Harry segera menarik tangan Elle dan membawanya keluar dari perpustakaan itu. Ia membawanya berlari entah kemana, tanpa berkata apa pun.
"Harry, kita akan kemana?" tanya Elle.
Masih tetap memandang lurus ke depan, Harry menjawab, "Tentu saja keluar dari tempat ini. Kau tahu, kan, dimana tubuhku berada? Apa di dekat tubuhmu juga? Kalau begitu, kita harus segera memasukinya, sebelum-"
"Aku tahu, Harry. Tapi bagaimana dengan Niall?" tanya Elle.
Seketika Harry langsung menghentikan langkahnya, membuat Elle yang berjalan di belakangnya pun menabrak punggungnya dan mengumpat. "Ouch, shit. Ada apa?"
"Astaga, aku lupa. Ayo cari si Horan!" Harry pun berbalik arah, dan kembali menarik tangan Elle untuk berlari bersamanya.
Walau sebenarnya Elle masih merasa panik akan situasi yang genting ini, separuh hatinya juga merasakan kebahagiaan yang luar biasa ketika melihat Harry. Apalagi tangan mereka yang saling bertaut sekarang, dan... Sifat Harry yang asli, yang selama ini sudah lama sekali sepertinya ia tidak lihat kini muncul lagi di depannya. Dan itu membuatnya merasa sangat aman.
***
"Harry! Elle!" teriak Louis dan Niall yang masih berkeliling-keliling sekolah untuk mencari keduanya.
Mereka berjalan ke arah gym, dan membuka pintu besarnya ketika melihat banyak sekali sesuatu benda yang ditutupi oleh kain putih dari atas hingga bawah. Banyak sekali jumlahnya. Semuanya berjejer dan berbaris di dalam ruangan besar itu, membuat Niall dan Louis penasaran akan isinya.
"Apa itu, Lou?" tanya Niall yang menautkan sebelah alisnya.
Louis mengendikkan bahunya. "Aku tidak tahu, tapi sebaiknya kita ja-Niall!"
Terlambat, Niall sudah mendekati salah satu benda paling depan yang tertutupi oleh kain putih. Tangannya sudah menyentuh kain itu dan bersiap-siap untuk menyingkapkannya.
Sret.
Ia membukanya, dan yang berdiri disitu adalah Elle. Dengan mata tertutup, dan kulit yang amat sangat pucat bagai orang mati. Elle berdiri tegap, namun ia memegang sebuah lentera di tangannya. Lantas Niall dan Louis yang melihat ini pun terbelalak.
"Elle? Apa yang kau lakukan disini?" Niall mengguncang-guncangkan tubuh Elle, tapi Elle bergeming bahkan sulit sekali untuk bergerak. Lalu Niall mengalihkan pandangannya pada Louis yang berdiri di belakangnya. "Lou, bagaimana ini? Apa yang terjadi dengan Elle?"
Louis pun berjalan mendekat ke arah Elle yang terpejam itu, dan mengamati tiap centi wajahnya. Lalu tangannya ia angkat dan eluskan pada pipinya. "I-ini... Ini tubuh Elle, mate. Kurasa... Seseorang membawa tubuh aslinya kesini untuk diisi oleh roh lain."
"APA!" Niall membelalakkan matanya. "Lalu bagaimana jika itu tejadi? Apa yang akan terjadi dan apa yang harus kita lakukan agar hal buruk tidak terjadi?" Niall mengguncang-guncangkan bahu Louis.
Louis terdiam sejenak, namun ia langsung memandang Niall dengan pupil yang membulat. "Dengar, Niall," kata Louis. "Jika tubuh Elle ada disini, kemungkinan tubuhmu dan tubuh Harry juga ada. Kita harus mencari keduanya dan memisahkannya dari tempat ini. Lalu kalian harus cepat-cepat mengisinya sebelum koneksi roh kalian dengan tubuh kalian semakin melemah..." jelas Louis panjang lebar tanpa menarik napas, titik, koma, dan spasi.
Kini Niall yang terdiam sejenak. Mulutnya terbuka lebar. "Wow," bisiknya. "Kau sudah belajar banyak, eh?"
"Aku serius, moron!" Louis memukul bagian belakang kepala Niall. "Ayo cepat! Kita harus bergegas jika kalian masih ingin hidup!"
Mereka pun mulai mendekati benda kedua dan ketiga, dan membuka kainnya secara bersamaan.
Sret.
"ASTAGA!" Niall menemukan tubuh wanita tua yang sebagian wajahnya sudah hancur.
"Ugh!" Louis menemukan tubuh Nick yang sudah tidak memiliki kedua bola mata.
Lalu mereka berpindah ke benda keempat dan kelima. Sret.
"FUCK!" Niall menemukan tubuh gadis berambut merah yang sebagian sudah gosong dan berluka bakar parah di wajahnya.
"AHA!" Louis menemukan tubuh Harry yang masih utuh, sama seperti milik Elle.
Niall menengok. "Kerja bagus, Loulou! Harry sudah ketemu, berarti sisanya tinggal milikku."
Louis mengangguk, dan memisahkan tubuh milik Harry dan Elle ke bagian depan gym dan kembali membuka satu per satu kain putih untuk mencari tubuh Niall.
Tanpa terasa, kini keduanya sudah berdiri bersebelahan di depan benda terakhir. Keringat sudah bercucuran di wajah Niall, namun tidak dengan Louis. Dengan gugup Niall melirik Louis. "Lou, ini yang terakhir.."
Louis mengangguk tanpa menatapnya. "Kalau yang terakhir ini bukan juga tubuhmu," ia dan Niall saling bertukar pandang. "Berarti..."
Niall menelan ludahnya. "Tidak."
Louis mengangguk penuh arti. Ia pun mengisyaratkan Niall untuk membukanya. Niall melangkah tepat ke hadapan benda itu. Tangan kanannya sudah memegang kain dengan gemetaran. Dalam hati ia tak henti-hentinya berdoa agar yang berada di balik kain putih itu adalah tubuh miliknya. Akhirnya ia memejamkan matanya, dan menarik napas panjang sebelum menyingkapkan kainnya dengan satu gerakkan.
Sret.
"Oh, man," Niall menundukkan kepalanya ke lantai dan mangacak rambutnya frustasi. "Kenapa tubuhku tidak ada dimana-mana?"
Louis menelan ludahnya, dan menepuk-nepuk bahu Niall. "Oke, tenang, Ni. Kita masih memiliki waktu untuk mencarinya."
"But how?" Niall menatap Louis dalam-dalam.
"Ayo ikut aku!" Louis pun berjalan keluar dari ruangan itu, diikuti oleh Niall.
Sejujurnya, Louis juga tidak tahu ia akan mencari tubuh Niall kemana. Tapi mau bagaimana lagi? Inilah satu-satunya cara agar Niall tidak merasa panik ketika mengetahui bahwa kemungkinan besar ia akan terjebak selamanya disini jika asumsi Louis benar, bahwa tubuh Niall sudah diisi oleh roh lain.
"Louis, kita akan kemana?" tanya Niall di belakangnya.
Louis menggigit bibir bawahnya. "Ayolah ikuti dulu saja a-HEY, SIAPA ITU?" Louis tiba-tiba menghentikan langkahnya dan membelalakan matanya. Niall pun ikut berhenti, dan menatap Louis dengan bingung. "Kau lihat tidak di ujung koridor itu tadi ada sesuatu yang melintas?"
"Melintas? Tidak. Memangnya apa yang kau lihat?" Niall memiringkan kepalanya.
"Aku berani bersumpah, aku melihat seorang pria sedang memanggul tubuhmu melintasi kodidor ini dan menghilang ke belokan sana!" Louis menunjuk ke arah belokan ke kanan. Well, Louis memang tidak berbohong. Matanya memang menangkap sosok tersebut tadi.
"Serius?!" Niall memekik. "Kalau begitu ayo kejar bajingan itu!" tanpa aba-aba, Niall pun sudah berlari ke arah yang ditunjukkan Louis. Louis mengangguk dan ikut serta berlari bersamanya.
***
Semantara itu, di dalam sebuah ruangan kelas di sekolah itu, seorang pria paruh baya baru saja menurunkan tubuh Niall dan memberdirikannya di tengah-tengah kelas. Sama seperti tubuh-tubuh tak berisikan roh yang lainnya, tubuh Niall juga terlihat sangat pucat. Matanya sama-sama terpejam, namun bedanya Niall yang ini tidak membawa lentera.
Pria itu menyunggingkan senyuman kecil, dan mengangkat wajahnya sehingga terlihatlah kedua matanya yang sudah tidak memiliki bola mata dan mengeluarkan darah.
"...tinggal menunggumu, Mr. Horan..." gumamnya dengan suara parau.