BAB 12.C (CINTA BUKAN NAFSU)

2.1K 184 16
                                    

Assalamualaikum..... 

Udah pada pulang sekolah belum nih? atau udah pada pulang kuliah? pulang kerja? bangun tidur(?) 

apapun kegiatannya, senyum ya kalau udah buka part ini. heheheee. 

yang sekolah udah pada dikasi PR seabrek belom? xD 

YANG kuliah, besok presentasi apa? xD 

(Main ke watty biar lupa ama tugas malah diingetin) 

krik...krik...krik... (deket bangetsi lapak ini ama sawah) 

.

.

.

.


"Tadi Alyssa ngasih amplop ke aku, suruh kasihkan ke Riki. Aku nggak tau apa isinya, tapi kurasa sebuah surat."

"Surat?"

Debo rasa ini semakin jauh. Sudah seberapa dekat mereka sampai Alyssa memberi surat segala? Riki selalu bersikap jahat pada Via dan dirinya, sementara pada Alyssa dia berubah menjadi orang baik dan terkesan manis seperti yang kemarin Debo lihat.

"Udah kamu masuk aja, aku nggak suka kamu terlalu ikut campur urusan Alyssa. dia suka sama Riki atau Riki suka sama Alyssa itu bukan urusanmu, kan?" Dea mendorong Debo untuk masuk kelas kemudian dia meninggalkan kelas yang belakangan ini sering dia kunjungi dan membuatnya sesak.

©©©

Riki masih terus berjalan, Alyssa mengikuti dari belakang. Sesekali Riki menoleh untuk memastikan Alyssa mengikutinya. Riki membelok arah ke gang antara gedung kelas XI dan kelas X, di belakang gedung ini adalah tanah kosong yang dipenuhi rumput liar, tanah belakang gedung kelas XI dan XI ini akan digunakan untuk membuat kelas baru tapi masih menjadi rencana dan proyek jangka panjang sekolah.

Di halaman itu tidak ada siswa berkeliaran boleh dikatakan tempat sepi di sekolah. Alyssa menghentikan langkahnya. Dia tidak mau ke sana. Riki yang sudah jauh di depan terpaksa kembali untuk mengajak Alyssa. dia berisyarat untuk lanjut berjalan. Tapi Alyssa tetap diam.

"Gue Cuma mau ngomong, nggak bakal mukul elo," ucap Riki yang mengerti ketakutan Alyssa.

"Disini."

"Jalan! disini banyak orang."

"Jika seorang laki-laki dan perempuan berduan di tempat sepi maka yang ketiga adalah setan, itu hadis Nabi."

Riki mengepal tangannya, dia mulai geram. Dia mengambil nafas dalam mengembuskan dengan pelan mencoba tenang.

"Kamu suka nonton acara TV tentang setan-setan dan orang alay itu? siang bolong gini mana ada setan?"

"Ada. Setan yang kumaksud bukan menakut-nakuti manusia tapi membisik kan hal-hal buruk ke kepala manusia, dia menggoda manusia untuk melanggar aturan Tuhannya."

"Lo bisa nggak sih, ngomong nggak usah bawa-bawa tuhan. Nggak usah bawa-bawa agama. Ngomong biasa aja." Riki terlihat kesal dia bahkan tidak memandang Alyssa.

Alyssa menyadari sesuatu. Dia memandang Riki lekat-lekat. Riki juga memandangnya. Alyssa terlihat kaget dan menutup mulutnya dengan kedua tangan, Riki menangkap itu.

"Apa?" kata Riki yang bingung dengan sikap Alyssa.

"Maaf. Kamu nonmuslim ya? Maaf, apa aku menyinggungmu dengan surat itu?" Alyssa terlihat shok, dia menyatukan kedua tangannya.

Riki menunduk. "Gue muslim, gue islam," kata Riki mantap.

Alyssa terlihat senang, dia bahkan tersenyum dengan sendirinya. Senyum yang tertangkap oleh Riki, yang menimbulkan desiran halus di hatinya. Karena ini pertama kalinya melihat Alyssa tersenyum. Senyum tanpa paksaan, senyum yang terjadi begitu saja karena dorongan bahagia atau semacamnya.

Wajah Alyssa berubah datar, "Kenapa terlihat risih dengan kata Tuhan, hadis dan ayat?"

"Karena kita lagi nggak belajar agama. Emang semua hal diatur sama agama?"

"Tentu saja. Semuanya ada aturannya di dalam islam. Hubungan laki-laki dan peremuan, balas dendam, bahkan hal kecil seperti minum pun ada contohnya dari Rasulullah. Dari bangun tidur sampai tidur kembali semuanya diatur. "

Riki diam. Dia bahkan tidak tahu apa-apa tentang agamanya, dia mengaku islam pada Alyssa tapi pengetahuannya tentang islam hanya sebatas solat saja. Dia sangat tidak tertarik dengan Pendidikan Agama Islam yang ada di kelas, selain gurunya membosankan dia juga mengira islam hanya sebatas agama ritual semata. Alyssa menyadarkan dirinya tentang islam yang mendalam, islam yang detail mengatur seluruh kehidupan manusia.

"Ok! Sekarang jelasin maksud dari kertas-kertas ini." Riki mengeluarkan amplop dari Alyssa.

Riki membaca terjemah surat Al-Isra' ; 32, "Kenapa ngirim ini ke gue? Gue nggak pernah berzina. Lu piker gue seburuk itu?"

Alyssa terperangah dengan pemahaman Riki. Dia tidak menyangka akan selurus ini pemahaman Riki tentang ayat yang dia berikan.

"Aku nggak bilang kamu berzina. Ayat itu mengatakan jangan mendekati zina. Hal yang mendekati zina salah satunya adalah pacaran."

OK! Sekarang Alyssa menyatakan pacaran mendekati zina. Sekilas itu tidak benar. Riki tidak setuju dengan hal itu, pacaran hanya pengakuan dua orang yang saling menyukai. Dan bersama-sama karena cinta. bukan berarti mereka akan melakukan zina. Orang yang berpacaran juga tidak mau melakukan zina, walaupun bercaran sangat sulit untuk berlanjut pada zina. Walaupun tidak dipungkiri bisa saja terjadi. Diluar sana ada orang yang tidak perlu berpacaran tapi dia berzina, pacaran bukan sebab dia berzina bukan?

Pikiran Riki bekerja sebagaimana mestinya. Dia sangat menyukai ilmu-ilmu baru. Dia suka berdebat secara ilmiah, "Pacaran bukan sebab dia berzina. Ada tempat yang disana dengan kata hai saja sudah bisa berzina. Kenapa menyalahkan pacaran?"

"Pacaran bukan satu-satunya sebab zina. Tapi dia mendekati zina. Pacaran, berduaan, berpegangan tangan, kemudian meminta lebih dan ujung-ujungnya adalah perzinahan. Itu yang dilakukan orang pacaran, kan?"

Riki tersenyum tipis. "Lo pernah pacaran?"

Alyssa menggeleng. Riki menatapnya dengan seolah mengatakan terus kenapa seolah tau sekali tentang pacaran?

"Aku tau dari ummiku yang menceritakan tentang keburukan orang berpacaran!"

Kriiingggg bell masuk kelas sudah berbunyi. Alyssa bernafas lega. Dia segera meninggalkan Riki.

"Assalamualaikum," kata Alyssa.

"Sebentar!" Riki mendekat pada Alyssa, tangannya kanannya mengarah pada wajah Alyssa.

Alyssa yang memperhatikan itu langsung terduduk berjongkok. Dan saat itu pula seseorang mendorong bahu Riki dengan kasar membuat Riki terjerembab ke tanah. Dia Debo.

"Aku udah peringatin ya, ke kamu. Kamu boleh ngomong sama dia tapi nggak nyentuh dia. Kamu nggak bisa hah, hormatin prinsip orang seperti kamu ingin dihormati sama orang lain?" jelas sekali amarah Debo meruap-ruap disini, dia hendak mendekati Riki.

Alyssa takut akan terjadi perkelahian, dia menarik ujung lengan seragam Debo. "Debo, Sudah bell ayo kita masuk. Keburu Pak Alwi masuk duluan," kata Alyssa lalu berjalan setelah melihat Debo menjauhi Riki.

Alyssa memandang Riki. Ada seulas senyum di bibir Riki. Alyssa tidak paham itu seharusnya Riki tidak tersenyum tapi marah. Alyssa tidak berlarut dengan hal itu. dia terus berjalan di belakang Debo.

Riki mulai berdiri. Terasa perih di bagian lengan kanannya yang tadi membentur kerikil yang agak runcing.

"Argh! Dasar dua orang lebay, yang satu mudah salah paham ke gue, yang satu lagi kayak pahlawan ke maleman. Gue Cuma mau buang laba-laba yang hinggap di kerdungnya. Dikira gue bakal ngapain?" Riki ngomel sendirian di sepanjang jalan menuju kelasnya.

Sebenarnya dia kesal tapi entah sesuatu telah membuat mood-nya baik walau Debo menyerangnya tetap tak merubah suasana hatinya yang terasa tenang dan damai. Riki yang normal akan balik menyerang Debo dengan dua kali lebih kuat. Sekarang Riki sedang tidak dalam kondisi normal. 

.

.

.

.

XD BAB 12 END NEXT BAB 13 YA.... 

(Yuvinaz) 

CAHAYA DARI ALYSSA [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang