Part 2

9.1K 344 0
                                    

Alfath Pov

Samar samar aku mendengar suara seorang perempuan yang sedang berdoa. Kemudian ia terisak. Mungkinkah belum bertemu jodoh membuat ia menderita tekanan batin?. Ya.. terdengar tadi kalau ia ingin segera mendapat jodoh. Lucu sekali.

Beberapa saat kemudian sudah tidak ada suara.
Aku mengintip dari balik tirai pemisah antara pria dan wanita.

Perempuan yang sama. Perempuan itu lagi yang menangis. Aku selalu mendengar doanya akhir-akhir ini. Ia sering lembur ternyata. Ketika aku rasa dia sudah pergi jauh aku baru keluar mushola aku tak ingin ia merasa malu kalau sampai ada orang lain yang mendengar doa dan tangisannya itu. Aku yakin ia juga berusaha menyembunyikannya. Lucunya ia melafaldkan doanya cukup keras sampai terdengar olehku. Pasti dikira tidak ada orang.

Riri Pov

Selesai berdoa hatiku jadi lebih tenang. Entah mengapa kalau ingat ibu di rumah aku jadi pengen nangis. Beliau begitu mengharap aku segera berjodoh tapi kenyataannya belum ada orang yang mau segera meminangku. Nasib.
Beliau selalu bilang, "cepet nikah ya nak.. keburu ibuk nggak dapet usia, nggak bisa liat kamu ngasih cucu." Kalimat yang selalu diulang dan sukses buat aku sedih, menyiratkan keluh kesahnya didunia, ingat mati selalu datang tiba-tiba nggak ada yang tau.. harusnya kita manfaatkan apa yang kita bisa selagi masih hidup untuk melaksanakan kewajiban dan mencari bonus di sunnahnya.
Menikah kan sunnah.

*******

Keesokan harinya Riri masih saja lembur, tapi tidak seberapa. Ia bisa menyelesaikannya sebelum adzan magrib, pas ia selesai adzan magrib berkumandang.
Sekalian ia sholat di mushola perusahaan.



Setelah sholat magrib selesai.
"Bukannya kerjaanmu udah selesai, Ri?" Tanya Hana.

"Udah emang.. tapi males balik. Ntar aja sekalian sholat Isya'."

"Sungguh mulia.." celetuk mbk Desi.

"Apaan sih.. biasa aja. Orang mau ngelakuin kewajiban kok di cie cie."

"Ih siapa yg cie cie kamu.."

"Itu kalimat intinya juga ngasih cie cie ke aku."

"Ih da.."  belum sempat mbak Desi menyelesaikan kalimatnya ia sudah ditarik Hana.

"Ayo mbk kerjaan udah numpuk. Ntar isya' nya nggak usah jamaah ya.. sekali ini aja."

"Iya dah. Sekali ini."

Mereka berdua pun meninggalkan Riri sendiri di mushola. Bukan sendiri. Ada seorang lagi. Imam masjid yang masih sholat sunnah. Riri sempat melihat sekilas waktu tirainya tertiup angin tadi.

Assalamualaikum JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang