"Elle?" Niall mendekati wanita itu dengan ekstra hati-hati. "Is that you?"
"Niall..." wanita itu perlahan berdiri, dan membalikkan badannya untuk menghadap Niall dengan wajah sendu. "It's me. Nancy. Do you remember me?"
Seketika, Niall langsung membelalakan matanya. Nancy adalah sepupu Niall yang meninggal dua tahun yang lalu di sekolah itu, akibat keracunan sebuah bahan kimia ketika ia sedang melakukan sebuah praktek di lab kimia.
Ia menatap Niall dengan tatapan penuh kesedihan. Wajahnya putih pucat. Ia memakai long dress putih hingga sebetis. Rambut keemasannya tergerai indah di bahunya. Ia nampak lebih cantik dari yang terakhir kali diingat Niall.
"Nancy..." bisik Niall. "Mengapa kau ada disini?"
Nancy menatap Niall dengan tidak percaya. "Ini tempatku. Apa yang salah, Niall? Dan mengapa kau disini?" tanyanya.
"Aku terjebak disini gara-gara Zayn. Kau tahu dia?" Niall berharap penuh pada Nancy agar dia dapat membantunya.
"Ya, aku pernah mendengarnya," jawab Nancy seadanya.
"Nancy, bisakah kau membantuku? Aku harus mencari Elle, dan kami harus menyelamatkan roh kakaknya yang terjebak di dunia ini, padahal dia masih hidup." Niall mencoba menjelaskan.
"Aku bisa," Nancy mengangkat lenteranya, dan menyerahkannya pada Niall. "Bawa ini. Kita bisa mencarinya selagi menunggu Brad."
"Brad? Dia akan kesini?" Niall mengerutkan keningnya. Brad-adalah nama kakak laki-laki Nancy yang sebelumnya sempat dihubungi oleh Niall. Brad memang memiliki kenalan seorang paranormal. "Tapi bagaimana dia tahu... Dan bagaimana caranya dia..."
"Time will let you know," ucap Nancy pelan.
Niall pun membawa lentera tersebut, dan berjalan mendahului Nancy ke arah yang berlawanan dengan arahnya datang tadi. "Kita harus kemana, Nancy?" tanya Niall yang masih berjalan.
Namun, tidak ada jawaban dari belakangnya. Niall pun memutar badannya, dan tidak menemukan siapa pun disana melainkan udara kosong. "Nancy? Where are you?!"
***
"Jai! Where are you?!" kata Elle yang kebingungan di tengah-tengah kegelapan. "Please, give me the lantern! You know I need it..."
Tidak ada yang terjadi selama beberapa saat, sampai Elle merasakan seseorang sedang bernapas di belakang tengkuknya, sehingga menggelitiknya dan membuat bulu kuduknya berdiri. Elle pun segera berbalik, namun ia tak dapat melihat siapa pun disana.
"Stop! Siapa pun, tolong hentikan lelucon ini!" Elle memohon.
Lalu tiba-tiba ia mendengar sebuah tawa dari belakangnya. Ia pun kembali membalikkan badannya. "Who is there?"
"Elena..." bisik sebuah suara wanita menyeramkan. "Elena..."
"Hey! Who is there?!" Elle mulai ketakutan dan gelisah di tempatnya.
"Elena... Harry's little step-sister..." ucap suara wanita itu, diikuti oleh suara kikikkan yang memekakan telinga Elle.
"I SAID. WHO THE FUCK IS THERE?!" bentak Elle.
Suara cekikikkan pun menghilang. Lalu tiba-tiba saja, Elle melihat wajah seorang wanita yang tidak dikenalnya-dengan mulut terbuka lebar mengeluarkan darah, serta mata yang keseluruhannya berwarna putih-berhadapan dengan wajahnya sekarang ini. Sangat dekat sekali.
"AAAAAAAA!!!" Elle menutup kedua matanya, dan segera berlari meninggalkan tempat itu tanpa arah dan tujuan yang jelas.
Air mata mulai menetes di pipinya. Ia terus berlari dan berlari. "Fuck you Jai Brooks! Just give me the fucking lantern!"
***
Niall menengadahkan wajahnya. Barusan sekali ia mendengar suara Elle berteriak. "Elena!" ia pun segera berlari sekencang mungkin ke arah sumber suara tersebut dengan lentera di tangan kanannya.
***
"Jeremy, apakah kau tahu mengapa anak-anak belum pulang?" tanya Anne pada suaminya, ketika mereka baru saja sampai di rumah mereka setelah pulang bekerja.
Jeremy menggelengkan kepalanya. "Ponsel mereka sama-sama tidak aktif..."
Anne menghela napas panjang dan memejamkan matanya selama sesaat. "Tapi ini sudah pukul sepuluh malam. Kau tahu, terakhir ini terjadi pada mereka... Elle hanya pulang sendirian, dengan Harry yang sudah berstatus tewas. Aku jadi khawatir. Bagaimana jika sesua-"
BRAK.
Tiba-tiba saja, pintu kamar mereka terbanting menutup dengan sendirinya.
Sedangkan di tempat yang sama, namun dunia yang berbeda...
"Harry, tolong tenangkan dirimu, kawan!" kata Liam. "Kau baru saja mengagetkan orang tuamu,"
"Aku lebih kaget, Li," kata Harry yang rahangnya sudah mengeras. "Kemana perginya Elle dan bajingan itu?!"
"Don't worry," kata suara pria di belakang mereka. Harry, Liam, Louis dan Felia pun segera menoleh dan menemukan sosok Zayn sedang menyeringai menyeramkan pada mereka. "Dia akan segera kemari bersama sahabatnya yang tolol..."