dalam tidurnya Mali merasakan sakit luar biasa. Liveo sudah memerban lengan dan kaki Mali yang buntung lalu mengolesi lumut obat, tetapi tak bisa menghentikan pembusukan. 

Mali sekarat.

Liveo menggendong kakaknya dengan ikatan tali yang disampirkan ke tubuhnya. Ia pastikan tali itu cukup kencang sehingga Mali tak akan terlempar bila ia harus melompat melawan Chimera.

 Memutar jalan bukan pilihan. Sekali Liveo mengangkat sabit, ia tak akan bisa berhenti.

Chimera tak perlu mendengar suara Liveo untuk menoleh. Bau darah Mali sudah membuat semua monster menelengkan kepala. Liveo meremas senjata, matanya menantang Chimera yang datang.

Dari balik bukit, deru napas dan getaran langkah menghentikan Liveo. Seekor Chimera lagi muncul! Betina dan lebih ganas. Mulut naganya berliur lahar merah yang membakar bebatu di bawah kakinya.

Liveo mengejang.

Yang jantan lebih dulu menerkam Liveo. Sabit Liveo teracung, mencungkil mata kambingnya. Chimera jantan meraung, dan dari samping, si betina menyemburkan lahar.

"Bangs—"

Umpatan Liveo tak selesai. Dia menggelinding ke balik karang. Mali merintih lagi di gendongannya.

Seekor saja sudah sangat memuakkan!

Yang jantan mengejar. Yang betina mengapit di sisi lain. Karang itu kosong. Liveo sudah berlari memutar sangat cepat. Ujung sabitnya membuat kilat yang menyilaukan mata singa betina. Si betina langsung menerkam Liveo dari samping, menyasar kepala Mali di balik punggungnya.

AMALGAMATE (Mali & Liveo Story) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang