Pada minggu ketiga setelah koma, Mali akhirnya bangun, namun ia melupakan sebagian besar yang terjadi saat perburuan Kashchei.
Hal pertama yang terucap dari bibirnya adalah: "Jadi apakah aku benar-benar mati? Ya, aku yakin telah mati. Lalu hidup kembali. Aku yang sekarang adalah hasil perjalananku di masa lalu. Ah rasanya segar sekali! Ceritakan apa saja yang terjadi, Liv."
Liveo diam saja. Dia puasa berbicara sejak Mali membuka mata. Dia bahkan tak mau memeluk Mali.
"Kita pernah mati lebih dari sekali."
Liveo melihatnya sebagai filosofi. Bahwa kau adalah apa yang kauperbuat di masa lalu. Kau tumbuh dari benih yang kautanam. Seperti penyihir di desa pemburu yang akhirnya kehilangan seluruh anggota tubuhnya karena obsesi berburu Kashchei, menjadi buruk rupa padahal sebelumnya dia begitu cantik. Lalu kini dia membusuk di perut suaminya sendiri. Hal yang sama terjadi pada penduduk Sisi Baik yang dilemparkan ke Sisi Buruk. Sekeras apa pun mereka menipu orang-orang dan berpura-pura berbuat baik, mereka telah mati pada kehidupan yang lalu. Sisi Baik membunuh mereka dengan cara membuangnya kemari. Mereka tak akan bisa kembali lagi, hidup sebagai yang lain.
Lucunya, Mali tak pernah berubah. Jalannya malah semakin tegap dan sesekali Liveo melihat punggungnya bersinar. Dia benci melihat punggung itu, tapi tak mampu mengalih pandang. Meski Liveo berhasil menggagalkan rencana Mali untuk memanfaatkan kerak Kashchei, di sisi lain, ia masih dihinggapi firasat yang tak menyenangkan.
Monster-monster seperti Kashchei berjumlah banyak. Setiap purnama mereka muncul, bertumbuh, dan meraja dengan lebih banyak cara yang membuat Liveo harus memendam ketakutan. Ketakutan akan monster yang lebih buas dari mereka semua; kakaknya sendiri.
Suatu hari, Sisi Baik mendatangkan kembali makhluk buas yang sejenis. Nocnitsa. Meski sekilas tak berbahaya, ia disebut sekelas dengan Kashchei. Tak dapat mati, dan membunuh secara mengerikan dalam tidur. Siapa yang sangka ia dapat memunculkan rekahan ke dunia lain lewat mimpi?
Setiap purnama, Liveo gelisah. Ia memastikan bukan Mali yang menjemput pendatang baru kali ini. Maka Liveo sudah bersiap menunggu di tepian saat makhluk itu digiring dengan kereta.
Kereta itu datang secara perlahan-lahan. Tak ada awak, tak ada monster. Nocnitsa tak sesopan Kashchei dalam beradab. Ia menyedot kepala kurir Sisi Baik lalu kabur sebelum dijemput.
Sembari Liveo mencari, Mali telah berdiri di sampingnya, berkata, "Perburuan baru lagi, kan?"
Liveo curiga. "Kau tidak melakukan apa pun, kan?!"
Mali membuat muka sakit hati. "Kenapa aku harus melakukan apa pun?"
Hari berikutnya, wajah dan nama monster itu tertempel pada dinding markas besar Beast Master. Liveo menjadi salah satu yang memutuskan ikut perburuan. Dan selalu, tak terpisahkan, Mali mendampingi di sisinya, membantu perburuan Liveo dengan mengandalkan kecerdasan, kharisma, keahlian berbicara diplomatis, dan melompat di antara Liveo dan monster supaya (dianggap pahlawan) adiknya tak celaka.
Di tepi gurun dalam perjalanan mereka, Liveo meminta Mali jalan di depan, dan tak mau mengulangi kesalahan yang sama, Liveo berkata dengan cukup jelas, "Jangan jauh-jauh dariku."
Mali bersiul. "Adikku menjadi sangat posesif? Ya ampun aku bahagia!"
"Diamlah!"
Perjalanan panjang memburu Nocnitsa pun dimulai. Tak ada gegalat mencurigakan atau perkataan aneh-aneh yang dilontar Mali. Namun sesekali, Mali menatap langit, mencari, seolah menunggu suatu celah terbuka, menunggu rahasia kepahlawanannya terungkap, menangkap secuil kesempatan. Wajahnya setenteram penenung, Mali begitu yakin bila ada seseorang di Sisi Buruk yang dapat menemukan setiap celah tersembunyi, hanya ia orangnya.
"Nocnitsa berlawanan dengan Kashchei. Dia hanya akan menyerang orang-orang yang membuatnya jatuh hati meski orang tersebut sangat membencinya. Bila kau ingin mencarinya, datanglah ke tempat para pemburu muda yang congkak dengan penampilan. Mereka korban yang disenangi Nocnitsa."
Liveo menatap curiga. "Bagaimana kau bisa tahu?"
"Kalau kau lupa, aku sudah mencatat data seluruh monster yang ditakuti Sisi Baik. Nocnitsa salah satunya."
"Berikan data itu padaku," pinta Liveo.
Mali menyerahkan selembar perkamen berisi coret-coret sosok Nocnitsa. Bagaimana cara menemukan, membunuh, menjinakkannya. Mali bahkan menggambarnya dengan sepenuh hati dan menyelipkan kata mutiara, sehingga Liveo bisa melihat wujud perempuan jangkung berwajah penuh bolongan yang sangat cantik sekaligus menjijikkan.
"Hanya ini saja?"
"Tentu!"
Mali berbohong. Di dalam kantongnya, masih terdapat serpihan perkamen lain, yang sengaja ia sembunyikan dari adiknya. Perkamen ituberisi informasi rahasia tentang Nocnitsa yang ia dapatkan sendiri, saat iamenyambut makhluk itu di gerbang Sisi Baik sebelum membiarkannya kabur.
SELESAI
Note: Cerita AMALGAMATE selesai sampai di sini. Nantikan seri petualangan Mali dan Liveo di kisah selanjutnya, SEGREGATE.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMALGAMATE (Mali & Liveo Story) ✔
FantastikDark fantasy. Kisah dua pangeran antagonis dari negeri bernama Sisi Buruk. Negeri tempat para penjahat dari seluruh dunia dongeng dibuang. =Cerita ini didedikasikan untuk Silan Haye (harap membaca bab Pembuka untuk penjelasan setting...