“Debo, tolong bawa Alyssa ke UKS,” titah Pak Taufik.
Diperintah begitu membuat Debo kebingungan. Padahal sudah biasa jika dia harus menolong siswi yang pingsan dengan membopongnya ke UKS, karena Debo juga termasuk siswa yang aktif dalam pengurusan UKS. Tapi kali ini dia rasa segan untuk melakukan itu.
Debo berlari keluar lapangan. Gloria meneriaki kelakuan Debo, bisa-bisanya dia pergi padahal Pak Taufik menyuruhnya menolong Alyssa. Mario, Bagas, Andi, Satria mendekat hendak membantu anak perempuan membopong Alyssa ke UKS.
Empat cowok ini sudah menyusun tugas. Mario mengangkat kepala, Andi dan Bagas bagian Punggung serta Satria mengangkat bagian kaki. Mario sudah mengangkat kepala Alyssa yang terbungkus kerudung lebar seperti biasa.
"Tunggu!!!" Seru Debo yang tergopoh-gopoh membawa tandu darurat buatan anak pramuka.
Nafasnya tersenggal-senggal, diberikan tandu itu pada Bagas.“Gotongnya pake tandu, yang mindahin ke tandu anak cewek ya, Gloria, Santi bisa, kan ngegeser badan Alyssa ke tandu?” ucap Debo patah-patah karena nafasnya belum beraturan.
“Ngapain repot-repot pake tandu segala sih, Deb. Aku kuat kok gendong Alyssa sampek UKS,” cetus Mario yang berdiri di samping Debo.
“Bukan masalah kuat nggaknya, Yo. Kamu liat sendiri, kan dia orangnya kayak apa?” jawab Debo.
“Ah berlebihan. Emang nih anak beda nggak kayak temen lain.” Rio jadi enggan menolong, namun apa boleh buat, berbuat baik balasannya pasti baik.
Setelah posisi Alyssa pindah ke tandu yang dibawa Debo barulah Rio, Bagas, Andi dan Debo menggotong tandu itu menuju UKS, diikuti Santi dan Gloria. Debo juga meminta Santi dan Gloria memindahkan tubuh lemah Alyssa ke ranjang UKS.
Mereka melihat wajah Alyssa, matanya terpejam mulutnya tertutup, ada memar di dahinya itu akibat bola basket tadi.
“Gloria, tangani Alyssa. Kamu pengurus UKS juga, kan?” pinta Debo namun terkesan menyuruh dari pada meminta, terlihat dari nada suaranya.
“Kamu aja, Deb. Kamu lebih paham obat dari pada aku,” Gloria menolak halus, dia takut salah untuk merawat Alyssa. dalam benaknya muncul berbagai alasan untuk tidak melakukan apa-apa dengan Alyssa.
“Untuk orang ini, aku serahin ke kamu, terserah mau kamu apain biar bangun.” Debo duduk di kursi tunggu. Dia menunduk.
Gloria cukup heran dengan Debo, mengapa dia tak mau mengurus Alyssa. Padahal selama ini dia selalu ringan tangan mengobati siswa atau siswi yang butuh pertolongannya.
Gloria mulai membersihkan luka di dahi Alyssa. Dia juga mengompresnya dengan air dingin. Alyssa belum juga terjaga.
“Coba deketin balsem ke hidungnya, Glow,” kata Debo, rupanya dia memperhatikan kegiatan Gloria untuk mengobati Alyssa.
Jari lentik itu bagai tarian indah si mungil Thumbellina
Rambut terurai menjuntai indah
Segaris senyum itu menyiratkan cita
Bola mata itu menyaratkan berlian berharga.Sepasang mata menatap Gloria yang cekatan mengurus Alyssa. Setiap gerak tak pernah jengah untuk dinikmatinya. Tanpa sadar Bagas mulai merangkai kata demi kata yang terinspirasi dari seorang yang dia puja-puja. Gloria. Sepasang mata itu milik Bagas.
Gloria melakukan apa yang disuruh Debo, dan berhasil membuat mata Alyssa mengerjab-ngerjab dan perlahan terbuka. Alyssa memandang sekelilingnya, yang dia tangkap adalah sosok Gloria, Bagas dan Debo. Dia tahu berada di UKS setelah melihat tulisan besar berwarna merah ada huruf U K dan S tertempel di rak yang dia tebak adalah tempat rak P3K.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA DARI ALYSSA [Sudah Terbit]
आध्यात्मिक🍓 Follow me first for best reading... Alyssa siswa pindahan dari pesantren harus duduk di bangku SMA Safir, SMA Favorite di kotanya. Dia yang biasa dengan lingkungan religius serba teratur dari pesantren memulai kehidupan baru di SMA Safir yang s...