Part 7

6.9K 309 0
                                    

Alfath berdiam diri diri mushola setelah sholat isya', ia sedari tadi menunggu gadis itu. Bodohnya lagi ia tak tau namanya. Ia ingin meminta maaf mungkin. Mungkin saja ia tidak sedang lembur.

Di sisi lain perempuan yang dicari itu sedang kelimpungan menuruni lift. Ia tak ingin bertemu dengan Alfath. Ia sudah menunda sholat isya' dirumah dan tadi sholat magrib di dalam gedung perusahaan bukan di mushola bawah guna menghindari Alfath dan menjadi tidak lucu kalau nanti ia sampai bertemu dengannya. Akan sangat memalukan.

Tiba di bawah orang yang tidak ingin ia temui baru saja keluar mushola.

"Ini sudah lewat 1 jam dari jamaah sholat isya' kenapa ia baru pulang?" Gumam Riri.

Riri berusaha menutupi wajahnya dan berjalan agak cepat.

"Mbak.." panggil Alfath.

Riri menghentikan langkahnya. Namun kembali berjalan cepat.

"Mbak yang pake hijab coklat motif kupu-kupu.."

Riri yang dimaksud.
Dengan muka cengo nya Riri berbalik dan memberikan senyumnya pada Alfath.

Yang terbayang dikepala Alfath adalah adegan slow motion ketika perempuan yang dipanggil tadi menoleh. Ia mengerjapkan mata. Astaghfirullahaladzim.

"Mbak boleh tau siapa namanya?"

Tiba-tiba abang-abang ojek berhenti didepan Riri.

"Neng..maaf lama."

"Iya bang gak papa."
Pandangan Riri tertuju pada Alfath.

"Saya duluan." Dengan suara bergetar menahan grogi. Untung ada abang ojek, baru ditanya nama aja sudah grogi, kemarin ada apa berani ngelamar, coba kalau ia jawab iya bisa pingsan dah. Lebay.

*******
Alfath telah sampai di rumah. Ia tak berhasil mengetahui siapa nama perempuan itu. Kerja di bagian apa juga nggak tau.

Arman's calling

"Halo bro" sapa Arman.

"Waalaikumsalam" jawab Alfath.

"Eh iya assalamualaikum"

"Kebiasaan! Ada apa?"

"Lusa datang ke akad gue ya."

"Serius ni? Mau nikahin Sharon? Cepet banget iya nya?"

"Sharon ngancam mau nikah sama orang lain. Pas aku iya in dia malah ngajak nikah lusa. Pas aku konfir mama sama papa katanya malah ide bagus. Padahal pengen gue kan kita ada persiapan dulu sebulan 3 bulan kek. Malah keluarga setuju aja. Kan gue takutnya orang mikir yang nggak-nggak."

"Heh.. niat baik itu jangan ditunda-tunda."

"Leh.. jadi situ juga setuju ni ceritanya."

"Barokallah"

"Hmmm.. pokoknya lusa dateng sebagai saksi."

"Siap bos."

"Udah dulu ya bro, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

*******
Beberapa hari ini Alfath tidak pernah pertemu Riri di mushola. Ia mencoba mengabaikannya tapi tak bisa. Ia bahkan secara sengaja sholat duhur di sana. Mungkin perempuan itu sedang berhalangan menstruasi.
Ia teringat ucapannya pada Arman kalau niat baik jangan ditunda-tunda. Ia jadi tersenyum membayangkan dirinya sendiri. Harusnya ia malu bicara seperti itu pada Arman.

Riri sendiri merasa beruntung sudah tidak lembur lagi, selain pekerjaannya sudah lebih ringan ia juga tak harus mengendap-endap ketika tak sengaja berpapasan dengan Alfath. Untung saja Alfath tidak bekerja di sini.

Assalamualaikum JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang