Riri berada di pantai yang indah, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang menyenggolnya hingga jatuh. Tak terima ia langsung menghampiri laki-laki tersebut. Ketika laki-laki tersebut berbalik, alangkah terkejutnya Riri siapa gerangan.
"Sayang.." ucap laki-laki itu sambil tersenyum.
Spontan pipi Riri memanas.
"Alfath.. jangan panggil gitu.. malu tau.""Kamu mau kan nikah sama aku?"
Riri mengangguk.
"Kalau gitu kamu harus membiasakan denger kata itu."
Berasa ada seribu kupu-kupu terbang diperutnya.. membuatnya seakan ikut diterbangkan.
Kemudian Alfath memegang tangan Riri dan menciumnya. Kemudian ia semakin mendekat pada Riri. Riri tau apa yang akan dilakukan Alfath, demi menyambutnya ia memejamkan mata. Karena tidak kunjung datang itu bibir. Riri mencoba memulainya. Ia semakin ke depan.. ke depan dan..
Riri terguling ke bawah kasurnya.
"Astagfirullahal adzim.. mimpi apa tadi.."
"Alfath.. apa bener namanya Alfath" pipi Riri bersemu merah. Mungkin mimpi ini pertanda.
******
Tak biasanya Riri datang pagi.. ini sebaliknya. Membuat teman se divisinya tercengang. Biasanya kalau tidak mepet jam pasti lebih jam."Tumben Ri" sapa Hendro.
"Biasa aja kali.." sahut Riri.
Semua karyawan memulai aktivitas kerjanya. Namun Riri masih saja dihinggapi pikiran tentang mimpinya semalam dan perihal nama mas imam itu.
Setelah sekian lama berfikir akhirnya ia memberanikan diri bertanya pada Hana.
"Pssst.. Hana.."
"Apaan?"
Malu kalau ditanya macem-macem.
"Nggak jadi.""Dasar lu.."
Siangnya mereka makan siang di warteg langganan. Ini saatnya melancarkan aksi.
"Em.. btw kita kan udah lama di imam i sama ustadz itu yah.. kok kita nggak tau namanya yah. Hahaha.."
"Ada angin apa Ri, kok bahas mas imam?" Mbak Desi sambil mengerling jahil.
"Lagian kamu doang kok yang nggak tau." Sahut Hana.
Aku hanya bisa menyengir.
"Alfath namanya" celetuk Hendro.
Seperti ada angin surga numpang lewat. Hatiku adem. Ternyata nama yang nyalur lewat mimpi itu bener. Apakah ini pertanda?
*******
Jam pulang kantor."Bukannya kamu nggak ada lembur ya?" Tanya Hendro.
"Eh.. iya sih.. tapi masih ada keperluan dikit" kilahku. Iya keperluan. Keperluan yang harus dituntaskan. Lebih penting dari sekedar kerjaan.
Riri mengetuk ngetuk sepatunya ke lantai, berharap adzan magrib cepat berkumandang.
"Dari tadi kamu nggak ngapa-ngapain deh perasaan, emang urusan apa?" Tanya Hendro lagi.
"Emm.. urusan.."
"Ri.. bantuin aku dong.. aku gk paham berkas yang ini.." Hana tiba-tiba masuk dan nyeletuk.
"Ah.. ini toh urusannya.. dasar miss oneng sukanya nyusahin mulu." Ucap Hendro.
Hana yang sempat bingung akhirnya nyeletuk.
"Suka-suka saya dong.""Udah-udah berkas yang mana nih?" Riri menginterupsi. Syukurlah ada Hana sebagai penyelamat.
Adzan magrib berkumandang. Riri mengajak Hana segera sholat magrib, nggak baik nunda-nunda. Hehehe..
******
Thanks for reading :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Jodoh
ChickLit27 tahun sudah Riri menjomblo. Single Happy katanya pada setiap rekan kerja yang menanyainya perihal kenapa ia belum juga menikah. Sekalipun di luarnya ia tampak biasa saja namun dalam hatinya juga timbul keresahan, apalagi orang tuanya juga semakin...