Bab 5

961 134 0
                                    

Alam Sisi Buruk pada hakikatnya senang menentang arus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alam Sisi Buruk pada hakikatnya senang menentang arus. Di tempat ini jelaga terlihat lebih mewah daripada permata, dan makhluk kerdil cenderung lebih perkasa daripada yang raksasa. Segalanya diatur berkebalikan dari negeri terang benderang Sisi Baik yang serba mengikuti arus dan "Klise", kata Mali.

Namun ada satu wilayah yang seperti irisan terasing dari bumi kegelapan. Di sini terdapat daratan paling bersinar sebab tertanam banyak berlian putih. Tanahnya berpasir serbuk intan yang menyembilu tajam bila menggesek kulit. Semakin ke utara, luas daratannya pun kian lebar. Rerumput tumbuh tinggi melampaui kepalamu. Alang-alang menjulang seperti jarum menunjuk bulan. Daerah utara bukan hunian yang pantas bagi makhluk berukuran mungil. Lanskapnya dipenuhi bukit-bukit raksasa yang terdiri dari batuan wadas dan gua-gua gigantis. Menurut mitosnya, terdapat sarang naga di areal paling utara bumi Sisi Buruk, yang tak pernah terbukti benar. Yang benar adalah, dikempit perbukitan tinggi itu, tinggal sekelompok suku bersifat culas dan bergigi taring baja. Laestrygonians. Mereka raksasa pemakan daging paling beringas. Hanya di tempat ini saja Sisi Buruk harus mencoret pendapat umum para antagonis antiklise tentang "Yang kecil biasanya lebih kuat daripada yang besar."

Laestrygonians bukan makhluk yang bisa kau lawan—bahkan sebisa mungkin melarikan diri adalah jalan terbaik. Jangan buat takdir burukmu semakin jatuh karenanya.

Ini kali pertama Liveo menjejak di tempat itu, dan dia sudah banyak mencatat tentang Laestrygonians. Mereka monster yang menyebut diri mereka setara manusia, sebab meski bermassa otak kecil, namun mereka bisa berpikir seperti manusia bebal. Mereka berlindung dalam gua seperti orang purba. Makanan pokok mereka manusia dan hewan-hewan bertulang belakang. Mereka tahu cara memasak makanan dengan cara yang bagi mereka konvensional. Seperti merebut tombak manusia hasil tangkapan mereka, menusukkannya ke tubuh manusia tersebut dari ujung bawah ke ujung atas, lalu memanggangnya pada api. Mereka senang berburu secara teratur dan berkelompok. Dalam jumlah yang besar, mereka selalu memburu manusia ataupun hewan berdaging tebal tanpa belas kasih. Bayangkan sekelompok gajah menginjak-injak seekor semut secara bersamaan—begitulah cara mereka berburu. Tolol dan brutal.

Mali berjongkok di antara semak tinggi, matanya begitu serius menyoroti batu-batu besar di depan sana. Liveo, di sisinya, menahan napas.

"Jarak pandangku sempit, Liv, tapi aku yakin telingamu bisa mendengarkan sesuatu di antara batu itu."

Liveo menarik napas dalam-dalam, menyesap aroma susu basi yang samar-samar tercium. Aroma sengak itu lebih kuat tercium dari balik bebatuan. Mungkin bau ketiak Laestrygonians. Ia menahan napas untuk mendengarkan. Terdengar suara napas Mali yang ritmis di sampingnya, dan suara langkah kaki yang berdebam halus tapi konstan di antara bebatu itu. Jumlahnya jelas lebih dari satu. Mungkin tiga, tidak, ada empat. Kelompok kecil Laestrygonians. Napas mereka berbunyi seperti penderita asma akut. Naik turun tak pasti mengikuti langkah lebar mereka.

"Tiga atau empat. Aku tak bisa mendengar jelas karena batu-batu itu meredam segala getaran. Bahkan rumput itu terlalu kaku tidak bisa digoyang angin—"

AMALGAMATE (Mali & Liveo Story) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang