XII

8.7K 1K 150
                                    

Niall berjalan dengan amat sangat perlahan menyusuri lorong-lorong gelap sekolah. Sejujurnya ia sangat benci dengan gelap, apalagi dengan yang disebut makhluk halus. Memikirikannya saja sudah membuatnya merinding.

Niall berbelok ke sebuah tikungan, dan kembali menyusurinya. Yang ia inginkan saat ini hanyalah; bertemu dengan Elle, menyelamatkannya, dan pulang dengan selamat ke dunianya (itu pun jika ia yakin ia masih hidup). Tak lama, mata Niall menangkap sosok pria yang sedang duduk sambil menunduk di depan sebuah pintu.

Awalnya Niall ragu untuk mendekatinya karena ia yakin pasti dia bukanlah manusia. Namun apa lagi yang dapat diperbuatnya? Ia hanya bisa menyerahkan takdirnya kepada Tuhan, agar si makhluk satu itu tidak menyakitinya.

"Excuse me?" ucap Niall di hadapannya dengan ekstra hati-hati. "Uhm, aku hanya ingin tahu... Apakah kau melihat seorang gadis manu-yang sama sepertiku lewat kemari?"

Pria itu tidak menjawab. Ia masih duduk tertunduk di bangkunya. Ia lebih terlihat seperti sedang menjaga pintu di belakangnya.

Niall pun menggaruk belakang kepalanya, dan mencobanya sekali lagi. "Dia seumuran denganku. Rambutnya panjang, alisnya tebal, kulitnya putih, dan... Um yeah, lumayan cantik."

Pria itu bergeming.

Niall berdecak. "Okay then, kupikir aku akan mencarinya lagi. Terimak-"

"Wait, Mr. Horan," tiba-tiba pria itu menahan bahu Niall ketika ia sudah berbalik, untuk membuatnya tak jadi pergi. "I'll help you,"

Merasa pernah mengenal suara kebapakan orang di belakangnya ini, akhirnya Niall menolehkan kepalanya perlahan, dan seketika itu juga matanya terbelalak karena yang dilihatnya.

"Ni-nick?!" Niall melangkah mundur beberapa langkah menjauh dari pria tua-penjaga sekolahnya yang sudah mati dibunuh Harry-yang sedang tersenyum menyeramkan padanya, dengan kedua mata yang berdarah tanpa bola mata. "AAAAAAAAA!!!"

Niall segera berbalik, dan berlari sekencang mungkin sampai terkencing-kencing meninggalkan tempat itu.

***

"Hi, dear, wanna play a game with me?" tanya Jai pada Elle yang masih berdiri terpaku melihatnya.

"Wha-what k-kind o-of g-game?" Elle tergagap.

"We can play Find The Lantern," jawabnya. "Kau harus menemukan lentera ini," ia mengacungkan lentera yang dipegangnya. "Lentera ini adalah satu-satunya penerangan bagi manusia sepertimu yang masuk ke dunia astral. Tanpa lentera ini, kau tidak bisa keluar dari sekolah ini dan menemukan kakakmu. Aku akan menyembunyikannya di sekolah ini. Jika kau berhasil menemukannya, kau bisa keluar dari sekolah ini sebelum makhluk yang lain keluar. Tapi, jika kau tidak bisa, maka kau akan tinggal selamanya disini."

"What?!" pekik Elle yang terbelalak.

Jai kembali menyeringai menyeramkan dan berkata, "Kau bisa mulai mencari dari sekarang, jika kau masih ingin bertemu kakakmu," sebelum meniup api di lenteranya, dan membuat seluruh tempat itu menjadi gelap gulita.

"T-tapi, kau t-tidak bilang kalau k-kau akan memadamkan l-l-lenteranya!" kata Elle yang mulai panik di tempatnya.

"Ouch, itu tidak akan seru, Elena," gumam Jai. "Cepatlah temukan dimana aku menyembunyikannya. Batas waktumu hanya satu jam." lalu Elle mendengar suara tawa meneramkan Jai jauh dari arah depannya. Pastilah hantu itu sudah pergi untuk menyembunyikan lenteranya.

"Fuck you asshole!" Elle pun segera berlari dengan kencang ke arah tersebut demi mendapatkan lentera sialan itu.

***

Niall sudah terduduk lemas di dalam sebuah toilet pria. Celananya sudah basah saking ketakutannya ia ketika melihat hantu Nick si penjaga sekolah. Selain itu, kini matanya sudah berkaca-kaca. Pastilah ia sudah akan malu sekali sekarang ini jika ia sedang berada di dunia nyata. Tapi untungnya tidak.

Ia mengacak rambut blonde-nya dengan frustasi. "Ampun! Ampun!" serunya pada dirinya sendiri. "Aku ingin pulang... Aku ingin bertemu Elle, dan aku ingin bertemu ibuku..."

Tiba-tiba saja, ia mendengar suara isak tangis seorang gadis dari luar.

"Hiks... Hiks... I'm alone... Somebody please help me to getaway from this place..."

"Elle?!" pekik Niall. Suara gadis itu mirip sekali dengan suara Elle. Akhirnya dengan hati-hati, Niall pun segera membuka pintu toiletnya, dan berjalan ke arah ujung lorong dimana seorang gadis berbaju putih sedang berjongkok membelakanginya, dengan sebuah lentera di sampingnya.

AFTERLIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang