Epilogue

4.8K 639 147
                                    

Elle duduk diapit diantara Harry dan Niall di tengah lautan orang-orang yang berpakaian serba hitam. Sejauh apapun matanya memandang, yang didapatinya hanyalah wajah-wajah sendu kehilangan milik orang-orang.

Bulu kuduk gadis itu berdiri ketika orang-orang mulai pergi dari tempat itu hingga akhirnya yang tersisa hanyalah mereka bertiga. Mereka berdiri bersebelahan di hadapan tiga batu nisan abu-abu milik Louis, Zayn dan Liam. Setelah beberapa minggu dilakukan penyelidikan oleh polisi, akhirnya mereka bertiga pun dapat diistirahatkan dengan tenang.

Elle berjongkok tepat di hadapan nisan Louis dan meletakan buket bunga terakhirnya disana. Lalu tanpa ia sadari, beberapa tetes air mata pun jatuh ke pangkuannya. Harry yang berdiri di sampingnya meremas bahu gadis itu pelan.

"Elle, ayo pergi." Katanya lembut.

Elle menengadah menatap Harry, dan berkata, "Aku merasa lega karena semua ini telah berakhir. Walaupun aku juga merasa sedih karena kita harus kehilangan mereka bertiga sekaligus." Ia tersenyum muram, mulai menyeka air matanya dan menyelipkan sebagian rambutnya yang kini sudah ia potong menjadi sebahu ke belakang telinganya.

"It's over," Harry bergumam pelan, matanya masih terfokus pada batu nisan Zayn.

"Semoga mereka tenang disana." Ucap Niall sebelum ia berbalik dan berjalan mendahului Elle dan Harry. Rasa lega menjalari tubuh lelaki ini ketika ia menyadari bahwa semuanya telah berakhir. Semuanya.

***

Ketika kembali ke sekolah, Elle sempat mendapat banyak kesulitan. Masalahnya, Elle selalu menjadi pusat perhatian orang-orang. Mereka tidak henti-hentinya menanyakan tentang kejadian di Malik Manor itu kepadanya, seperti;

"Memangnya Zayn melakukan ritual apa?"

"Apa benar Zayn itu pemuja setan?"

"Kudengar kakakmu menggigit daun telinga Louis sampai putus."

"Apa Liam benar-benar di potong tangannya oleh Louis? Aku tidak yakin. Maksudku, bagaimana jika waktu itu Niall-lah yang melakukannya?"

"Bisa kau ceritakan kepada kami bagaimana caranya kau, Harry dan Niall selamat dari kejadian itu?"

Atau,

"Apa benar bukan Harry yang membunuh Nick?"

Dan semua itu semua berhasil membuat Elle stress. Apalagi mereka semua menanyakan hal-hal itu secara blak-blakan, dan Elle hanya ingin memukul mereka satu per satu tepat di wajahnya. Namun karena terlalu baik, ia hanya bisa membalas pertanyaan mereka dengan sebuah ucapan, "Aku tidak tahu." sambil berlalu dan segera menghindari mereka semua.

***

Jumat siang itu, ketika Elle sedang berjalan menuju kafetaria dan menemui Harry juga Niall, seseorang memanggil namanya dari belakang. Ia pun menoleh dan mendapati James, yang ia ketahui sebagai teman dekat Jai tiba-tiba saja menghampirinya dengan wajah tegang.

"Hey, Elle," untuk pertama kalinya James berbicara kepada Elle. "Kau.. sendirian saja?"

Elle menautkan kedua alisnya. "Yeah. Apa ada sesuatu, James?"

Ekspresi James berubah dengan cepat. Yang awalnya tegang, berubah menjadi sangat hati-hati dan waspada. Ia menengok ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tidak ada siapa pun di sekitar sana yang dapat mendengarnya sebelum ia mendekatkan bibirnya ke arah telinga Elle dan berbisik, "Kau mungkin tidak akan percaya, tapi sepertinya tadi aku melihat seseorang mengikutimu."

Elle langsung menjauhkan tubuhnya dari James dan menatap laki-laki itu dengan aneh. "Menurutmu siapa? Orang iseng?" Elle mengeluarkan tawa palsu, sekedar untuk mencairkan suasana yang tiba-tiba terasa menjadi canggung.

"Oh god no," gumam James. Ia lalu mengusap wajahnya dengan frustasi dan memegang kedua bahu Elle. "Percaya atau tidak percaya, sedikit-banyak aku bisa melihat makhluk unseen. Dan aku baru saja melihat salah satunya mengikutimu."

Elle tertawa kecil. "Maksudmu seperti.. orang mati?" Tanpa perlu dijawab, anggukan James sudah memperjelas semuanya. Lalu Elle segera menggelengkan kepalanya dan menepis kedua tangan James dari bahunya dengan kasar. "This is bullshit. Pastikan kau tidak membuat lelucon seperti ini lagi, oke?" Ia pun berlalu meninggalkan James yang masih berdiri terpaku.

Pelajaran selanjutnya di hari itu adalah olahraga. Elle berlari dengan terburu-buru ke kamar ganti untuk mengganti pakaiannya. Ketika ia masuk, yang tertinggal di dalam hanyalah Lily, sedangkan yang lainnya sudah pergi ke ruang olahraga. Elle pasti sudah sangat terlambat.

Elle membuka lokernya dan mulai mengganti bajunya. Ketika ia hampir selesai menalikan tali sepatu kedsnya, tiba-tiba saja Lily berdiri mematung di hadapannya. Mata Lily tiba-tiba saja membulat ke arah sesuatu di belakang Elle.

"Lily? What's wrong?" Elle berdiri dan menatap Lily dengan aneh.

Tiba-tiba saja Lily mencengkram kedua bahu Elle dan mendekatkan wajahnya ke wajah Elle, untuk memastikan hanya Elle yang dapat mendengar ucapannya. Lalu ia berbisik dengan sangat pelan dan hati-hati, "There.. is.. someone.. standing behind you,"

Elle menautkan kedua alisnya. Ia segera membalikan badannya untuk melihat ke belakang, namun yang ia temukan hanyalah udara kosong. Dan ketika ia berbalik kembali untuk menghadap Lily, ia sudah tidak menemukannya dimana pun. "Lily? Tidak ada siapapun di belakangku," Tidak ada jawaban, bagaikan Lily telah lenyap begitu saja. "Hey Lily, aku sedang tidak ingin bercanda."

Flip. Flip. Tiba-tiba semua lampu di ruangan itu berkedip nyala dan mati. Elle mendongak dengan heran dan tiba-tiba merasakan perubahan hawa yang aneh. Ia lalu merasakan bulu kuduknya tiba-tiba saja berdiri. Karena ia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi, akhirnya ia pun segera keluar dari ruangan itu dan berlari ke arah ruang olahraga.

"Ya ampun Elle, kau kemana saja? Mr. Ham hampir saja meng-alfa-kanmu," kata Niall yang kebetulan sekelas dengan Elle di pelajaran olahraga.

"Maaf," ucap Elle ngos-ngosan. "Kau lihat Lily? Dia sudah duluan kemari?"

"Lily?" Niall menautkan kedua alisnya. "Lily kan ada di rumah sakit. Apa kau belum tahu, kemarin ia mengalami kecelakaan hebat dan sekarang sedang mengalami koma."

Elle menelan ludahnya dengan susah payah. "No way."

Dua jam berlalu, akhirnya pelajaran olahraga pun selesai. Elle dan Niall berpisah di depan ruang ganti wanita. Elle telah membuat janji untuk bertemu dengannya di kafetaria sepulang sekolah nanti untuk menceritakan kejadian tadi dengan Lily.

Setelah selesai mengganti bajunya, ia pun membereskan lokernya dan menutupnya. Setelah itu, barulah ia menyadari bahwa hanya dirinya yang tersisa di dalam ruangan itu. Lagi, tiba-tiba saja atmosfer ruangan berubah menjadi aneh. Elle berusaha menepiskan setiap pikiran negatif dari kepalanya. Not again, pikirnya.

Ketika ia hendak keluar dari ruang ganti itu dan melewati cermin besar yang menempel di dinding, bayangannya menampakkan sesuatu yang aneh. Ia langsung menghentikan langkahnya dan melihat ke dalam cermin itu. Ternyata yang aneh adalah ketika ia menyadari ada seseorang yang berdiri tepat di belakangnya, dan Elle mengenal betul siapa orang itu.

Elle membelalakkan matanya dan hampir kesulitan bernapas saking kagetnya. Dengan gemetar ia mengeluarkan suaranya yang masih tersisa...

"Zayn!"

THE END

AFTERLIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang