Debo menyusuri lorong demi lorong kelas dia tak benar-benar ke kamar mandi. Tujuan yang sebenarnya adalah mencari Alyssa, karena dia yakin Alyssa masih di luar. Debo juga harus berhati-hati jangan sampai dia ketahuan guru piket yang berkeliling sekolah untuk mencari siswa yang diam-diam bolos belajar dan nongkrong di luar kelas. Jika sampai kepergok guru ini sudah pasti nasib Debo akan berakhir di lapangan bendera.
Tiba-tiba handphonenya bergetar di saku bajunya, dia cari tempat aman untuk membuka pesan masuk, bisa double hukumannya jika ketahuan menggunakan HP.
Deb! Tolong cariin Alyssa ya? kamu kan ada di luar, dia belum ada di kelas! Kalo aku keluar lagi nggak mungkin! Pak Reza udah ada di kelas, kalo pun kamu telat masuk, Pak Reza pasti percaya sama Alasan-alasan boong kamu! Please Deb kasihan Alyssa :(
Isi SMS dari Via lengkap dengan emoticon sedih. Via sungguh merasa bersalah sudah membiarkan Alyssa pergi seorang diri.
Debo menggeleng pelan, "Dasar manusia ceroboh, dari dulu nggak berubah-berubah. Via, Via."
Dia lanjutkan mencari Alyssa, langkahnya membawa ke gedung Laboratorium. Dia telusuri ruang demi ruang. Mulai dari Laboratorium Biologi, Fisika, Kimia gedung besar itu menghadap utara, dari beberapa pecahan gedung di sekolah ini, gedung laboratorium merupakan gedung yang paling kecil ukurannya dibangdingkan dengan gedung untuk guru dan karyawan, gedung IPA, gedung IPS dan Masjid. Dia jejaki gedung laboratorium itu hingga ditemukannya seseorang yang ia Cari. Alyssa!"Itu dia tuh si kerudung lebar. Ngapain nyempil di tong sampah?" kata Debo bermonolog. Dia bahkan tertawa kecil melihat posisi Alyssa. Dia dekati Alyssa yang tengah duduk menunduk, kerudung panjangnya menutupi tubuhnya yang jongkok.
"Hey!" seru Debo sungguh mengagetkan Alyssa.
Buru-buru gadis ini menyeka air mata yang sedari tadi membentuk sungai kecil di pipi. Melihat mata sembab itu, sontak membuat Debo lebih mengencangkan tawanya, bukannya ikut prihatin. Debo menyimpulkan Alyssa menangis karena kesasar! Padahal tidak. Tawa itu membuat Alyssa memalingkan wajah untuk menyeka airmata sampai benar-benar habis kesat.
"Jadi, kamu nangis gara-gara nggak bisa balik ke kelas?" tanya Debo masih dengan tawa jahilnya. Wajahnya sampai merah akibat tawa yang terlalu berlebihan itu.
"Tidak." Alyssa berdiri. Dia masih membelakangi Debo dan sibuk mengusap-usap pipi yang masih basah.
Alyssa meresa lega ketika melihat Debo di depannya. Dia cukup senang akhirnya bisa kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran. Jika tidak ada Debo mungkin dia akan berdiam di sana untuk waktu yang lama atau bahkan sampai bell pulang sekolah dideringkan jika tidak ada orang yang menemukannya.
Risih dengan tawa Debo, Alyssa membawa dirinya melewati Debo dan berjalan perlahan.
"Eeh mau ke mana? Jangan bikin aku pusing nyari kamu lagi, ya," cegat Debo, Alyssa berhenti sejenak.
"Suara kamu limit ya? Sariawan?" tanya Debo lagi, Alyssa hanya diam menunduk.
Debo mengembus nafas berat lalu mendahului Alyssa. Alyssa mengekor dari belakang sekitar satu meter jarak mereka. hanya suara ketukan sepatu yang membentur lantai memeriahkan situasi antara mereka. keduanya tak saling bersuara. Alyssa sibuk mengikuti langkah kaki Debo. Debo sibuk mencari alasan keterlambatannya kali ini. apa yang akan dia sajikan sebagai dalih untuk menyelamatkan dirinya dan Alyssa dari kemarahan Pak Reza.
Debo melirik ke kiri tidak dia dapati Alyssa di sana. Menoleh ke samping kanan juga tidak ada Alyssa. Dia hentikan langkahnya dan berbalik arah. Didapatinya Alyssa berjalan agak jauh darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA DARI ALYSSA [Sudah Terbit]
Spiritual🍓 Follow me first for best reading... Alyssa siswa pindahan dari pesantren harus duduk di bangku SMA Safir, SMA Favorite di kotanya. Dia yang biasa dengan lingkungan religius serba teratur dari pesantren memulai kehidupan baru di SMA Safir yang s...