Elle naik ke lantai dua rumahnya menuju kamarnya, namun ia terkaget di tengah-tengah anak tangga ketika melihat Harry berdiri di puncak tangga memperhatikannya dalam-dalam, dengan sebuah pisau ukuran besar di tangan kanannya. Sontak Elle pun langsung terkesiap melihatnya.
"Hai, Elle," Harry tersenyum tipis. "Kau baru pulang?"
Elle hanya mengangguk pelan. Jujur ia masih agak canggung jika bertatap muka langsung dengan Harry seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, mereka kan tinggal seatap.
"Tadi mom dan dad meneleponku. Mereka bilang akan pulang agak larut. Jadi aku yang akan memasak malam ini," lalu ia berjalan mendekati Elle, dan berdiri di hadapannya. "Gantilah dulu bajumu, sementara aku memasak,"
"Kau nampak lelah," Tanpa ia sadari, tangan kirinya yang tidak memegang pisau sudah bergerak bebas di pipi Elle dan mengelusnya lembut. Elle hanya bisa menatap kakaknya itu dengan takut. Ia takut kalau-kalau kejadian seperti tadi sore terjadi lagi. Harry mengelusnya lembut. Sangat lembut, sehingga membuat Elle agak menikmati sentuhannya.
Duk duk duk.
Namun tiba-tiba seseorang mengetuk-ngetuk pintu depan rumah mereka dengan kasar, membuat perhatian keduanya teralihkan.
Harry agak kesal dibuatnya, namun ia segera berjalan menuju pintu dan membukanya.
Dan ia merasa tambah kesal lagi ketika melihat siapa yang berdiri di balik pintunya. Niall berdiri dengan wajah pucat dan ngos-ngosan seperti bau saja berlari-lari. "Elle!!!" Niall tiba-tiba meneriaki nama sahabatnya itu, dan mendorong tubuh Harry kasar untuk memaksa masuk. "Elle! Where are you?!"
"Niall?" Elle muncul dari tangga dan berjalan ke arah Niall dengan wajah bingung. "Ada apa?"
"Kau baik-baik saja?!" tanya Niall panik. Ia segera memegangi bahu Elle dan memperhatikan sahabatnya itu dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Keep calm, bro," ujar Harry yang tiba-tiba menyingkirkan lengan Niall dari bahu Elle dan berdiri di hadapannya, membuat Elle terhalangi olehnya. "Ada apa ini?"
Bertepatan dengan itu, Niall baru menyadari bahwa adanya Harry di ruangan itu. Maka ia pun cepat-cepat mengatur napasnya, dan mencoba berbicara sesantai mungkin kepadanya. "Aku hanya ingin memastikan bahwa Elle baik-baik saja,"
"Dia memang baik-baik saja. Kau lihat sendiri, kan? Lagi pula ada aku disini, bersamanya." tutur Harry. Dan seulas senyuman kecut pun terukir di wajah rupawannya. Lalu ia melirik sekilas ke arah Elle. "Iya, kan, Elle?"
Elle hanya mengangguk. Namun Niall merasa ada sesuatu yang tidak beres di rumah itu. Tapi ia hanya diam, karena percuma baginya untuk berbicara di hadapan Harry langsung saat ini. "Bagus kalau begitu," katanya. "Kau sedang masak?" Niall menunjuk pisau yang sedari tadi masih dipegang oleh Harry.
Harry mengangguk. "Yeah. Aku sedang memasak makan malam kami."
"Boleh aku ikut?" tanya Niall tiba-tiba. Sesungguhnya ia telah memiliki modus rahasia akan ini.
Harry mengangkat sebelah alisnya, namun Elle buru-buru mengangguk dengan cepat dan menjawab, "Oh, boleh sekali, Niall!"
"Baik, terimakasih. Kalau begitu aku akan menunggu sambil menonton TV, ya.." dengan cueknya, Niall pun langsung berjalan mendahului mereka berdua dan masuk menuju ruang keluarga rumah itu, duduk di sofanya, dan menyalakan TVnya. Dia memang sudah terbiasa seperti itu di rumah Elle.
Melihat ini, Harry mendengus kesal. Ia lalu menatap Elle dengan sinis karena telah mengizinkan Niall untuk makan malam bersama mereka. Namun Elle langsung memegang tangan Harry, dan berkata, "Maaf ya, Harry. Tapi aku tidak bisa tidak mengizinkannya."
Seolah pegangan tangan dan perkataan Elle tadi adalah obat bius bagi Harry, tiba-tiba perasaannya pun meluluh, dan kemarahannya pun menguap dengan tiba-tiba. Ia pun tersenyum manis pada Elle, dan menjawab, "Baiklah. Tapi kau bantu aku memasak di dapur, ya?"
***
Hari ini Harry mulai masuk ke sekolah lagi. Betapa tidak herannya orang-orang melihat sosok Harry Styles yang sudah dikabarkan tewas itu tiba-tiba kembali dengan sehat bugar ke sekolah. Tapi utungnya, orang tuanya sudah menceritakan perkara yang sebenarnya kepada pihak sekolah bahwa ternyata anaknya itu belum tewas.
Bel masih akan berbunyi 10 menit lagi, dan Harry sekarang ini sedang berjalan dengan santai menuju toilet laki-laki.
Setelah membuang air kecil, ia pun berdiri di hadapan wastafel dan membasuh wajahnya dengan air. Ia menatap pantulan wajah yang bukanlah wajahnya di cermin dengan seringaian liciknya. "Entah mengapa aku jadi mencintai kehidupanmu, Styles."
Harry pun berbalik hendak keluar dari toilet itu, namun tiba-tiba seseorang berdiri di hadapannya membuatnya agak terlonjak kaget ke belakang. Seorang wanita berkulit pucat memakai gaun putih panjang berdiri di hadapannya dengan tatapan sedih. Harry pun membelalakkan matanya ketika menyadari siapa yang berdiri di hadapannya itu.
"Felia..." bisik Harry.
"Zayn..." balas Felia dengan sedih.
![](https://img.wattpad.com/cover/13770402-288-k898450.jpg)