Niall mengerjap-ngerjapkan matanya, dan mendapati dirinya sudah terkurung di dalam gudang yang ia yakini adalah gudang sekolahnya. Tangan serta kakinya diikat di kursi oleh beberapa kain yang sangat erat. Lalu mulutnya ditutupi oleh lakban hitam besar.
Fuck you Zayn, I will kill you! Dalam hati Niall mengumpat-ngumpat dengan marah.
Lalu ia memendarkan pandangannya ke seluruh ruangan, dan melihat sebuah lampu berdiri terletak tidak jauh darinya. Lampunya menyala, dan seketika sebuah ide pun muncul di dalam kepalanya.
***
Drrrtt. Elle sedang berjalan ke arah kelas Biologinya ketika ponselnya bergetar di dalam saku jeansnya, menandakan sebuah pesan masuk.
From: Niall
ELLE, THIS IS URGENT! PLEASE HELP ME!
AKU DI BELAKANG SEKOLAH!
Elle menautkan kedua alisnya, dan berpikir sejenak. Ia menimbang-nimbang antara mendatangi Niall, atau mengabaikannya. Ia menggigit bibir bawahnya, dan bergelut dengan pikirannya sendiri selama beberapa saat.
Akhirnya ia pun segera memutuskan pilihannya, dan berlari ke arah sebuah tempat.
***
Sementara itu, Niall sedang susah payah untuk menyentuh tiang lampu itu dengan jari-jarinya yang sejak tadi ia gerakkan untuk meraihnya. Ia pun berusaha menggerakkan kursinya agar jaraknya dan lampu itu semakin dekat. Tak terasa keringat sudah bercucuran di wajahnya karena ruangan yang begitu pengap itu.
Hup.
Akhirnya Niall sudah berhasil meraih tiang lampu itu. Maka segera ia dorong lampu berdiri itu ke arah pangkuannya, dan ia arahkan lampunya tepat ke atas tangannya yang terikat oleh kain. Niall menunggu beberapa saat, sampai tangannya terasa mulai memanas karena cahaya lampu.
"Mhhhmmpp..." erangan Niall tertahan lakban ketika cahaya lampu itu sudah terasa benar-benar panas dan mulai membakar kain serta tangannya. Ia pun merasakan rasa panas dan pedih yang luar biasa pada tangannya.
Cess...
"Mhhhm!!!" Niall memejamkan matanya, dan mulai mengeluarkan air mata ketika tangannya sudah benar-benar terbakar cahaya lampu yang menempel, hingga akhirnya kainnya terlepas. Ia pun segera mendorong lampu berdiri tersebut, dan membukakan lakban di mulutnya dengan satu tangannya yang sudah bebas. "OH MY GODNESS! MOMMA!!" Niall langsung meniupi tangannya yang terbakar dengan pedih sambil menangis.
"Niall?" tiba-tiba ia mendengar suara Elle di luar.
***
"Niall?" Elle memanggil-manggil nama Niall di halaman belakang sekolah yang sepi, namun tak menemukan siapa pun disana. "Niall! Tolong berhenti bermain-main! Kau tahu, 'kan, aku seharusnya berada di kelas saat ini?! Aku tidak bisa menemanimu membolos, Niall!"
Duk duk duk. Duk duk duk.
Elle tersentak, dan langsung menoleh ke arah asal suara. Gudang sekolah. Ruangan yang paling Elle takuti, karena orang-orang bilang ruangan itu adalah ruangan paling berhantu di sekolah ini. Namun rasa penasaran Elle telah mentunnya menuju ke depan pintunya.
Duk duk duk.
Kambali, seperti ada seseorang yang menggedornya dari dalam. Elle sudah menjulurkan tangannya untuk menyentuh pintu itu, ketika ponselnya begetar. Ia pun segera mengurungkan niatnya, dan mengecek ponselnya.
From: Niall
Aku ada di ujur koridor!
Elle pun segera berlari ke arah ujung koridor, berniat ingin mengajak Niall untuk sama-sama melihat isi di dalam gudang itu.
***
"ELLE! BUKA PINTUNYA, ELLE! TOLONG AKU, ELLE! AKU DI DALAM! BISAKAH KAU MENDENGARKU?!"
Niall menghapus peluh di wajahnya, dan terduduk lemas di lantai. Seketika ia merasakan rasa nyeri yang luar biasa di belakang kepalanya. Ia pun segera memegangnya, dan mendapati darah disana. Pastilah itu perbuatan Zayn sebelum membuatnya pingsan.
"Somebody please help me..." napas Niall sudah terengah-engah dengan hebat.
***
"Harry? Mengapa kau ada disini?" tanya Elle heran ketika yang dilihatnya di ujung koridor itu bukan Niall melainkan kakak tirinya.
Harry menyeringai, dan menunjukkan sebuah benda yang di sembunyikannya di belakang punggungnya. Linggis.
Seketika Elle lansung membulatkan matanya, dan berjalan mundur perlahan-lahan dengan ketakutan. "What are you gonna do, Harry?"
Harry sudah mengayunkan linggisnya di udara, dan menyeringai untuk terakhir kalinya dilihat oleh Elle. "I'm so sorry, Elena. But I'm not your fucking brother!"
DUAKKKK.