Bab 10

614 104 1
                                    

Mali sudah kembali ke penginapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mali sudah kembali ke penginapan. Duduk di tengah kedai dengan kaki berselonjor, pada sofa yang dijajari bantalan empuk sebagaimana ia biasa dijamu di kastelnya sendiri. Gadis-gadis kedai berpakaian minim mengerubunginya senang. Mimik muka mereka senada; cemas campur kagum terhadap Mali, separuhnya lagi menggoda. Beberapa gadis menjamu Mali dengan sepoci arak manis hangat, dan lainnya merawat luka di kaki Mali dengan bubuhan lumut. Saat dioleskan, lumut itu langsung menyesap cepat pada luka, menghentikan darahnya.

Pujian Mali terdengar tulus. "Wah, aku harus membeli obat ini dari kalian!"

"Akan kami berikan gratis! Tapi ceritakan dulu, Tuan Mali. Jadi kau sudah melihat monster itu dari dekat? Bagaimana bentuknya?"

"Ya ampun, aku takut sekali! Lithia adalah teman kami!" sahut gadis lain.

"Seandainya saja Tuan tidak segera mengabari orang tua Lithia, pasti Lithia sudah mati!"

"Tuan adalah pahlawan kami."

Gadis-gadis menutup mulut mereka, bersedih.

Mali menyambut mereka dengan senyuman percaya diri. "Sudah takdirku untuk selalu berada di tempat-tempat yang buruk, dan aku tak pernah menyesalinya, sebab aku terlahir untuk membawa kecerahan. Tahu apa yang kumaksud dengan kecerahan? Bukan matahari seperti di dunia Sisi Baik asal kalian, tapi—"

Para gadis menunggu penuh harap.

"Cerah yang kumaksud adalah senyum-senyum di wajah kalian. Lebih menawan dari matahari di negeri Sisi Baik, tentu saja!"

Para gadis tergelak ceria.

"Akan kulakukan apa pun bila itu bisa membawa senyuman di wajah-wajah kalian," ujar Mali lagi, lalu matanya beralih kepada Liveo yang baru melangkah masuk. "Terutama senyum di wajah adikku tersayang, yang malam ini kuselamatkan. Aku tidak berharap terima kasih, asalkan dia baik-baik saja."

Liveo putar mata, mendengus menghina. "Kenapa dengan kakimu, Mali? Lukamu masih belum menutup juga?"

"Hm? Aku yang menyelamatkanmu. Kenapa aku yang dituduh terluka?"

Hal bagus telinga Liveo masih sedikit berdengung, efek berkontak terlalu dekat dengan Kashchei, maka ia mengabaikan sindiran itu. Isi kepalanya penuh dengan hal-hal yang lebih penting untuk diperikan. Firasatnya sungguh tak enak. Sehingga dia diingatkan untuk menjaga impulsnya kali ini.

"Dengar Mali, ada sesuatu yang ingin kubicarakan—"

Salah satu gadis memotong pertanyaan Liveo. "Apakah kalian berdua Beast Master? Jangan pergi dari dusun ini! Semua beast master yang pergi dari dusun ini tak pernah kembali lagi."

"Benar sekali, jangan tinggalkan aku, Tuan." Gadis lainnya memeluk Mali.

Liveo menatap dingin. "Tentu saja mereka tak kembali, menurutmu kenapa mereka harus kembali ke desa ini?"

AMALGAMATE (Mali & Liveo Story) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang