XIV

8.8K 1K 171
                                    

"Tidak! Lepaskan aku, moron!" teriak Zayn yang tubuhnya sudah diikat oleh tali dengan kencang di sebuah kursi di dalam ruangan tanpa berpenerangan.

"Itu kesalahanmu sendiri, idiot. Sudah tahu kau pasti akan kalah melawan kami berempat, tapi malah beraninya datang kemari sendirian." kata Louis dengan tersenyum miring.

"Felia," Zayn memandang adiknya dengan wajah malangnya yang dibuat-buat. "Please let me go.."

Namun, Felia hanya menggeleng dengan cepat. Ia pun memalingkan pandangannya ke arah Harry. "Kau harus segera bergegas, Harry. Selamatkan mereka. Terlalu banyak roh yang tidak bersahabat di sekolah."

"Aku juga ingin menolong mereka," Harry nampak panik. "But how?!"

Felia pun berlari meninggalkan mereka ke arah loteng rumah itu. Beberapa saat kemudian, ia kembali dengan sebuah lentera di tangannya. "Bawa ini. Hanya ini benda yang dapat kau bawa untuk berjaga-jaga."

"Kau serius itu akan berguna?" tanya Liam tak yakin.

Felia mengangguk cepat. "Louis, lebih baik kau ikut dengan Harry. Biar aku disini yang menjaga Zayn dengan Liam."

Louis menatap Felia dan Liam secara bergantian selama sesaat sebelum mengangguk. Harry dan Louis pun segera berpamitan dengan keduanya, dan mulai berjalan menuju pintu rumah itu.

Perlahan, Harry memegang kenopnya, dan menelan ludahnya. Felia bilang, akan banyak sekali roh yang tidak bersahabat yang menghalanginya untuk sampai ke gedung sekolah mereka. Belum lagi, keadaan di luar akan sangat-sangat gelap. Dan sebisa mungkin, mereka tidak boleh mengeluarkan suara sedikit pun yang akan membuat roh-roh lain mengetahui keberadaan mereka.

Louis berdeham. "Kau siap, buddy?"

Harry mengangguk yakin, dan membuka pintunya perlahan. Mereka pun mulai melangkah keluar, menghilang ke dalam kegelapan yang tak berujung.

***

Elle berhenti di depan perpustakaan sekolahnya dan masuk ke dalamnya. Niatnya ia akan bersembunyi disitu sekaligus mencari lentera yang Jai sembunyikan. Ia melangkah tanpa mengeluarkan suara, sampai ia menemukan seorang gadis sedang duduk bersila di lantai membelakanginya.

Elle sama sekali tidak ingin mendekatinya, karena ia yakin gadis itu bukanlah manusia. Maka ia pun segera memutar badannya, ketika lengan seseorang menyentuh bahunya. "Wanna play a game with me?"

Sial, umpat Elle dalam hati. Ia dapat merasakan hembusan napas yang begitu dingin di tengkuknya. Perlahan, ia pun membalikkan badannya menghadap gadis itu. Wajahnya tidak seram sama sekali, malah dapat terbilang cantik. Rambutnya merah sebahu. Ia menggunakan bandana biru muda di kepalanya. Senyum manisnya mampu membuat Elle luluh.

"What game?" tanya Elle.

Lalu gadis itu tiba-tiba menyodorkan sebuah papan yang terlihat usang, dan bertuliskan "Ouija" besar di atasnya. Elle mengerutkan keningnya. Ouija yang Elle ketahui adalah permainan pemanggilan roh yang biasa dimainkan anak-anak usia belasan tahun.

"Tapi... Kenapa..." Elle tak mengerti. Mengapa mereka harus bermain permainan pemanggilan roh, ketika mereka sudah berada di dalam dunia roh?

Seulas senyuman kecil pun terukir di wajah gadis berambut merah itu. "Aku tahu kau bukan salah satu diantara kami," tuturnya santai. "Dan aku tahu kau sedang memerlukan bantuan untuk menemui kakakmu dan keluar dari tempat ini."

Elle mengangguk membenarkan. "Ba-bagaimana k-kau tahu?"

Alih-alih menjawab, gadis itu hanya menggandeng tangan Elle, dan menyuruhnya duduk bersila di lantai bersamanya. "Kita akan memanggil roh orang hidup di dunia atas, dan meminta bantuan darinya.."

"Tapi-sorry,"

"Namaku Frances," potong gadis itu sebelum Elle berhasil menyelesaikan kalimatnya. "Mungkin ayahmu mengenalku sewaktu ia masih bersekolah disini," ia pun menyeringai.

***

"Elle?" Niall setengah berbisik dan setengah berteriak. "Elena?!"

Ia pun menghentikan langkahnya ketika melihat seorang wanita paruh baya berjalan melintasi taman belakang sekolah ke arah sebuah ruangan. Niall yang mengira itu Nancy pun berlari mengejarnya sambil menyerukan namanya, "Nancy! Tunggu!"

Tep.

Gadis itu menghentikan langkahnya. Sontak Niall juga ikut menghentikan langkahnya tepat di belakangnya. "Nancy, is that you?"

DEGH.

Niall berdiri terpaku ketika gadis itu berbalik. Ia bukan Nancy. Ia adalah gadis yang tak dikenalnya, dengan sebuah pensil menancap dari bagian bawah hidungnya sampai menembus ke keningnya, dengan darah yang bercucuran.

Napas Niall tersengal-sengal ketika melihatnya. Ia tak bisa berteriak sama sekali. Tubuhnya pun seketika tak dapat digerakkan. "A...aaa...a..." Niall mencoba sebisa mungkin untuk berteriak, tapi hanya suara kecil yang keluar dari mulutnya.

Lalu dengan sekali gerakan, gadis itu meraih lengan Niall. Ia menggores-goreskan pensil runcing yang dibawanya ke lengan Niall, hingga kulitnya terluka dan mengeluarkan darah.

"AAARRGGHHH!!!" teriak Niall ketika gadis itu tiba-tiba menghilang setelah selesai menuliskan sebuah kalimat di lengannya;

G E T O U T O F H E R E

AFTERLIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang