PLAK.
Niall segera memegangi pipi kirinya yang bertapak merah dan terasa perih itu. Mata birunya terbelalak melihat mata abu-abu lawan bicaranya dengan tak percaya. "Kenapa kau menamparku?"
Elle hanya menatapnya tajam. Dadanya naik turun karena napasnya yang tidak teratur. Ia mencoba menenangkan dirinya sendiri, namun ia tak bisa. Alhasil, beberapa tetes air mata pun jatuh dengan bebas di pipinya.
"Elle? Why are you crying?" Niall menjadi kelabakan. Ia merasa salah tingkah setelah menceritakan apa yang baru saja ia dengar tentang Harry di toilet tadi. "Are you okay?"
"I'm. Not. Okay." Elle langsung mendorong tubuh Niall jauh-jauh dari hadapannya, dan menghapus air mata di pipinya dengan kasar. Ia mengangkat tangannya, dan menunjukkan jari telunjuknya pada Niall. "Kau. Stop mengatakan omong kosong!"
"Omong kosong?! Aku tidak mengada-ada, Elle! Sumpah, aku mendengarnya sendiri!" Niall mulai meninggikan nadanya.
"Lalu mana buktinya?" Elle bersikukuh di pendiriannya, walaupun dalam hatinya sedikit mengiyakan kata-kata Niall.
"Banyak," ia mulai menghitung menggunakan jarinya. "Pertama, fotonya yang jatuh tiba-tiba di hari kepulangannya. Kedua, sifatnya yang tiba-tiba agresif bila di dekatmu. Ketiga, masakannya tidak seenak biasanya. Keempat, bahkan ia menyerangmu kemarin sore, Elle! Semuanya jelas. He is not Harry Fucking Styles that is your brother!"
Elle menggeleng dengan kuat. "Kau mengada-ada,"
Aku tidak bisa mempercayai Niall, batinnya.
"Astaga, Elle, sungguh. Aku tidak bohong. Dia itu Zayn! Potong saja telingaku jika aku berbohong!" ia memegangi kedua bahu Elle untuk meyakinkan sahabatnya itu. "Lihat mataku baik-baik! Can you find a lie in there?"
Elle menatapnya lurus-lurus. Namun ia merasa tidak bisa mengetahui apakah Niall berbohong atau tidak. Tapi entah mengapa hatinya terus menuntunnya untuk tidak mempercayai Niall. "Please stop this joke, Niall," ia pun menyingkirkan tangan Niall dari bahunya.
Pupil Niall membesar. Ia melangkah mundur menjauhi Elle, dan menggeleng tidak percaya pada sahabatnya itu. "Aku tidak percaya kau termakan permainan si brengsek Zayn itu. Aku juga tidak percaya kau sudah tidak mempercayai perkataanku lagi. Tapi sungguh aku hanya ingin melindungimu, Elle. Niatku tidak lebih dari itu. Aku juga ingin membantu Harry,"
"Niall-"
"You're being a bitch, Elle,"
"WHAT?!"
"LIHAT SAJA SAMPAI AKU MENUNJUKANNYA PADAMU!" Niall membentaknya dan langsung berjalan meninggalkannya di lorong sekolah yang sepi.
***
Niall mengetikkan sesuatu di layar ponselnya sebelum ia menempelkannya di telinga kanannya.
"Halo? Brad?"
"..."
"Yes, it's me Niall."
"..."
"Ya. Tolong panggilkan temanmu yang paranormal-paranormal atau apapunlah namanya itu,"
"..."
"Ya, kau benar. Temanku dalam masalah. Thank's before, I'll call you later."
Niall pun memutuskan sambungan teleponnya. Lalu napasnya tercekat dan tubuhnya mematung ketika ia melihat siapa yang telah berdiri di belakangnya yang sepertinya sedari tadi. "Za-I mean-H-harry?"
Harry menyeringai, dan memiringkan kepalanya ke kiri. Ia membawa sebuah pisau berukuran besar sekali di tangan kirinya. Lalu ia berjalan ke arah Niall seperti seorang psikopat dengan seringaian menyeramkan di wajahnya. "You've been telling her lies," katanya dengan suara husky-nya.
Niall menegang. Dan saat Harry sudah berjarak semeter di hadapannya, ia pun segera membalikan badannya hendak berlari. Namun naasnya, ketika hendak berlari, Harry langsung menyandung kaki Niall sehingga ia jatuh terjembap dan mencium lantai.
"Don't, Harry! Please, don't!"
![](https://img.wattpad.com/cover/13770402-288-k898450.jpg)